Mengelola Kekayaan Yang Beretika Kristiani | MTPJ 24 – 30 Agustus 2014

MTPJ 24 – 30 Agustus 2014
TEMA : “Mengelola Kekayaan Yang Beretika Kristiani”
Bahan Alkitab: 
1 Timotius 6:17-19 & Ayub 31:24-28
ALASAN PEMILIHAN TEMA
        Siapa yang tidak ingin ”KAYA”? Pasti semua ingin ”KAYA”. Setelah menjadi kaya banyak kali lupa diri, sombong, tamak, “materialisme”, bahkan melupakan Tuhan sebagai sumber berkat. Karena takut kekayaannya akan habis maka tidak ada sikap untuk memberi atau membagi berkat Allah kepada orang yang membutuhkan pertolongan.
Tetapi ada juga orang Kristen yang mampu mengelola kekayaannya sehingga mereka tetap diberkati.
Berangkat dari Tema: “Mengelola Kekayaan Yang Beretika Kristiani”, maka kekayaan yang adalah berkat Allah harus dikelola secara baik untuk dinikmati dan menjadi berkat oleh orang lain.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
1 Timotius 6 : 17 – 19
Alkitab PLdan PB memandang kekayaan sebagai berkat dari Allah. Abraham merupakan contoh orang kaya yang takut kepada Allah (Kej.13:2). Para pemazmur memuji berkat-berkat bendawi. Orang saleh bertumbuh subur ’seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air’ (Mazmur 1:3). Harta dan kekayaan ada di dalam rumah orang yang ’takut akan Allah’ (Mazmur 112:1,3). Allah adalah rahmani dan kekayaan bendawi adalah dampak rahmat-Nya. ”Allah….. dengan limpah-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati” (1 Tim.6:17).
Tapi pemilikan kekayaan membawa serta tanggungjawab kedermawanan yang ikhlas terhadap mereka yang membutuh kan. (1 Tim.6:18; 2Kor 8 dan 9). Demikianlah teladan Kristus sendiri. Sekalipun Ia kaya, namun demi orang percaya Ia menjadi miskin, supaya karena kemiskinan-Nya itu orang percaya menjadi kaya (2 Kor 8:9).
Paulus melengkapi nasehatnya mengenai kekayaan. Dia telah menyampaikan peringatan-peringatan dalam bentuk negatif akan kekayaan (ayat 6-10). Sekarang ditambahkan nasehat-nasehat yang positif mengenai mengelola kekayaan yang tepat.
Orang Kristen yang kaya (semua orang kaya) hendaknya waspada agar jangan sampai kekayaan membuat mereka lupa diri (tinggi hati), terlalu percaya pada diri sendiri, sehingga lupa bahwa kekayaan adalah sesuatu yang tidak kekal. Tetapi Allah adalah sumber kekayaan yang dianugerahkan kepada setiap orang untuk dinikmati (17). Bukan dinikmati sendiri tetapi juga bagi orang lain. Membagi-bagikan berkat Allah kepada orang lain akan menjadi kaya akan kebajikan (18). Perbuatan baik dengan memberi dan membagikan berkat Allah, menurut Paulus adalah orang yang mengumpulkan harta untuk mencapai hidup yang sebenarnya (19).
Ayub 31 : 24-28
Ayub adalah seorang yang kaya raya dan takut akan Allah. Ayub tidak menaruh kepercayaan kepada emas atau kencana (24) dan Ayub tidak bersukacita dengan kekayaannya berdasarkan usahanya sendiri sehingga berlimpah-limpah kekayaannya (25). Bahwa sampai-sampai tatkala Ayub bersukacita dalam kekayaannya memandang matahari dan bulan yang menemaninya terpikat dan menyembah (26,27). Ia adalah seorang yang jujur di hadapan Allah, sebagaimana diakui oleh Allah sendiri (1:8). Karena kewibawaannya terhadap apa yang Tuhan perintahkan kepadanya maka ia telah menunjukkan sikap bahwa sesungguhnya apa yang dia miliki adalah milik Allah. Inilah bentuk penghargaan Ayub atas kekayaan yang dia miliki. Materi tidak harus diagungkan. Sebab bagi Ayub itu semua adalah suatu kejahatan yang patut dihukum dan merupakan penolakkan terhadap Allah yang berkuasa yang patut disembah ketika harta benda menjadi pokok dalam penyembahan.
Makna dan Implikasi Firman
        Paulus dan Ayub mengingatkan, pertama, untuk melihat kekayaan, harta atau uang sebagai anugerah dari Allah bagi kita. Segala sesuatu telah diberikan kepada kita oleh Allah. Tidaklah salah menjadi kaya atau memiliki harta/uang yang banyak, sebab justru itu adalah berkat, tetapi kita diingatkan bahwa dengan kekayaan, harta atau uang, kita rawan pencobaan. Kita bisa berpikir bahwa kekayaan itu adalah milik kita. Berdasarkan bacaan ini, paling tidak ada dua sikap/pemahaman yang sering menyesatkan manusia tentang kekayaan/harta/uang ini :
-Adasikap memahami bahwa kekayaan/harta/uang merupakan tolok ukur nilai hidup, keberhasilan atau kelayakkan seseorang.
-Sikap yang lain adalah sikap yang memahami bahwa kekayaan/harta/uang merupakan jaminan untuk kekuasaan dan rasa aman.

Paulus melalui Timotius, mengingatkan kita, khususnya orang-orang kaya untuk tidak terjebak dalam kedua sikap atau pemahaman yang menyesatkan tadi. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa hanya Allah sendirilah yang menentukan masa depan kita, bukan kekayaan, harta atau uang yang dimiliki. Dan ini sudah terbukti bahwa kekayaan, harta atau uang bukanlah segala-galanya dalam hidup ini. Berbagai krisis yang kita alami, krisis moneter, krisis ekonomi, dan lain sebagainya telah membuktikan bahwa kekayaan, harta atau uang tidak bisa mengontrol segala sesuatu.
Apabila kita melihat kembali peristiwa demi peristiwa yang kita alami atau lalui dalam hidup ini, ternyata berbagai tragedi dan masa-masa sulit selalu menggoncangkan pikiran kita. Rencana kita yang terbaik dan harapan kita dapat dihancurkan oleh peristiwa-peristiwa di luar kendali kita sekali pun kita memiliki kekayaan yang cukup menjanjikan. Kita diingatkan bahwa hanya ada satu sumber rasa aman yang sejati di dunia yang selalu berubah ini. Dengan apresiasi yang baru, kita dapat merenungkan kata-kata Rasul Paulus sebagaimana bacaan ini. Ketika kekayaan materi kita berkurang, kita dapat bertambah kaya dalam kebajikan, kemurahan hati, dan berbagi dengan sesama. Ketika kondisi keuangan kembali stabil, kita dapat lebih bebas menyimpan apa yang diberikan Allah dan mempercayai-Nya sepenuhnya.
Yang kedua, kita diingatkan oleh Paulus dan Ayub untuk melihat kekayaan, harta atau uang sebagai alat untuk berbuat baik, atau melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Yang diminta di sini adalah kebaikan dan kemurahan hati terhadap sesama. Memiliki kekayaan, harta atau uang yang banyak bukanlah dosa, dan menjadi miskin tidak otomatis berarti saleh. Tuhan memberikan kita kekayaan, harta atau uang, tapi kita harus siap sedia untuk mempergunakannya dalam kebaikan dan kebajikan dan kita harus siap sedia untuk bisa memberi dan berbagi dengan hati nurani yang bersih terhadap sesama. Dan itulah yang disebut Paulus pada ayat 19 tadi ”mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya”.
Kekayaan, harta atau uang yang banyak bukanlah segala-galanya dalam hidup ini; sebaliknya kemiskinan, atau hidup yang berkekurangan bukanlah akhir dari hidup ini. Kaya atau miskin, tergantung bagaimana kita menggunakan apa yang sudah dianugerahkan Tuhan bagi kita sebagai alat untuk berbuat kebaikan dan kebajikan.
PERTANYAAN DISKUSI
1.    Bagaimana mengelola kekayaan menurut 1 Timotius 6:17-19 dan Ayub 31:24-28?
2.    Apakah pendapat kita terhadap mereka yang salah mengelola kekayaannya?
NAS PEMBIMBING : Mazmur 112:1-3        
POKOK-POKOK DOA
  1. Allah Bapa menganugerahkan berkat-Nya kepada orang yang takut akan Tuhan.
  2. Hikmat untuk mengelola berkat kekayaan yang diberikan Tuhan.
  3. Hati yang tulus untuk memberi dan membagikan berkat Tuhan.