Kematian Yesus Membuktikan Kebenaran-Nya


Bahan Alkitab:  Lukas 23:44-49











       kebenaran-Nya, melalui peristiwa kematian Yesus Kristus, di kayu salib, Pertama : Kegelapan meliputi bumi meskipun baru Jam 12 siang, sebab terang matahari tidak bersinar (ay.44-45a). Tahapan itu dan bukan sebaliknya, terbukti diawal penciptaan Allah, yaitu dari gelap terbitlah terang, sebab pada mulanya gelap gulita, lalu Allah berfirman ”Jadilah terang” (bnd.Kej.1:2-3). Bahkan menurut penginjil Yohanes ”Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”(Yoh.1:5). Terang itu sendiri dipersonalisasikan dalam Yesus Kristus ”Akulah terang dunia” dan dalam Dia ada hidup. Setiap manusia yang hidup dalam terang kebenaran-Nya, memiliki terang hidup. (bnd.8:12). Menurut pengamsal ”Siapa yang berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi siapa mengejar kejahatan, menuju kematian (Amsal 11:19). Dari apa yang sudah diuraikan, maka membuktikan kebenaran-Nya, bahwa Yesus mati karena kejahatan atau dosa dunia dan manusia.


Kedua: Tabir Bait Suci terbelah menjadi dua. Sesungguhnya pada waktu matahari tidak lagi bersinar (gelap-gulita sebagai gambaran dari kuasa dosa), bukan saja tabir atau tirai yang terkoyak, tetapi juga menurut penginjil Matius dalam Matius 27:51 dan 52, pada waktu itu terjadi juga gempa bumi, bukit-bukit batu terbelah dan kuburan orang mati, terbuka. Fenomena itu menunjukkan bahwa jalan kini terbuka lebar untuk menghampiri Allah. Tabir yang memisahkan tempat kudus dan tempat mahakudus yang sebelumnya menghalangi orang menghampiri hadirat-Nya, maka membuktikan bahwa melalui kematian Kristus, tabir itu disingkirkan dan jalan menuju tempat mahakudus, (yakni kehadiran Allah), kini terbuka bagi semua orang yang percaya kepada Kristus dan Firman-Nya yang menyelamatkan.

Ketiga: Seruan Yesus sebelum kematian-Nya, ”Ya Bapa , ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawaKu”. Seruan ini adalah tahap kesepuluh atau yang terakhir dari penderitaan Kristus. Dan itu menandakan atau membuktikanakhir dari segala penderitaan-Nya serta penyelesaian karya penebusan. Hutang dosa dunia dan manusia telah dilunasi., dan rencana keselamatan ditegakkan.

Keempat: Orang banyak yang menonton dan berakhir dengan memukul-mukul diri mereka. Ini bukti yang sangat meyakinkan tentang kebejatan hati   manusia   yang   senang   menonton atau menyaksikan kekerasan, darah dan kematian. Pada waktu itu memang mereka terbiasa menonton di gelanggang Romawi dan Yunani. Mereka bersorak-sorak dengan riang gembira tanpa sedikitpun merasa belas kasihan, sementara orang bertarung dan saling membunuh, bahkan berakhir dengan penderitaan, darah dan kematian. Jika Kristus disaksikan dalam hal yang berakhir sama, maka kematian Yesus membuktikan sesuatu kebejatan dalam diri manusia untuk mengubah sikap demikian, dengan kasih dan kepedulian, dan tidak lagi hidup dalam kebejatan dosa. Dan kalaupun mereka yang menonton/menyaksikan peristiwa Yesus di kayu salib, kemudian pulang dengan penyesalan, sehingga memukul-mukul diri mereka, maka kematian Yesus membuktikan bahwa Ia tidak bersalah, namun penebusan-Nya haruslah diakui untuk membebaskan dan menyelamatkan dari belenggu dosa, sehingga Allah dimuliakan. Pengakuan demikian dan memunculkan ungkapan memuliakan Allah seperti yang dikatakan oleh kepala pasukan, bahwa: ”Sungguh , orang ini adalah orang benar” (ay.47).

Jemaat yang dikasihi oleh Yesus Kristus.

            Hari ini, mata dan hati kita tertuju kepada Yesus Tuhan kita, yang mencapai puncak penderitaan-Nya dan mati di kayu salib. Dari bukti-bukti yang sudah ditampilkan, maka sesungguhnya kejahatan dan dosa kitalah yang menyebabkan Yesus menderita dan mati di kayu salib. Kejahatan dosa kita yang sudah membelenggu kehidupan kita dalam kegelapan, namun oleh kasih Allah maka Kristus yang adalah Terang, telah berkenan menerangi jalan-jalan kehidupan kita yang tidak sepi dari berbagai gelapnya pergumulan dan ancaman kehidupan. Sebab melalui kematian Yesus Kristus, kita tidak lagi terpisah dari kasih karunia-Nya, melainkan telah memperoleh jalan masuk untuk senantiasa menghadap hadirat-Nya, dan menyerahkan berbagai persoalan hidup kita. Memang ada banyak persoalan yang melanda kehidupan kita, yang dalam realita tidak jarang diselesaikan secara kekerasan, darah dan kematian. Hal itu disebabkan karena dalam kehidupan modern sekarang ini yang ternyata ada juga dampak negatifnya yang juga mempengaruhi kehidupan beriman kita, yaitu antara lain terbiasanya dan di dalamnya mendapat kesenangan dan hiburan, ketika menonton televisi dan media lainnya, yang menampilkan penderitaan manusia, darah, kekerasan dan kematian, yang semuanya bermuara pada dosa. Padahal Yesus mati untuk menebus dan membebaskan manusia dari perilaku seperti itu. Namun kebebasan melalui penderitaan dan kematian Yesus, hendaknya memotivasi kehidupan beriman kita untuk hidup dalam kasih-Nya, bahkan berbelas kasihan kepada rintihan orang yang menderita dan mereka yang mengalami kekerasan samudera raya kehidupan mereka, untuk kita angkat menuju kehidupan yang layak , penuh kasih mesra. Itulah bukti dari kita umat Kristiani yang tidak saja secara seremonial beribadah memperingati Hari Jumat Agung/ Kematian Yesus Kristus di kayu salib, tetapi juga memaknainya dalam pengabdian, jerih dan juang kita, bagi keselamatan dunia dan manusia, yang sudah lebih dahulu dikasih oleh Yesus Kristus. Amin.