Orang Kaya Sukar Masuk Surga



Baca:  Matius 19:16-26

"Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."  Matius 19:24






       Menyimak pernyataan ayat firman Tuhan di atas semua orang pasti terkejut.  Terbesitlah suatu pernyataan di hati kita:  "Apakah untuk bisa masuk ke dalam Kerajaan Sorga kita harus terlebih dahulu jadi orang yang miskin atau dalam keadaan yang serba pas-pasan?"  Jawabannya:  tidaklah demikian!


     Sejak dari semula Tuhan memiliki rencana yang indah bagi kehidupan setiap orang percaya sebagaimana tertulis:  "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan."  (Yeremia 29:11).  Jadi rencana Tuhan bagi kita adalah hari depan yang penuh harapan,  'MDC' (masa depan cerah), bukan 'MDS' (masa depan suram).  Tuhan ingin setiap anakNya mengalami berkat-berkatNya sehingga hidupnya pun menjadi berkat bagi orang lain dan dapat membantu pekerjaan Tuhan di muka bumi ini.

     Namun seringkali terjadi kekayaan atau materi yang dimiliki seseorang dapat mengubah sikap hati dan membuatnya lupa diri, bahkan tidak sedikit yang semakin jauh dari Tuhan.  Tuhan tidak lagi sebagai yang utama dalam hidup.  Keberadaan Tuhan sebagai Sang Pemberi berkat telah tergantikan oleh harta/kekayaannya.  "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Padahal ketika masih hidup pas-pasan banyak orang Kristen yang begitu tekun mencari Tuhan, rajin beribadah dan aktif di persekutuan.  Dalam segala hal mereka senantiasa mengandalkan Tuhan.  Tetapi setelah hidupnya dipulihkan dan diberkati, secara perlahan mulai berubah, hatinya tidak lagi melekat kepada Tuhan karena sudah merasa nyaman dengan kekayaan yang dimilikinya.  Sepertinya Tuhan sudah tidak terlalu diperlukan lagi.  Rasul Paulus berpesan kepada Timotius,  "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.  Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi"  (1 Timotius 6:17-18). 


Baca:  Lukas 12:13-21

"Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."  Lukas 12:21

Fakta telah membuktikan bahwa harta kekayaan seringkali membuat seseorang menjadi sombong atau tinggi hati, lupa bahwa semua itu karena anugerah Tuhan semata.  Hal ini diakui oleh Daud,  "Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya."  (1 Tawarikh 29:12).  Tidak ada alasan apa pun bagi kita untuk bermegah atau meninggikan diri.

     Orang kaya sulit masuk ke dalam Kerajaan Sorga selama hatinya hanya terpaut kepada harta kekayaannya dan tidak lagi mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati.  Ketika Tuhan Yesus berkata kepada anak muda yang kaya,  "'...pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.'  Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya."  (Matius 19:21-22), ternyata anak muda ini lebih mencintai hartanya dari pada Tuhan.  Ia enggan melepaskan keterikatannya pada harta.  Namun ini bukan berarti seseorang harus dalam posisi miskin terlebih dahulu baru bisa masuk sorga.  Juga bukan berarti bahwa orang miskin pasti akan masuk sorga.  Yang menjadi pokok persoalan adalah hati kita, karena harta kekayaan seringkali memperhamba manusia.  Itulah sebabnya Salomo dalam doanya berkata,  "Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.  Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku."  (Amsal 30:8b-9).

     Tuhan tidak melarang seseorang menjadi kaya karena Ia sendiri ingin memberkati umatNya.  Yang tidak dikehendaki adalah kita menjadi sombong dan hati kita terikat pada harta semata.  Firman Tuhan mengingatkan,  "...walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  (Lukas 12:15).


Apalah gunanya memiliki harta melimpah jika akhirnya harus mengalami kebinasaan kekal;  karena itu muliakan Tuhan dengan hartamu  (baca Amsal 3:9).