RAJA UZIA: Hati yang Berubah!



Baca:  2 Tawarikh 26:16-23

"Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan."  2 Tawarikh 26:16




         Alkitab menyatakan bahwa  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."  (Roma 8:28).  Dengan caraNya yang ajaib Tuhan menolong raja Uzia sehingga ia menjadi kuat dan termasyhur.  ketika kita karib dengan Tuhan dan memiliki kehidupan yang seturut dengan kehendakNya, apa pun yang kita lakukan akan dibuatNya berhasil.  Kunci inilah yang juga Tuhan sampaikan kepada Yosua,  "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).

     Namun, ayat nas di atas sungguh mencengangkan:  setelah posisinya kuat dan berhasil, kehidupan raja Uzia mulai berubah.  Raja Uzia menjadi tinggi hati (sombong) dan tidak lagi setia kepada Tuhan.  Kalau dulunya ia begitu tekun mencari Tuhan dan melakukan apa yang benar, setelah berada di puncak karirnya ia tidak lagi menghormati kekudusan Tuhan dan melakukan hal yang merusak.  Dengan beraninya ia  "...memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan."  (ayat nas), padahal membakar ukupan kepada Tuhan itu hanya boleh dilakukan oleh imam-imam keturunan Harun yang telah dikuduskan oleh Tuhan.  Dan ketika ia ditegur oleh imam Azarya, raja Uzia malah tersinggung dan amarahnya meluap.  Akibatnya  "...timbullah penyakit kusta pada dahinya,"  (ayat 19b), bahkan akibat ketidaktaatannya itu  "Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah Tuhan."  (ayat 21).

     Apa yang dialami raja Uzia ini hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita.  Banyak orang ketika berada di puncak dan diberkati menjadi lupa diri dan tidak lagi tekun mencari Tuhan.  Mereka lebih bergantung pada apa yang dimilikinya.  Berhati-hatilah!

"Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil,"  Ayub 1:21b