Pelajaran dari Runtuhnya Tembok Yerikho

P
TEMBOK TEBAL & PINTU TERTUTU
YOSUA 6 : 1 mencatat “Dalam pada itu Yerikho telah menutup pintu gerbangnya; telah tertutup kota itu karena orang Israel; tidak ada orang keluar atau masuk.”Di dalam kehidupan ini, walaupun kita merasa sudah hidup di jalan Tuhan, seringkali kita menghadapi "tembok yang sangat tebal". Kita berhadapan dengan masalah yang sangat berat. bahkan semua pintu seolah tertutup rapat bagi kita.




Yosua 6:1-27 mencatat proses runtuhnya tembok Yerikho tersebut. Perlu diketahui gambaran sekilas tentang Yerikho yang adalah merupakan kota benteng. Luasnya sekitar 4 ha (40.000 m2). Pada tahun 1931 seorang bernama John Garstangmenemukan reruntuhan dari tembok Yerikho, dan dari penemuan itu dikatakan bahwa benteng Yerikho itu terdiri dari 2 lapis tembok. Tembok luar tebalnya 6 kaki (= 1,8 meter). Jarak antara tembok luar dan tembok dalam adalah 12-15 kaki (= 3,6-4,5 meter). Tembok dalam tebalnya 12 kaki (= 3,6 meter). Tinggi tembok adalah 30 kaki (= 9 meter). Belakangan ada orang-orang yang berpendapat bahwa tembok yang ditemukan oleh John Garstang itu bukanlah tembok Yerikho pada jaman Yosua tetapi tembok Yerikho sesudah jaman Yosua. Tetapi bagaimanapun juga, digambarkan dalam Yos 2:15 bahwa di atas tembok Yerikho bisa dibangun rumah, di atas tembok Yerikho itu bisa berjejer delapan kereta kuda berdampingan, dari data tersebut tentu tembok Yerikho itu sangat tebal. Sebetulnya, menurut manusia, benteng Yerikho tidak bisa dihancurkan.
Bagaimana cara yang tepat untuk menembus tembok Yerikho yang tebal dan tertutup rapat itu, dan meraih kemenangan?
RAHASIA KEMENANGAN YOSUA
Kisah runtuhnya Yerikho ini menjadi salah satu kisah Alkitab yang sangat menakjubkan karena robohnya bukan karena digempur dengan bom, dinamit, bahkan rudal, tetapi oleh kuasa Tuhan sendiri. Hal itu sudah dikatakan sebagai janji Tuhan kepada Israel, “Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa.” (Yosua 6:2). Bahkan dalam terjemahan NIV : “I have delivered” (Aku telah menyerahkan...) menunjukkan bahwa Tuhan memberi kepastian kemenangan. TUHAN tidak menutupi fakta bahwa di tanah Kanaan yang akan Yosua perangi terdapat raja dan terdapat pahlawan-pahlawan yang gagah perkasa. Artinya, masalah yang dihadapi memang bukanlah masalah yang ringan. Tetapi dengan mengikuti apa yang dikatakan TUHAN, maka Ia memberikan jaminan bahwa kemenangan akan kita peroleh.
            Urutan pasukan yang berkeliling adalah  para prajurit, 7 imam pembawa sangkakala (Shofar), para imam pembawa Tabut Perjanjian, dan barisan penutup. Ketika mengelilingi benteng, tak sepatah kata pun terucap. Namun, pada hari ketujuh, saat sangkakala dibunyikan dan Yosua memerintahkan untuk bersorak, orang Israel harus bersorak nyaring. Segeralah, tembok Yerikho runtuh (Yosua 6:3-5).
            Apa yang menyebabkan tembok Yerikho runtuh? Banyak pengkotbah yang mengajarkan bahwa hal itu terjadi karena Allah mengutus malaikat untuk meruntuhkannya. Ada ilmuwan yang menduga bahwa tembok Yerikho runtuh karena getaran suara (resonansi) Sangkakala dan teriakan bangsa Israel, namun, penelitian menunjukkan robohhnya tembok Yerikho ke luar bukan ke dalam. Ada juga yang mengatakan bahwa tembok Yerikho runtuh karena gempa bumi. Gempa itu bukan hanya menimpa Yerikho saja, tapi juga kota-kota di sekitarnya. Salah satu alasan kenapa bangsa Israel sangat mudah mengalahkan bangsa-bangsa lain adalah karena kota mereka sudah hancur karena gempa bumi. Dalam Yosua 6:5b dikatakan ‘masing-masing langsung ke depan’ (Yos. 6:20b). Ini menunjukkan bahwa tembok Yerikho runtuh total, seluruhnya, kecuali rumah Rahab yang  berada di atas tembok dan mereka selamat (Yos. 2:15 bnd 6:17). Nah bagaimana menjelaskan peristi­wa dimana ada sebagian tembok yang tidak runtuh kalau dianggap gempa bumi?
 Pada kenyataannya bahwa tembok Yerikho roboh bukan karena kekuatan manusia ataupun alam tetapi oleh kuasa Tuhan. Hal ini merupakan suatu mujizat yang luar biasa. Hal tersebut dikatakan penulis Ibrani  “Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya” (Ibrani 11:30). Dalam
Yosua 6:20 dicatat “Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu.” Apa hubungan kedua ayat tersebut ?
Dalam kitab Yosua dijelaskan bahwa runtuhnya tembok disebabkan sorak-sorai (Shout). Dalam buku ‘Seni Menyembah’ karya  Selvaraj Sadhu Sundhar (Jakarta : Nafiri Gabriel, Oktober 199) disebutkan salah satu aspek ‘Pujian’ (Praise) adalah Shout. P (Prokliam) – R(Rejoice) – A(Applause) – I (Intimacy) – S(Shout) – E(Expression). Bersorak (shout) lebih dari sekedar bertepuk tangan, tetapi dengan segenap hati dan kekuatan meninggikan Allah dengan sorak– sorai. Bandingkan dengan kegembiraan yang meluap dengan penonton sepak bola piala dunia saat jagoannya menjadi pemenang. Keluar dari hati dan tiap orang memiliki penafsiran yang sangat pribadi tentang ekspresi.
Mungkin saat mereka mengeliling tembok Yerikho yang tebal sebanyak 13 kali, dalam jarak yang tidak terlalu jauh, yang mereka lihat adalah hanya kemustahilan untuk menembus tembok tersebut. Karena perintah Tuhan hanya tidak boleh bicara “Janganlah bersorak dan janganlah perdengarkan suaramu, sepatah katapun janganlah keluar dari mulutmu sampai pada hari aku mengatakan kepadamu: Bersoraklah!” (Yos 6:10). Sehingga ketika mereka diperintahkan bersorak, pastilah teriakan yang keluar dari hati yang mengandalkan Tuhan sepenuhnya karena tidak ada yang dapat mereka lakukan. Alias menyerah. Teriakan seperti itu tentu bukan keluar dari mulut saja atau ikut-ikutan, tetapi pekik sorak yang berwarnakan iman atas kepastian yang Tuhan janjikan.
PELAJARAN DARI RUNTUHNYA YERIKHO
Pelajaran pertama adalah Tuhan tidak pernah mengajar umatNya untuk lari dari persoalan yang ada di hadapannya. Tuhan juga tidak mengambil alih peperangan tersebut. Yang benar adalah Tuhan mengajari kita untuk berperang dengan suatu kepastian bahwa kemenangan pasti menjadi milik kita. Jadi kita harus mau berperang (menghadapi masalah), tetapi kita juga harus ingat bahwa dalam peperangan itu kita tidak sendirian, sebab Tuhan memberikan kemenangan bagi kita.
            Pelajaran kedua adalah Mengalahkan Persungutan. Salah satu pelajaran yang sederhana adalah mengalahkan persungutan.Terlalu mudah bagi Tuhan untuk dapat langsung memberikan Yeriko kepada Israel, tetapi Tuhan lebih memilih untuk mendidik Israel. Mereka harus tertib, tidak berbicara satu kata pun. Selama mengelilingi kota Yerikho, mungkin musuh mengolok-olok atau mencemooh mereka, menganggap hal itu perbuatan bodoh, tetapi orang Israel harus ingat  akan perintah Tuhan agar menjaga sikap dan mulut mereka. Selain itu pernahkah Saudara membayangkan betapa betenya (bosan) ketika mereka disuruh mengelilingi tembok itu dengan cara yang sama dan jarak yang sama setiap hari selama 6 hari.  Bahkan dikatakan hari ke 7 disuruh berkeliling 7 kali. Berarti hari sekalipun hari Sabat , yang adalah hari istirahat, tetap mengelilingi kota tersebut. Akitifitas seperti itu sepertinya pekerjaan yang tak berarti. Mereka hanya diminta berkeliling tanpa melakukan apapun. Rupanya mereka bukan hanya dibentuk untuk bersabar. Sabar mengerjakan walau sepertinya tak ada peluang. Tetapi yang terutama mereka harus meruntuhkan "sungut-sungut" atau "manja" mereka, karena di padang gurun mereka selalu bersungut-sungut.
Pelajaran ketiga penting karena . biasanya orang akan bersorak sorai ketika kemenangan telah diraih. Melalui peristiwa runtuhnya Yerikho kita diajarkan untuk bersorak sebelum menang! Coba diteliti, ketika bunyi sangkakala ditiup panjang, maka mereka harus bersorak sorai, padahal saat itu tembok Yerikho masih tetap berdiri tegak. TUHAN mengajarkan kepada kita untuk mengucap syukur terlebih dahulu kepada ALLAH sekalipun persoalan yang sedang kita hadapi belum terselesaikan. Inilah prinsip yang harus ada di dalam kehidupan orang Kristen. Jika kita baru dapat bersyukur setelah memperoleh kemenangan, apa bedanya dengan orang yang tidak mengenal TUHAN? . Jadi metode peperangan yang digunakan oleh TUHAN sangat berbeda dengan apa yang digunakan oleh orang dunia.
Pelajaran keempat adalah Tuhan mau melatih kita. Setelah tembok Yerikho runtuh, tindakan selanjutnya yang harus dilakukan oleh orang Israel adalah mereka maju dan merebut kota yang telah diruntuhkan itu. Jadi Tuhan tidak mengambil alih peperangan yang sedang kita hadapi, tetapi Ia mengajari kita untuk berperang dan setelah itu kita sendiri harus mau maju menghadapi dan memerangi musuh yang ada di hadapan kita. Melihat metode Tuhan ini, kita ambil suatu kesimpulan bahwa bukan kerja keras yang diposisikan di depan, melainkan ketaatan kepada Allah. Setelah tembok diruntuhkan, barulah kita bekerja keras untuk meraih kemenangan yang telah diberikan Tuhan bagi kita (diambil dari P# 17).

Komentar