Membalas Kebaikan Tuhan “Kita Adalah Orang Berutang”

Renungan Harian TRUTH


Orang baik belum tentu tahu budi, tetapi orang yang tidak tahu budi pasti orang jahat. Kebenaran dari pernyataan ini memang tidak tersurat secara jelas dalam Alkitab, tetapi dari beberapa pernyataan ayat Alkitab jelas sekali kebenaran ini ada. Pemazmur, ketika menyadari kebaikan Tuhan, berkata, “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” (Mzm. 116:12). Pemazmur menunjukkan sosok pribadi yang tahu budi. Ia berniat untuk membalas kebaikan Tuhan, walaupun itu sesuatu yang tidak mudah. Dalam seruannya ia berkata, “Dengan apa kubalas?” Niat untuk membalas kebaikan Tuhan adalah keluhuran budi yang harus dimiliki setiap insan.

Dari pernyataan Pemazmur ini tersirat bahwa karena begitu besarnya kebaikan Tuhan, maka sulitlah mengimbanginya. Tidak membalas budi baik seseorang berarti bersikap jahat terhadap orang itu, jadi kalau seseorang tidak tahu budi terhadap Tuhan, berarti ia berlaku jahat terhadap Tuhan. Tanpa disadari, banyak orang yang berlaku jahat terhadap Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengerti kebaikan Tuhan yang tiada tara yang seharusnya kita hargai. Dengan penghargaan yang benar, seseorang akan berusaha membalas kebaikan Tuhan.

Dalam tulisan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, ia menyaksikan, “Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.” (Rm. 8:12–13). Budi baik yang diberikan seseorang adalah “utang”. Orang percaya adalah orang yang berutang: berutang kepada Tuhan. Pembayaran utang tersebut adalah tidak hidup menurut daging lagi, tetapi hidup oleh Roh. Tidak ada cara lain untuk membalas kebaikan Tuhan selain dengan cara ini.

Sebagai orang berutang, sewajarnyalah dalam berurusan dengan Tuhan, kita tidak mempersoalkan lagi bagaimana kita dapat memanfaatkan Tuhan atau memperoleh segala sesuatu dari Dia. Yang seharusnya kita persoalkan adalah bagaimana kita membayar utang kita kepada Tuhan. Sayang sekali, dewasa ini banyak pembicara di mimbar-mimbar Kristen memompa jemaat untuk berusaha memanfaatkan Tuhan sebanyak-banyaknya, seolah Ia “sapi perahan”. Memang tidak salah kalau anak-anak Tuhan berharap segala sesuatu dari Dia dan menerimanya, sebab Ialah Sumber Berkat; tetapi hendaklah kita meninggalkan sikap oportunis dalam berurusan dengan Tuhan, karena kita mau membalas budi baik-Nya.

Sebagai orang berutang, sewajarnyalah kita membayar utang kita kepada Tuhan dengan hidup oleh Roh.