Knowing Our Own Potential

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 3:6

"Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"

"Ah, apa sih yang bisa saya buat pak, saya cuma tukang kebun yang sudah tua dan tidak punya cukup pendidikan.." demikian kata tukang kebun langganan saya pada suatu kali. Ia adalah seorang bapak tua berperawakan kecil dengan penampilan yang sangat sederhana. Sehari-hari ia bekerja sebagai tukang kebun atau terkadang bertukang, sedang istrinya menerima cucian. Dengan kegiatan itu ia dan istri mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Mungkin pendapatannya terbilang kecil dibanding orang-orang yang bekerja di perusahaan atau kantor apalagi yang memegang jabatan-jabatan tinggi, tetapi ia sangat salah jika berpikir bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa. Bukankah ia masih sehat dan masih bekerja dengan amat sangat baik di usia senjanya? Bukankah ia masih bisa menghidupi keluarga termasuk anak, menantu dan cucunya yang tidak bekerja? Itu adalah sesuatu yang menurut saya sangat pantas dikagumi, dan karena itulah saya menaruh hormat yang sangat tinggi kepadanya.

Seperti bapak tukang kebun tadi, ada banyak orang yang berpikir sama bahwa mereka tidaklah bisa apa-apa. Bapak tukang kebun itu masih jauh mendingan karena ia masih berusaha bekerja dan hasilnya pun sangat baik. Ada banyak orang yang memandang dirinya dari sisi ketidakmampuan jauh lebih parah, dan itu sangatlah ironis. Mengapa? Sebab itu artinya mereka tidak menyadari potensi yang ada pada mereka, tidak tahu talenta, bakat atau kelebihan apa yang mereka punya dan tidak tahu apa yang menjadi tujuan hidup mereka seperti yang direncanakan Tuhan sejak semula. Kebanyakan dari mereka hanya duduk meratapi diri tanpa melakukan apa-apa. Belum apa-apa sudah merasa tidak mampu, tidak sanggup atau tidak layak. Bayangkan berapa banyak peluang yang kemudian mereka sia-siakan. Dan pada suatu kali ketika kesempatannya habis, apa yang harus mereka jawab ketika Tuhan meminta pertanggungjawaban? Menyalahkan Tuhan karena merasa tidak sebaik orang lain? Itu yang dijawab oleh sang hamba dalam perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30) dan kita tahu bagaimana reaksi Tuhan setelahnya. (bacalah ayat 30 dari perikop ini). Ini adalah sesuatu yang patut kita renungkan. Mengetahui potensi diri, memanfaatkan segala yang telah diperlengkapi Tuhan, berjalan seturut rencanaNya dan melakukan itu semua dengan sebaik-baiknya atas dasar kasih merupakan rangkaian dari apa yang seharusnya kita lakukan. Singkatnya, bukan menangisi apa yang tidak kita punya tetapi menyadari potensi diri kita sendiri dan mempergunakannya demi kemuliaan Tuhan. Itulah yang seharusnya kita lakukan.

Kita bisa belajar akan hal ini dari kitab Kisah Para Rasul pasal 3:1-10. Bagian ini menceritakan mengenai Petrus menyembuhkan orang lumpuh yang sedang duduk tepat didepan pintu masuk Bait Allah. Ketika itu Petrus dan Yohanes tengah berjalan menuju ke Bait allah menjelang waktu berdoa. Di luar Bait Allah tampaklah seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahir. Ia selalu diletakkan disana untuk mengemis kepada orang-orang yang hendak masuk ke Bait Allah. Melihat Petrus dan Yohanes, ia pun seperti biasa meminta sedekah. Apa yang ia minta adalah sedekah seperti halnya pengemis yang kerap kita jumpai dimana-mana. Sangatlah menarik melihat bagaimana respon Petrus dalam menanggapi bapak pengemis yang lumpuh itu. "Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!" (Kisah Para Rasul 3:6). Langsung pada saat itu juga orang lumpuh itu diangkat naik oleh Petrus dan mukjizat terjadi. "Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu." (ay 7b). Betapa senangnya hati orang lumpuh itu. Ia pun segera menikmati sesuatu yang sudah lama ia rindukan, lebih dari sekedar sedekah saja. Ia terus berjalan kesana kemari, melompat-lompat, bahka

Komentar