Kematian TUHAN YESUS KRISTUS



Baca:  Roma 5:1-11

"Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah."  Roma 5:6







       Peristiwa kematian manusia sesungguhnya sesuatu yang sangat alamiah dan merupakan bagian siklus kehidupan.  Namun mengapa kematian Yesus Kristus di kayu salib terasa istimewa dan dirayakan di seluruh dunia?  Bukankah kematianNya tidak jauh berbeda dengan kematian manusia lainnya, bahkan terlihat begitu tragis dan menyedihkan?  Meski cara kematian Yesus merupakan salah satu kematian yang tragis dan menyedihkan, tapi membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia di muka bumi ini.

     Kematian Yesus Kristus tidak bisa kita samakan atau bandingkan dengan kematian para nabi, rasul atau pun tokoh-tokoh besar dan ternama manapun di dunia.  Dalam Roma 5:10 dikatakan,  "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"  (Roma 5:10).  Kematian Yesus Kristus adalah hakekat keselamatan bagi umat manusia karena melalui kematianNya kita diperdamaikan dengan Allah.  Alkitab menegaskan bahwa  "...oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,"  (Ibrani 10:19).  Oleh darah Yesus yang tercurah di kalvari kita dilayakkan untuk masuk ke dalam tempat kudus Allah.  Sebagai manusia berdosa seharusnya kita dihukum dan dimurkai Allah, tapi melalui kematian Yesus Kristus kita beroleh pengampunan dosa dan mendapatkan keselamatan kekal,  "...karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah."  (Roma 5:9).

     Jadi tanpa melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib semua umat manusia akan mengalami kebinasaan kekal, sebab  "...semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,"  (Roma 2:23).  Kita tahu bahwa dosa telah merusak seluruh aspek kehidupan manusia dan dosa itu mendatangkan murka dan hukuman Allah atas manusia,  "Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."  (Roma 6:23).

Yesus Kristus rela mati bagi kita supaya kita diselamatkan!


Baca:  1 Yohanes 2:1-6

"Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia."  1 Yohanes 2:2

Kita patut bersyukur karena mendapatkan jalan terlepas dari hukuman Allah yaitu melalui Kristus, yang rela datang ke dunia dan menyerahkan nyawaNya, mati ganti kita.  Dia satu-satunya jalan keselamatan itu!  "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).  Jadi setiap orang yang percaya kepadaNya tidak lagi berada di bawah penghukuman Allah.

     Banyak orang beranggapan bahwa dengan berbuat baik dan beramal sebanyak-banyaknya pasti beroleh keselamatan atau masuk sorga.  Benarkah?  Perhatikan ayat ini:  "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman."  (2 Timotius 1:9).  Jadi kita diselamatkan oleh kasih karunia di dalam Yesus Kristus, bukan karena perbuatan baik kita  (baca juga  Efesus 2:8).  Namun kita yang telah diselamatkan di dalam Yesus Kristus wajib dan harus berbuat baik.

     Dengan mengingat kembali pengorbanan Kristus di atas kayu salib, seharusnya kita sebagai umat tebusanNya tidak lagi hidup sembrono karena dosa-dosa kita telah dibayar lunas olehNya.  "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Dahulu sebelum kita percaya kepada Yesus, kita adalah hamba-hamba dosa, namun sekarang kita memiliki status baru yaitu hamba-hamba kebenaran.  Jadi kita harus hidup benar dan berkenan kepada Tuhan, tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh kita sebagai senjata kelaliman, melainkan sebagai senjata kebenaran  (baca  Roma 6:13).


Jangan hanya terharu biru sembari menitikan air mata tatkala membayangkan penderitaan Kristus di kayu salib, tapi bagaimana komitmen kita membalas kasih dan pengorbananNya melalui tindakan nyata!