Penghalang Kasih Kepada Sesama



Baca:  1 Korintus 13:1-13

"Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing."  1 Korintus 13:1





       Banyak hal dalam hidup ini yang acapkali menghalangi kita untuk berbuat kasih kepada orang lain.  Ada saja ganjalan yang membuat kita tidak bebas mengasihi sesama kita.  Untuk dapat menyatakan kasih dengan benar kepada sesama, hati kita harus terlebih dahulu terbebas dari kepentingan diri sendiri, ambisi, motivasi yang keliru, iri hati, kebencian dan sebagainya.  Jika di dalam diri kita masih terselip adanya kepentingan diri sendiri, mustahil kita dapat mengasihi orang lain dengan tulus, sampai kapan pun kasih itu tidak akan pernah sampai.  Ketika kita hanya berfokus pada diri sendiri, memikirkan dan memperhatikan kepentingan sendiri, saat itu pula kepentingan orang lain pasti akan kita abaikan dan korbankan.  Dalam keadaan yang demikian kasih kita kepada sesama akan dingin dan mati.

     Rasul Paulus memperingatkan,  "...hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."  (Filipi 2:2-4).  Sifat mementingkan diri sendiri identik dengan keangkuhan atau kesombongan, di mana seseorang merasa tidak membutuhkan orang lain sehingga memandang rendah orang lain.  Sikap ini akan menghalangi hubungan kita dengan orang lain.

     Sifat mementingkan diri sendiri, kesombongan, keangkuhan, kecongkakan bukan berasal dari Tuhan, melainkan tabiat khas dari si Iblis, selain adanya ambisi tertentu dari manusia.  Ambisi adalah keinginan yang mendorong seseorang menggunakan segala cara untuk mewujudkan keinginannya.  Ambisi semacam ini adalah ambisi yang keliru dan bersifat negatif, adakalanya berkaitan dengan kekuasaan atau jabatan yang seringkali menggiurkan banyak orang, yang akhirnya membuat orang bersaing secara tidak sehat dengan saling menjegal dan menjatuhkan.

Dalam kondisi seperti ini mustahil orang bisa mengasihi orang lain.