Sikap Hati Yang Benar



Baca:  1 Samuel 30:1-25

"Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga,...Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis."  1 Samuel 30:1






    Ziklag adalah fase terkelam dalam perjalanan hidup Daud sebelum ia menjadi raja, dan sekaligus proses ujian iman terberat baginya.  Apa itu Ziklag?  Ziklag adalah sebuah kota di bawah kekuasaan Filistin yang diberikan raja Akhis kepada Daud.  Selama satu tahun empat bulan Daud tinggal di kota itu.  Mengapa Daud tinggal di Filistin?  Ini adalah bagian dari penyelamatannya dari kejaran Saul yang ketika itu menjadi raja atas Israel.


     Suatu ketika Daud beserta enam ratus tentaranya turut serta dalam peperangan orang-orang Filistin melawan bangsa Israel.  Namun di tengah perjalanan Daud dan pengikutnya diminta untuk ke luar dari peperangan, karena orang-orang Filistin takut jika suatu saat Daud dan pengikutnya akan berkhianat.  Kata raja Akhis,  "Aku tahu, engkau ini memang kusukai seperti utusan Allah. Hanya, para panglima orang Filistin telah berkata: Ia tidak boleh pergi berperang bersama-sama dengan kita."  (1 Samuel 29:9).  Akhirnya, Daud diminta untuk kembali pulang ke Ziklag.  Hal ini sangat melegakan hati Daud karena ia tidak jadi turut berperang, karena sesungguhnya hati Daud teriris-iris karena ia harus berpihak kepada orang-orang Filistin.  Setelah sampai ke Ziklag, apa yang terjadi?  Kota itu dihancurkan oleh orang Amalek,  "...tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis."  (1 Samuel 30:3-4).  Suatu kondisi yang sangat tragis!  Daud benar-benar sangat terpukul dengan keadaan ini, apalagi para pengikutnya menjadi sangat marah kepadanya dan hendak melempari dia dengan batu.  Coba bayangkan jika kita berada di posisi Daud ini.  Namun saat terjepit karena masalah di Ziklag yang mengakibatkan seluruh rakyat pedih hati, Daud mengambil tindakan yang benar yaitu  "...menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya."  (1 Samuel 30:6).

     Banyak orang ketika sedang mengalami permasalahan berat tidak lagi bisa berpikir jernih:  panik, stres, frustasi, marah, kecewa dan ngambek kepada Tuhan, mogok berdoa dan mogok ibadah;  kemudian mereka memilih untuk lari mencari pertolongan kepada manusia daripada harus duduk diam berdoa dan menantikan Tuhan.


Baca:  Mazmur 13:1-6

"Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu."  Mazmur 13:6

    Sikap hati yang benar yang telah ditunjukkan Daud membuatnya berkenan kepada Tuhan.  Sebagai orang percaya kita patut meneladani sikap Daud ini!  Seringkali ketika badai masalah menyerang hidup ini hati kita dipenuhi kekuatiran dan kecemasan sehingga hati kita pun menjadi tawar.  Ayub punya pengalaman dalam hal ini:  "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku."  (Ayub 3:25).  Ketakutan, kekuatiran, kecemasan, tawar hati, putus asa adalah senjata yang digunakan Iblis untuk melemahkan dan menghancurkan iman orang percaya.  Apa pun yang terjadi biarlah kita mau menguatkan iman percaya kepada Tuhan.

     Menempuh perjalanan hidup yang penuh liku tidak menyurutkan semangat Daud mencari Tuhan.  Semakin diperhadapkan dengan kesulitan semakin Daud melekat kepada Tuhan.  Saat menghadapi Saul atau pemberontakan anaknya  (Absalom), Daud selalu menguatkan hatinya dengan berdoa kepada Tuhan,  "Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus."  (Mazmur 3:5).  Saat ketakutan menyerang, Daud pun berdoa,  "Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu;  kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  (Mazmur 56:4-5).  Ini menunjukkan bahwa berdoa adalah solusi terbaik bagi orang percaya.  Ada tertulis,  "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16b).  Daud bukan hanya berdoa saat dalam kesesakan, tapi ia juga selalu memuji-muji Tuhan.  Daud tidak menunggu sampai masalahnya selesai atau doanya dijawab Tuhan.

     Adalah mudah bersukacita atau bermazmur bagi Tuhan saat segala sesuatunya baik dan lancar, tapi jika kondisi kita sedang sakit, bangkrut, kekurangan, masih adakah pujian ke luar dari mulut kita?  Daud berkata,  "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2).  Belajarlah untuk selalu bersyukur sebab Tuhan itu baik dan sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan kita.  


"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;"  Mazmur 37:5