LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PERJANJIAN BARU


  1. Latar Belakang Dunia Perjanjian Baru (2)
    1. Ilmu Pengetahuan
    2. Hiburan
    3. Bahasa
    4. Sistem Pendidikan
  2. Latar Belakang Agama Dunia Perjanjian Baru
    1. Agama Primitif
    2. Yudaisme
      1. Latar Belakang
      2. Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem
      3. Tempat Ibadah Yahudi - Sinagoge
      4. Bentuk ibadah
      5. Aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme.
      6. Hari-hari Raya Yahudi

LATAR BELAKANG AGAMA DUNIA PERJANJIAN BARU
  1. Latar Belakang Dunia Perjanjian Baru (2)
Di bawah pemerintahan kaisar Agustus, kesusasteraan Romawi dibangkitkan lagi. Pada masa itu banyak bermunculan tulisan-tulisan mereka yang berupa drama-drama dan cerita-cerita mitos Yunani.
    1. Ilmu Pengetahuan
Dalam hal ilmu pengetahuan, sudah dikenal ilmu alam sederhana, ilmu pengobatan umum, ilmu bahasa dan pidato. Seni dan ilmu arsitektur adalah yang paling maju pesat. Banyak dibangun jembatan, saluran air, gedung-gedung kesenian dan patung-patung. Ilmu perbintangan banyak dinikmati masyarakat.
    1. Hiburan
Untuk hiburan banyak pertunjukkan-pertunjukkan musik untuk menghibur kaum jelata. (tambur, kecapi, seruling dan harpa). Sedangkan hiburan untuk kaum ningrat (kaya) adalah pertarungan berdarah antara manusia dan hewan (gladiator) di arena-arena pertunjukkan.
    1. Bahasa
Bahasa yang dipakai bermacam-macam: Latin, Yunani, Aramik dan Yahudi (Ibrani), masing-masing bahasa mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan untuk tujuan yang berbeda.
    1. Sistem Pendidikan
Sistem Pendidikan sudah lama dikenal, baik di kalangan masyarakat Yahudi ataupun non-Yahudi. Masyarakat Yahudi terutama keluarga, memberikan perhatian yang sangat besar dalam pendidikan terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama adalah agar mereka memelihara budaya dan agama nenek moyang. Ketika berada di 'Tanah Pembuangan', pendidikan dilaksanakan di tempat ibadah yang disebut Sinagoge.
  1. Latar Belakang Agama Dunia Perjanjian Baru
    1. Agama Primitif
Agama primitif orang Romawi adalah pemujaan terhadap dewa-dewi Yunani, walaupun tidak berlangsung lama, (hanya sampai abad pertama) karena rakyat tidak lagi melihat manfaatnya. Bahkan justru sebaliknya, cerita dewa-dewi itu merusak moral dan kehidupan kaum muda.
Pemujaan kepada kaisar sangat menguntungkan negara karena mendatangkan kesatuan. Tetapi di lain pihak mendatangkan penganiayaan bagi orang Kristen.
Selain pemujaan-pemujaan tersebut, ada juga pemujaan kepada agama-agama rahasia dan alam gaib. Namun, ini pun kurang memuaskan kehidupan rohani mereka.
Untuk mengatasi itu, lahirlah banyak filsafat-filsafat pemikiran yang sistematis yang lebih disukai karena sanggup memuaskan intelektual yang mereka puja. Contoh aliran-aliran filsafat yang ada pada saat itu: Perjanjian Lamaatonisme, Gnostisisme, Neo-Perjanjian Lamaatonisme, Epikurianisme, Stoicisme, Skeptisisme dll.
    1. Yudaisme
Bangsa Yahudi dan agama Yudaisme adalah dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk dunia Perjanjian Baru, karena dari sanalah kekristenan lahir. Hampir semua penulis-penulis Perjanjian Baru adalah orang-orang Yahudi yang mempunyai latar belakang agama Yudaisme. Oleh karena itu untuk memahami tulisan-tulisan Perjanjian Baru dengan baik akan ditentukan dari seberapa jauh kita mengerti tentang bangsa Yahudi dan agama Yahudi.
      1. Latar Belakang
Untuk memahami sejarah bangsa Yahudi, kita harus kembali melihat jauh ke belakang kepada panggilan Allah terhadap Abraham karena dari Abrahamlah bangsa "pilihan" ini berasal.
Namun demikian, agama Yudaisme sebenarnya baru dimulai pada masa "penyebaran" (diaspora) yang terjadi sejak tahun 734 SM, ketika puluhan ribu orang Yahudi dibuang keluar dari tanah kelahiran mereka. Di tanah pembuangan itulah orang-orang Yahudi yang setia kepada Taurat mulai merasakan kesulitan besar untuk tetap beribadah dan mentaati Hukum dan Taurat mereka.
Sebagian dari mereka yang dibuang ini mulai tergoda untuk mengadopsi cara-cara hidup kafir, bahkan juga agama kafir. Melihat tantangan yang besar ini mulailah orang-orang Yahudi sadar betapa berharganya kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Oleh karena itu mereka mulai memikirkan tentang bagaimana mempelajari agama nenek moyang mereka yang berisi hukum Taurat itu dengan sungguh-sungguh supaya mereka tidak dicemari dengan budaya dan dunia kafir. Dari sinilah Yudaisme secara resmi lahir. Salah seorang pelopor utama gerakan ini adalah Ezra, ia mengetuai badan yang disebut sinagoge agung. Badan yang terdiri dari 120 orang ini bertugas untuk menghidupkan, memulihkan dan menggolong-golongkan kitab-kitab Perjanjian Lama. Tapi akhirnya badan ini diganti dengan dewan Sanhedrin. (Lihat: Daniel 1:5-8; 3:4-7: Ezra 7:1-6)
      1. Pusat Ibadah Yahudi di Yerusalem
Sebelum masa penyebaran/pembuangan, Bait Suci di Yerusalem (yang dibangun oleh Raja Salomon) adalah satu-satunya pusat ibadah bagi orang Yahudi. Isi ibadah mereka adalah melakukan perjalanan ke Yerusalem secara teratur dan mengadakan upacara korban sembelihan di sana. Setelah mereka dibuang ke tanah asing, mereka tidak mungkin lagi ke Bait Suci untuk beribadah, apalagi setelah Yerusalem dihancurkan (586 SM). Upaya yang mereka lakukan untuk menggantikan ibadah adalah dengan menggiatkan kembali pengajaran tentang Hukum dan Taurat sebagai pusat ibadah mereka yang baru.
Walaupun Bait Suci kemudian dibangun kembali, ada banyak orang Yahudi yang masih tinggal di tanah asing dan tidak kembali ke Palestina, bahkan ternyata lebih banyak orang Yahudi yang tinggal di luar negara mereka. Untuk memenuhi kebutuhan rohani dan ibadah mereka maka dibangunlah sinagoge-sinagoge di kota-kota di mana orang Yahudi tinggal. Sinagoge (artinya rumah ibadat orang Yahudi) tidak bisa dikatakan sebagai tiruan Bait Suci Yerusalem, karena selain ukuran yang jauh lebih kecil, juga tidak disediakan tempat untuk membakar korban. Sebagai gantinya dilakukan doa, membaca Taurat, memelihara hari Sabat, sunat dan memelihara hukum-hukum Perjanjian Lama yang mengatur soal makanan. Inilah yang akhirnya menjadi pusat ibadah Yudaisme. (Lihat: Mazmur 137:1-5)
      1. Tempat Ibadah Yahudi - Sinagoge
Sejak zaman penyebaran/pembuangan peranan sinagoge dalam melestarikan agama dan budaya Yahudi sangat besar. Di sinilah Yudaisme bertumbuh dan mengalami kedewasaan. Di setiap kota besar di mana ada kelompok orang Yahudi tinggal, didirikanlah sinagoge. Akhirnya sinagoge juga menjadi balai sosial, di mana penduduk Yahudi di kota itu berkumpul setiap hari minggu untuk belajar tentang tradisi dan agama Yudaisme. Kesuksesan pemakaian rumah ibadat orang Yahudi ini sangat mengesankan, sehingga pada waktu orang-orang Yahudi perantauan pulang ke tanah airnya, sistem ibadah di sinagoge ini dibawa dan tetap dipraktikkan sampai zaman Yesus dan para Rasul.
Pemimpin sinagoge disebut "kepala rumah ibadat", yang diangkat dari antara penatua berdasarkan hasil pemungutan suara. Tugasnya adalah memimpin kebaktian, menjadi penengah dalam suatu perkara dan memperkenalkan pengunjung pada jemaat. Penjaga sinagoge disebut "hazzan". Tugasnya menjaga dan memelihara bangunan dan juga harta benda yang ada di sinagoge.
Dalam sinagoge ada lemari untuk menyimpan gulungan kitab Taurat, sebuah podium dengan sebuah meja untuk meletakkan Kitab Suci yang sedang dibaca, dan juga lampu dan bangku serta kursi duduk jemaat. (Lihat: Markus 5:22; Lukas 13:14; Kisah Para Rasul 13:5; 14:1; 15:43, dst.)
      1. Bentuk ibadah
Dalam sinagoge kebaktian dilakukan sbb.:
        1. Pembacaan pengakuan iman Yahudi yang disebut shema - (Ulangan 6:4,5). Diikuti dengan puji-pujian kepada Allah yang disebut berakot ("Diberkatilah ....").
        2. Pembacaan doa, dan juga pembacaan doa pribadi oleh jemaat (dalam hati).
        3. Selanjutnya adalah pembacaan Kitab Suci (kitab Taurat dan Pentateukh, juga kitab Nabi-nabi).
        4. Kemudian diikuti dengan Khotbah untuk menjelaskan bagian yang baru saja dibacakan.
        5. Kebaktian diakhiri dengan berkat, yang dilakukan oleh imam. Bentuk/tata cara ibadah sinagoge ini juga diikuti oleh gereja abad pertama.
      1. Aliran-aliran keagamaan dalam Yudaisme.
Istilah, "Agama Yahudi" banyak disebutkan di dalam Alkitab. Secara historis agama Yahudi diakibatkan karena pada waktu berdirinya hanya bagian selatan dari Palestina yang masih merdeka, yaitu Yudea. Yudaisme adalah kepercayaan yang unik untuk orang/bangsa Yahudi. Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan yang Maha Esa, pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir dan memberikan Hukum Taurat kepada mereka untuk menjadi fondasi hukum kehidupan mereka.
Dalam kitab agama Yahudi menuliskan Tuhan telah membuat perjanjian dengan Abraham, bahwa setiap anak cucunya diberikan rahmat jika mereka selalu taat dan melakukan perintah TUHAN. Perjanjian ini kemudian diulangi oleh Ishak dan Yakub. Kemudian, Ishak dan Yakub menurunkan bangsa Yahudi, maka mereka meyakini bahwa merekalah bangsa yang terpilih. Penganut Yahudi dipilih untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab khusus, seperti mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan beriman kepada Tuhan. Sebagai balasannya, mereka akan menerima cinta serta perlindungan Tuhan. Tuhan kemudian menganugerahkan mereka Sepuluh Perintah Allah melalui pemimpin mereka, Musa. Walaupun semua orang Yahudi memegang hukum agama yang sama (Yudaisme) tapi dalam penafsiran dan tujuannya ada bermacam-macam aliran:
        1. Kaum Farisi
Berasal dari kata parash, artinya "memisahkan". Selain itu, nama Farisi juga bisa berarti "Separatis" atau "Orang yang mengasingkan diri." Tujuan kelompok ini mengasingkan diri adalah untuk menjalankan segenap tuntutan Hukum Taurat. Mereka menjalankan secara harfiah baik Hukum Taurat yang tertulis maupun yang lisan. Ini merupakan tujuan paling utama dalam kehidupan orang-orang Farisi. Aliran yang paling berpengaruh dan banyak pengikutnya dalam masyarakat. Mereka adalah para ahli tafsir Perjanjian Lama, yang menjunjung tinggi hukum lisan atau adat istiadat nenek moyang yang mereka taati sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Karena keahliannya inilah mereka disebut sebagai ahli Taurat. Kelompok inilah yang paling banyak dijumpai berselisih paham dengan Yesus. Namun demikian tidak semua orang Farisi munafik ada juga yang sungguh-sungguh. (Lihat: Matius 23:13-15)
        1. Kaum Saduki
Nama Saduki berasal dari bani Zadok (Imam Besar). Mereka berjumlah kecil tetapi sangat berpengaruh dalam pemerintahan, karena anggota mereka adalah para imam di Bait Allah di Yerusalem. Kebanyakan anggota Saduki adalah imam-iman kepala dan para bangsawan. Dapat dipastikan hampir tidak ada hubungan antara kelompok ini dengan kaum awam. Mereka adalah kelompok ningrat rohani di daerah Palestina.
Pengajaran Perjanjian Lama yang mereka terima hanyalah 5 kitab Pentateukh, tidak percaya pada kebangkitan dan hal-hal supranatural atau kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka berpegang ketat hanya pada tafsiran-tafsiran harafiah Taurat. (Lihat: 2 Samuel 15:24-29; Kisah Para Rasul 23:8) Pengaruh golongan ini tidak terlalu kuat, yang pada akhirnya pengaruhnya berhenti. Sikap Tuhan Yesus terhadap kelompok ini diterangkan dalam Injil Matius 16:1-12. Baik golongan Farisi dan Saduki termasuk anggota-anggota Mahkamah Agama.
        1. Kaum Zelot
Siapakah kaum Zelot? Mereka adalah kaum nasionalis fanatik yang ingin melepaskan diri dari penjajahan Romawi. Mereka percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka sering mengadakan pemberontakkan melawan pemerintah Romawi. (Lihat: Kisah Para Rasul 5:37; Markus 12:14) Namun, perjuangan orang-orang Zelot melawan kerajaan Romawi dengan kekuatan persenjataan berangsur-angsur berubah menjadi dalih untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan bahkan terhadap bangsanya sendiri.
        1. Kaum Eseni
Eseni artinya "saleh" atau "suci". Mereka ini tidak secara resmi disebut dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, tetapi keberadaan mereka diakui oleh tradisi sebagai biarawan-biarawan Yahudi yang hidup membujang. Mereka juga menjalankan hidup sederhana dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama. Kelompok ini sering dihubungkan dengan penemuan-penemuan naskah Qumran, walaupun tidak ada bukti kuat. Aliran ini mempunyai ciri yang khas karena meninggalkan harta milik maupun perdagangan, melakukan pertanian, mempertahankan perintah Sabat dengan keras, mengadakan pembersihan-pembersihan ritual, dan merahasiakan beberapa ajaran terhadap orang luar.
        1. Kaum Helenis
Kelompok ini disebut sebagai kaum Helenis karena mereka adalah orang-orang keturunan Yahudi, tetapi telah mengadopsi kebudayaan dan bahasa Yunani dan tidak lagi mengikuti tradisi dan adat istiadat Yahudi, kecuali dalam hal iman agama mereka. Berbicara tentang "kebudayaan Helenis," maka yang kita maksudkan adalah prestasi kebudayaan Yunani yang mencapai puncak tertingginya di Atena pada abad ke-5 SM. "Kebudayaan Helenis" berarti semua kesenian, perdagangan, dan pemikiran daratan Yunani yang telah dipengaruhi oleh Atena. "Kebudayaan Helenistis" adalah perkembangan berikutnya dari kebudayaan Yunani di antara bangsa-bangsa di kawasan Laut Tengah bagian timur yang mencerminkan kebudayaan yang dimulai di Atena.
      1. Hari-hari Raya Yahudi
Orang-orang Yahudi banyak merayakan hari-hari penting yang pada umumnya dihubungkan dengan perayaan keagamaan yang memiliki latar belakang erat dengan sejarah kehidupan bangsa Israel. Hari-hari Raya tersebut antara lain: Perayaan Paskah, Hari Raya Roti Tidak Beragi, Hari Raya Pentakosta, Hari Raya Tahun Baru, Hari Perdamaian, Hari Raya Pondok Daun. Lima hari raya ini diadakan berdasarkan aturan dalam Hukum Musa. Sesudah masa pembuangan mereka menambah perayaan Hari Raya Meniup Serunai, Hari Raya Purin.