MENABUR: Perhatikan Kualitas Benihnya



Baca:  Pengkotbah 11:1-8

"Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai."  Pengkotbah 11:4







        Kehidupan di muka bumi ini tidak bisa lepas dari musim menabur dan menuai.  Ketika menabur kita tidak akan dapat sekaligus menuai, ada waktu yang tidak singkat yang dibutuhkan untuk sampai pada masa penuaian.

     Demikian pula kehidupan kita sebagai orang percaya.  Jikalau kita menabur hal-hal rohani atau jasmani, dalam waktu tertentu kita pasti menuainya, bahkan untuk hal-hal rohani penuaiannya berlangsung terus sampai kita masuk ke dalam Kerajaan Allah.  Ada tertulis,  "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).  Maka dari itu ada hal-hal penting yang perlu kita perhatikan.  Salah satunya adalah memilih jenis benih yang hendak kita tabur, sebab kualitas benih yang akan kita tanam akan menentukan hasil tuaian atau panenan.  Jenis benih yang akan kita tanam haruslah jenis benih yang baik dan berkualitas.  Kita harus pastikan bahwa kita akan memperoleh tuaian yang baik apabila benih yang kita tabur adalah baik pula.  Alangkah baiknya pula jika benih yang kita tanam adalah jenis pohon yang dapat bertahan lama alias tidak mudah mati dalam waktu singkat, tapi semakin lama semakin kuat dan semakin banyak buahnya sehingga kita tidak perlu menanam lagi.  Contohnya:  kita menanam buah alpukat, rambutan atau mangga.  Memang untuk menghasilkan buah dibutuhkan waktu yang cukup lama, namun pohon tersebut tidak langsung mati setelah dipanen, justru semakin lama semakin kuat dan tetap menghasilkan buah pada musimnya.

     Karena itu janganlah kita menabur dengan sembarangan benih, tanamlah benih atau pohon yang dapat bertahan lama.  Inilah yang dilakukan oleh Abraham, di mana ia  "...menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal.  (Kejadian 21:33).  Apa istimewanya jenis pohon ini?  Pohon tamariska memiliki masa hidup yang cukup lama, bisa mencapai puluhan tahun:  kayunya sangat kuat dan berdaun sangat lebat, bahkan pada zaman dahulu sering digunakan untuk menaungi kemah atau dipakai sebagai atap untuk rumah Tuhan.  Pohon tamariska melambangkan janji Tuhan yang teruji dan tidak pernah berubah.


Baca:  Matius 13:1-23

"...dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."  Matius 13:23

Inilah janji Tuhan kepada Abraham,  "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."  (Kejadian 12:2).  Abraham menanti-nantikan janji Tuhan itu dengan iman dan penuh kesabaran.  Ia pun menabur ketaatan, kesetiaan, kasih dan melakukan yang terbaik bagi Tuhan sampai akhirnya ia menuai.  Abraham mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya meski itu membutuhkan waktu penantian yang tidak singkat.  Janji-janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya.  Dikatakan,  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).  Pemazmur pun berkata,  "Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu."  (Mazmur 119:38).

     Pertanyaan:  benih jenis apa yang Saudara tabur saat ini?  Apakah kita menabur untuk tuaian yang tahan lama atau tidak?  Biarlah kita semakin giat menabur, khususnya untuk hal-hal yang berhubungan dengan Roh, karena inilah taburan yang dapat bertahan lama atau bersifat kekal, sebab  "barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).  Mari kita menabur waktu, tenaga, pikiran, materi, talenta dan seluruh keberadaan hidup kita untuk melayani Tuhan dan mendukung pekerjaanNya di bumi ini.  Pada saatnya kita pasti akan menuai berkat/upah dari Tuhan.

     Ada banyak orang Kristen yang begitu hitung-hitungan dengan Tuhan sehingga mereka enggan untuk berkorban.  Jangankan berkorban materi, berkorban waktu dan tenaga untuk melayani Tuhan saja kita ogah-ogahan.  Banyak sekali alasan dan dalih yang kita kemukakan:  sibuk, tidak bisa meninggalkan pekerjaan, nanti saja kalau sudah berhasil atau kalau anak-anak sudah menikah.  Atau kita sudah menabur untuk Tuhan, baik itu melalui pelayanan ataupun berkorban secara materi, tapi mungkin secara asal-asalan, terpaksa, tidak sepenuh hati dan tidak disertai motivasi yang benar.

Jika kita menabur dengan tujuan menyenangkan manusia, dan bukan untuk menyenangkan hati Tuhan, yang kita tuai adalah sebatas pujian manusia itu!