Hamba Yang Setia atau Jahat



Baca:  Matius 25:14-30

"Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."  Matius 25:21





       Kita sudah sering mendengar dan membaca tentang perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus ini, perumpamaan tentang talenta yang menggambarkan betapa pentingnya sebuah kesetiaan dan ketekunan yang harus dimiliki oleh setiap orang percaya.

     Sebagai anak-anak Tuhan kita masing-masing mendapatkan karunia dari Tuhan sebagai modal melayaniNya.  Karunia-karunia yang kita dapatkan dari Tuhan ini digambarkan sebagai talenta.  Talenta berbicara tentang kecakapan, kemampuan, kemahiran, waktu dan juga kesempatan yang Tuhan berikan bagi kita.  Setiap talenta yang dipercayakan Tuhan telah disesuaikanNya dengan kemampuan masing-masing.  Jadi besarnya talenta masing-masing orang berbeda-beda.  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya,"  (Matius 25:15).  Meski besarnya talenta tersebut berbeda-beda, setiap kita memiliki hak yang sama untuk menjadi hamba yang baik dan setia, tergantung kepada kesetiaan dan ketekunan kita sendiri.  Setiap talenta adalah kepercayaan;  berapa pun talenta yang diberikan kepada kita, apakah itu lima, dua atau satu sekalipun adalah kepercayaan.  Dengan demikian  "...tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."  (2 Timotius 3:17), dan  "...untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin."  (Ibrani 13:21).

     Jadi setiap talenta yang telah kita terima dari Tuhan harus kita kembangkan.  Apabila kita tidak mau mengembangkan talenta yang telah kita terima, atau dengan sengaja mengabaikannya seperti yang dilakukan oleh hamba yang mendapatkan satu talenta, di mana ia  "...pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya."  (Matius 25:18), ada konsekuensi yang harus kita tanggung.  Terhadap orang yang mendapatkan satu talenta tapi tidak mau mengembangkannya, si tuan menyebut dia sebagai hamba yang jahat dan malas.  Maukah kita disebut sebagai anak-anak Tuhan yang jahat dan malas?


Baca:  Pengkotbah 9:1-12

"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi."  Pengkotbah 9:10

Inilah konsekuensi yang harus diterima oleh hamba yang jahat dan malas:  "Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  (Matius 25:28, 30).  Sebaliknya terhadap hamba yang setia dan tekun mengembangkan talenta yang dipercayakan, tuannya berkata,  "...Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."  (Matius 25:23).  Kita termasuk hamba yang mana?  Hamba yang baik dan setia atau hamba yang jahat dan malas?

     Karena itu biarlah kita lakukan dengan setia dan penuh tanggung jawab segala tugas yang dipercayakan Tuhan kepada kita.  Jangan sekalipun kita menganggap remeh atau sepele!  Jangan pula kita kehilangan kasih mula-mula kepada Tuhan!  Banyak orang Kristen yang pada awalnya begitu menyala-nyala dalam melayani Tuhan, namun seiring berjalannya waktu, terlebih-lebih saat menghadapi masalah dan ujian, semangatnya perlahan-lahan mengendur, makin hari makin merosot dan mengalami kemunduran.  Mereka telah kehilangan kasih mula-mula kepada Tuhan, lari dari tanggung jawab, dan akhirnya meninggalkan pelayanan.  Janganlah kita lupa bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini pada saatnya harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

     Tidak semua orang beroleh kepercayaan dari Tuhan, maka adalah berkat dan anugerah yang tak ternilai jika saat ini kita dipercaya Tuhan untuk mengembangkan talenta itu!  Mungkin saja saat ini kita belum mengalami penggenapan janji-janji Tuhan sepenuhnya atau kenyataan yang kita alami belum seperti yang kita harapkan, namun Tuhan tidak pernah tertidur, jerih lelah kita tidak akan pernah sia-sia!

"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  Ibrani 10:36