Dukacita membawa kabaikan (2 Korintus 7:8-16)

Baca: 2 Korintus 7:8-16

"Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian."  2 Korintus 7:10












Perjalanan hidup kita adalah bak sebuah proses.  Seperti sebuah benda yang begitu indah dan berharga mahal, tidak ada yang dihasilkan secara kebetulan.  Semuanya dihasilkan melalui suatu proses yang tidak mudah:  diolah, diremukkan, dibentuk.

     Begitu pula kita yang harus melewati berbagai tekanan, kesulitan, masalah dan juga penderitaan, yang kesemuanya itu membawa kita kepada dukacita.  Namun bila kita mampu menguasai diri dan me-manage-nya dengan baik, serta membiarkan tangan Tuhan bekerja dalam hidup kita, kehidupan kita akan menjadi luar biasa dan berbeda.  Tuhan tidak menghendaki kita bersedih atau berduka karena masalah yang ada.  Justru Dia ingin memakai dukacita yang kita alami ini sebagai sarana membawa kita pada sebuah kehidupan yang lebih baik lagi.  Maka dari itu firmanNya mengatakan: "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."  (Matius 5:4).  Tidak semua bentuk dukacita dapat membawa kebaikan; hanya ketika membawa dukacita itu kepada Tuhan, maka dukacita itu akan menjadi kebaikan bagi kita. 

     Lalu, dukacita yang bagaimanakah yang dapat membawa kebaikan dan menjadikan kita diberkati?  Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang Farisi dan pemungut cukai (baca Lukas 18:10-14).  Kita bisa melihat perbedaan sikap hati di antara keduanya.  Pemungut cukai sangat berdukacita atas dosa-dosa yang telah ia perbuat; ia merasa hina dan tidak layak menghadap Tuhan.  Itulah sebabnya "...pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.  Aku berkata kepadamu:  Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu (orang Farisi - red.) tidak."  (Lukas 18:13-14).

     Tanpa adanya perasaan dukacita dan penyelesalan tidak akan pernah ada pertobatan.  Dan tanpa pertobatan kita pun tidak akan pernah menerima anugerah pengampunan dan kasih karunia dari Tuhan.

Pemungut cukai disebut sebagai orang yang berbahagia, karena dukacitanya atas dosa membawanya mengalami pengampunan dan pembenaran oleh Tuhan.