Renungan Kristen tentang Pengucapan Syukur



Renungan Rohani Kisten tentang Mengucap Syukur


Orang Kristen sejati adalah orang yang menyadari keberadaannya di
  hadapan Penciptanya. Karena ia sadar akan ketidaklayakannya, ia
  menyadari bahwa hidupnya harus senantiasa diisi dengan ungkapan
  syukur. Ia akan bersyukur saat kebahagiaan ia peroleh. Ia pun akan
  bersyukur di kala berbagai permasalahan mendera hidupnya.

  Mengucap syukur dalam segala hal mungkin menjadi suatu nilai ideal
  yang hendak dicapai setiap orang percaya. Tak jarang seorang Kristen
  tetap mengeluh di tengah masalah yang melilitnya. Sebaliknya, tak
  jarang pula ia melupakan Tuhannya bila ia tidak sedang menghadapi
  masalah. Mereka tahu kalau mereka harus bersyukur dalam segala hal.
  Kenyataannya, mereka tidak melakukannya.

  Lalu, apakah yang menyebabkan banyak orang Kristen seolah-olah lupa
  untuk menaikkan ucapan syukur mereka? Mengapa mereka terlihat sulit
  untuk melakukannya? Salah satu alasan mengapa hal demikian terjadi
  adalah karena sebagian orang Kristen tidak memahami makna ucapan
  syukur yang sebenarnya.

  Pemahaman terhadap makna ucapan syukur merupakan hal yang penting
  bagi setiap orang percaya. Oleh karena itu, berikut ini dikemukakan
  beberapa poin mengenai makna ucapan syukur.

  1. Ucapan syukur merupakan respon manusia terhadap keselamatan yang
     dianugerahkan di dalam Yesus Kristus (1Kor 15:57; Ibr 12:28).

     Tidak ada konsep keselamatan seagung keselamatan yang dinyatakan
     di dalam Alkitab. Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib,
     setiap orang yang menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat
     mendapat pengampunan dan beroleh kehidupan yang kekal.
     Pengorbanan Kristus merupakan pengorbanan teragung yang pernah
     terjadi di sepanjang sejarah umat manusia dan tidak ada yang
     dapat menandinginya. Inilah yang mendasari ucapan syukur setiap
     orang percaya. Dengan demikian, setiap orang Kristen sejati harus
     bersyukur kepada Tuhan karena penebusan di dalam Yesus Kristus.

  2. Ucapan syukur merupakan respon manusia terhadap segala anugerah
     Tuhan (Yes 25:1; 2Kor 9:15; Ef 5:20).

     Banyak manusia merasa bahwa ia memiliki hak untuk hidup di dunia
     ini. Ia merasa berhak atas segala sesuatu yang diperolehnya.
     Padahal, tidak sedikit pun ia berhak atas keberadaannya di dunia.
     Bukankah karena kehendak Allah sematalah manusia diciptakan dan
     dapat hidup serta menikmati bumi dan segala isinya ini? Dapatkah
     manusia merasa berhak untuk memiliki eksistensinya di dunia? Oleh
     karena itu, sudah sepatutnya ia bersyukur, pertama-tama karena ia
     boleh menikmati kehidupan ini.

     Poin kedua ini juga menunjukkan aspek lain dari anugerah
     tersebut. Pengucapan syukur orang percaya adalah pengucapan
     syukur yang tidak hanya didasarkan atas segala kebaikan maupun
     kebahagiaan yang boleh dirasakannya. Tetapi, pengucapan syukur
     orang percaya adalah juga pengucapan syukur yang didasarkan pada
     segala permasalahan hidup yang harus dihadapi. Roma 8:28 dengan
     jelas menyebutkan bahwa "Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk
     mendatangkan kebaikan". Bukankah di dalam iman seharusnya orang
     percaya melihat segala sesuatunya dalam kerangka anugerah?
     Bukankah segala pergumulan dan permasalahan hidup karenanya harus
     ada demi mengasah iman dan percaya kita kepada-Nya? Karena itu,
     pengucapan syukur orang percaya adalah pengucapan syukur terhadap
     anugerah hidup, baik dalam kebahagiaan maupun dalam pergumulan.

  3. Ucapan syukur merupakan respon manusia terhadap pertumbuhan iman
     orang-orang percaya (Rom 1:8; Ef 1:16; Fil 1:3-5; 1Tes 2:11-
     13).

     Dalam beberapa suratnya, Paulus menyatakan syukur kepada Allah
     karena pertumbuhan iman saudara-saudara di berbagai jemaat. Dalam
     Roma 1:8, ia malah berkata bahwa berita mengenai iman orang-orang
     percaya di Roma telah tersebar luas. Hal ini berarti bahwa
     kesaksian jemaat di Roma telah menjadi kesaksian yang hidup.

     Sebagai orang percaya kita patut mendukung pelayanan, baik di
     Indonesia, maupun di seluruh dunia. Dukungan itu dapat kita
     lakukan melalui berbagai cara termasuk melalui doa. Tujuannya
     jelas, agar seluruh dunia mengenal Yesus sebagai Tuhan dan
     Juruselamat sejati.

     Pemberitaan Injil merupakan tugas yang penuh tantangan. Tak
     jarang seorang penginjil harus berhadapan dengan penolakan dari
     penduduk setempat, bahkan kematian. Oleh karena itu, saat
     pemberitaan tersebut membuahkan hasil, kita patut bersyukur
     karena hal itu menunjukkan bahwa Allah masih menganugerahkan
     keselamatan bagi suatu suku bangsa.

     Ucapan syukur kita tidak hanya harus ditujukan kepada mereka yang
     jauh dari kita. Kita juga patut bersyukur bila iman percaya
     orang-orang di sekitar kita bertumbuh dengan baik. Lewat
     pertumbuhan demikian, persekutuan kita semakin diteguhkan dan
     kita dapat saling menguatkan dan mendukung. Hal ini merupakan
     anugerah yang begitu indah yang Allah berikan bagi orang-orang
     percaya.

  4. Ucapan syukur merupakan respon manusia dalam menaati kehendak
     Allah bagi hidup setiap orang percaya (Maz 50:14; 1Tes 5:18;
     2Tes 1:3).

     Mengapa saya ada di dunia ini? Untuk apa saya ada di dunia ini?
     Apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya? Ini adalah
     pertanyaan mendasar yang perlu dipikirkan oleh setiap orang
     mengenai eksistensinya. Tanpa menyadari alasan keberadaannya di
     dunia, manusia tidak memiliki suatu tujuan final dalam hidupnya.

     Bila dikaitkan dengan hidup orang percaya, pertanyaan-pertanyaan
     tersebut menjadi, "mengapa Allah menempatkan saya di dunia ini?",
     "mengapa saya harus ada?", dan "apa yang harus saya kerjakan?"
     Pertanyaan demikian menjadi sangat penting bagi setiap orang yang
     mengaku Kristen.

     Keseluruhan Alkitab menunjukkan maksud dan rencana Allah yang
     begitu mulia sehingga Ia menciptakan manusia. Allah memiliki
     alasan tersendiri mengenai keberadaan kita. Keberadaan kita di
     dunia ini bukan karena kita berhak ada di dunia, namun karena
     Allah menginginkan keberadaan kita di dunia ini. Dan Alkitab juga
     menyebutkan bahwa Allah menciptakan kita untuk melayani Dia.

     Karena Allahlah yang memberikan kehidupan kepada kita, tidak ada
     alasan bagi manusia untuk tidak tunduk kepada-Nya. Tidak ada
     alasan bagi manusia untuk tidak mematuhi segala kehendak-Nya.
     Juga tidak ada alasan bagi manusia untuk menolak keberadaan-Nya
     sampai menyatakan bahwa Allah itu tidak ada. Karena manusia
     memiliki ketergantungan kepada Allah, sudah sewajarnya manusia
     mengucap syukur atas segala sesuatu yang Ia kehendaki.

  Alkitab merupakan sumber yang tidak akan pernah habis untuk digali.
  Ada begitu banyak rahasia kehendak Allah yang harus kita gali di
  dalamnya. Demikian halnya dengan pengucapan syukur. Bila kita
  menyelidiki Alkitab secara lebih teliti, kita akan melihat sejumlah
  hal besar lainnya mengenai pengucapan syukur. Tujuan akhir dari
  penyelidikan ini tentunya menyenangkan hati Tuhan yang telah
  menganugerahkan segala sesuatunya bagi kita.

  Meski demikian, ada satu hal yang perlu kita perhatikan. Belakangan
  ini, kelompok-kelompok tertentu, sadar atau tidak, telah menambahkan
  makna yang baru bagi pengucapan syukur ini, khususnya terkait dengan
  pengucapan syukur berupa persembahan materi. Mereka memaknainya
  sebagai tindakan untuk "membeli" berkat Allah. Mereka berharap
  dengan memberi sebanyak-banyaknya, mereka akan mendapat berkat yang
  juga berlimpah. Secara tidak sadar mereka seakan berusaha menyuap
  Allah agar memberi berkat lebih kepada mereka.

  Masalah ucapan syukur memang terkait dengan motivasi. Bila motivasi
  kita benar, persembahan kita pun menjadi benar. Sebaliknya, bila
  motivasi kita tidak benar, persembahan syukur kita pun menjadi
  persembahan yang tidak benar. Oleh karena itu, kita tidak hanya
  harus memahami makna pengucapan syukur, namun juga perlu memeriksa
  motivasi kita sebelum menyatakan pengucapan syukur kepada Allah.

Komentar