Kaya dalam Kemurahan | Renungan Harian


Ayat bacaan: 2 Korintus 8:2

"Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan."

Seberapa besar keinginan kita untuk memberi? Ada banyak orang yang merasa belum sanggup untuk itu karena merasa diri mereka belum cukup kaya untuk bisa melakukannya. "Nantilah kalau sudah kaya.." kata mereka dengan ringan. Sementara manusia cenderung untuk terus merasa tidak pernah cukup. Cukup apa dulu? Cukup untuk makan? berlibur ke luar negeri? Beli rumah? mobil? gadget-gadget terbaru? berfoya-foya? Kata cukup sangatlah relatif dan bisa ditarik hingga selebar mungkin, sehingga kalau ini yang menjadi pola pikir kita, bisa-bisa kita tidak akan pernah mau memberi. Ada banyak orang yang ingin yang terbaik bagi dirinya sendiri tetapi berhitung dengan sangat kikir ketika itu berhubungan dengan orang lain. Lihatlah reaksi istri teman saya terhadap seorang buruh tua seperti yang sudah saya tulis dalam renungan kemarin. Upah perhari sekitar 60.000 rupiah, ia bekerja mulai jam 11 pagi, dan siangnya sempat hujan selama dua jam, artinya ia cuma layak mendapat sekitar 40.000, begitu perhitungan istri teman saya itu. Ia tidak mempertimbangkan bahwa bapak tua itu harus bekerja mengangkat batu-batu besar di tengah terik panas dan hujan. Terlebih ia tidak berpikir berdasarkan kasih, sesuatu yang sesungguhnya menjadi kewajiban bagi setiap anak Tuhan di muka bumi ini. Rajin berdoa, rajin membuka Alkitab ternyata tidak serta merta menjamin orang untuk melakukan tindakan nyata dalam hidup mereka berdasarkan kasih. Mereka lupa bahwa Tuhan tidak melihat apa yang dilihat manusia melainkan melihat hati. Bagaimana hati mereka bisa mendapat pembenaran dari Tuhan dan berharap doa-doa mereka didengar Tuhan apabila mereka hidup begitu kikir tanpa pernah memperhatikan sesamanya? Ketika Yesus berkata: "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk sa

Komentar