KUNCI UTAMA: Taat, Tidak Membantah



Baca:  Ibrani 11:8-19

"Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak.  Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,"  Ibrani 11:17










Semua orang percaya tahu pasti bahwa kunci untuk mengalami berkat, kemenangan dan terobosan-terobosan dalam hidup adalah taat, artinya setia melakukan apa yang Tuhan kehendaki seperti Yesus, yang taat melakukan kehendak Bapa:  "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39) dan Yesus juga mengatakan,  "...sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." (Yohanes 5:30b).  Bahkan Alkitab menegaskan bahwa Yesus "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).

     Jadi ketaatan adalah masalah yang tidak asing lagi bagi kita tapi merupakan suatu hal yang paling sulit untuk dilakukan, apalagi bila harus menaati sesuatu yang tidak kita sukai, tidak masuk akal atau bertentangan dengan keinginan dan harapan kita.  Contohnya adalah Abraham.  Ia diperintahkan Tuhan untuk mempersembahkan anak semata wayangnya, Ishak, sebagai korban persembahan.  Menurut pikiran manusia permintaan Tuhan ini sangat tidak masuk akal dan tidak pernah terbayangkan oleh Abraham sebelumnya.  Meski demikian Abraham mengerjakan apa yang Tuhan mau dengan penuh semangat dan tanpa keterpaksaan.  Tertulis:  "Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya;  ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya." (Kejadian 22:3).  Hal ini menunjukkan bahwa Abraham taat kepada Tuhan sepenuhnya tanpa ada bantahan atau argumentasi sedikit pun.  Hati Abraham begitu bersukacita dalam menjalankan perintah Tuhan, sulit atau mudah, sesuai dengan harapan atau tidak.  Intinya, Abraham hanya punya satu tujuan yaitu taat kepada Tuhan dan menyenangkan hatiNya.

     Abraham taat tanpa mengajukan syarat apa pun.  Yang menjadi fokus utamanya adalah Pribadi Tuhan, bukan pada apa yang telah ia miliki atau berkat yang telah ia terima dari Tuhan.  Abraham tahu benar bahwa ketika ia taat menjalankan perintah Tuhan, hal-hal yang luar biasa di luar pemikirannya, disediakan Tuhan baginya.
(Bersambung)


Baca:  2 Raja-Raja 5:1-14

"Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya?  Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu:  Mandilah dan engkau akan menjadi tahir."  2 Raja-Raja 5:13

Alkitab menyatakan, "Apa yang tidak pernah dilihat mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia:  semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9).  Ketika kita taat melakukan kehendak Tuhan dan berkat-berkat yang luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, sebab Tuhan "...dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,"  (Efesus 3:20).

     Inilah yang juga dialami oleh Naaman, seorang panglima raja Aram, yang menderita penyakit kusta.  Ia diperintahkan oleh nabi Tuhan, yaitu Elisa, agar menceburkan diri dan mandi sebanyak tujuh kali ke dalam sungan Yordan.  Celakanya, peritah ini tidak disampaikan secara langsung oleh Elisa, melainkan melalui orang suruhannya (baca 2 Raja-Raja 5:10).  Bagi Naaman hal ini merupakan sebuah penghinaan atau sikap tidak hormat kepadanya.  Bagaimana mungkin Naaman mau mengerjakan apa yang disuruhkan Elisa kepadanya kalau semua perintah itu tidak masuk akal, terbilang aneh dan tidak sesuai dengan harapannya, apalagi Elisa dinilai tidak menghargai dia yang adalah panglima terpandang.  Itulah reaksi pertama Naaman (baca 2 Raja-Raja 5:11-12).  Namun atas saran dan desakan para pegawainya akhirnya Naaman mau melakukan apa yang diperintahkan nabi Allah itu, sekalipun tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan;  dan ketika Naaman mau taat dan belajar merendahkan diri serta tidak bersandar pada pengertiannya sendiri, ia pun mengalami kesembuhan secara total.  Dikatakan,  "Maka turunlah ia membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu.  Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir." (2 Raja-Raja 5:14).

     Bukankah kita sering bertindak seperti Naaman?  Tidak mau taat dan lebih mengandalkan logika kita.  Kita sering memilah-milah perintah Tuhan, mana yang akan ditaati dan mana yang tidak.
Naaman mengalami mujizat kesembuhan ketika ia mau bertindak dalam ketaatan terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengerti ada rencana Tuhan di balik itu semua.