Sadar Sepenuhnya | Renungan Harian


Ayat bacaan: 1 Korintus 15:34

"Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!"

Semengantuk-mengantuknya saya dan semepet-mepetnya jadwal temu janji, mengajar atau kegiatan lainnya di pagi hari, saya selalu harus memastikan terlebih dahulu bahwa saya sudah benar-benar sadar sebelum melakukan aktivitas apalagi mengemudi. Karena itu saya selalu memasang alarm beberapa jam sebelumnya agar saya punya waktu untuk memulihkan kesadaran sepenuhnya sebelum mulai bersibuk-sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Kalaupun sekiranya saya kebablasan tidur, adalah jauh lebih baik terlambat ketimbang mengambil keputusan untuk pergi kemana-mana dalam kondisi setengah sadar. Saya tidak mau gegabah dan main-main mengenai hal kesadaran penuh, meski sebagian orang menganggapnya sebagai sesuatu yang normal, wajar, biasa atau manusiawi. Seorang teman dosen pernah terjatuh di jalan raya ketika mengendarai motor karena ia mengantuk. Keadaan mengantuk membuatnya tidak awas sehingga motornya masuk menghantam sebuah lubang. Ia pun terbanting ke atas aspal. Untunglah ia hanya cedera ringan saja. Tapi bayangkan seandainya tangan atau kakinya patah, atau yang lebih parah lagi tergiling kendaraan lain yang berada dibelakangnya, apa jadinya?

Ada begitu banyak kejahatan yang terjadi ketika seseorang tengah kehilangan akal sehatnya. Ketika kesadaran kita tidak penuh, disanalah berbagai jebakan mengintip dan siap masuk menerkam kita. Ketika Petrus berbicara mengenai iblis yang "berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Petrus 5:8), ia sebenarnya tengah menggambarkan bagaimana situasi yang sebenarnya. Perhatikanlah bahwa disana dikatakan iblis berkeliling mengaum-aum mencari celah untuk masuk lalu menelan korbannya. Iblis tidak bisa berbuat apa-apa jika kita tidak memberi celah apapun kepadanya dan tetap menyerahkan hidup sepenuhnya ke dalam tuntunan Roh Kudus. Iblis cuma bisa berputar-putar mencari celah, dan di saat kita lengah ia pun akan menyergap dan menelan kita. Keadaan setengah sadar atau dalam keadaan terlena, ketidakwaspadaan kita merupakan sebuah celah yang sering dipakai sang lawan untuk menghancurkan kita. Dalam situasi yang ekstrim kita bisa melakukan kejahatan dengan konsekuensi berat yang akan menjadi penyesalan sepanjang hidup. Orang bisa gelap mata membunuh, mencuri, korupsi, atau menghancurkan orang lain di saat mereka tidak berpikir jernih. Dalam situasi berbeda, kita bisa mencelakakan diri kita sendiri atau orang lain ketika kita berada dalam kondisi setengah sadar. Lupa mematikan kompor gas disaat mengantuk, lupa mengunci pintu rumah atau menyetir di saat mengantuk atau mabuk bisa mengakibatkan kecelakaan fatal. Kita sering menganggap bahwa adalah manusiawi apabila kita berada dalam kondisi tidak sadar, tetapi sesungguhnya Tuhan menganggap kesadaran sebagai hal serius yang harus tetap kita waspadai.

Dari ayat 1 Petrus 5:8 di atas, Petrus mengawalinya dengan "Sadarlah dan berjaga-jagalah!" Yesus sendiri dalam begitu banyak kesempatan mengingatkan kita untuk terus berjaga-jaga. Iblis bisa memakai kelengahan kita sebagai celah buatnya untuk masuk, dan kemudian Yesus pun mengingatkan kita untuk berjaga-jaga karena tidak satupun dari kita yang tahu kapan waktunya tiba. (Markus 13:33). Bahkan Yesus mengingatkan kita seperti ini: "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala." (Lukas 12:35). Karena itulah kewaspadaan merupakan hal yang mutlak untuk kita beri perhatian khusus.

Setengah sadar bisa mendatangkan banyak resiko. Cobalah menghadapi ujian dalam keadaan setengah sadar, meski sudah mati-matian belajar kita bisa gagal lulus karena sulit konsentrasi. Resiko-resiko yang lebih fatal pun bisa menjadi akibatnya pula. Sebuah kesadaran mutlak diperlukan untuk mencegah kita melakukan hal-hal bodoh yang nantinya hanya akan tinggal menjadi penyesalan. Dalam segala aspek kehidupan kesadaran penuh diperlukan, demikian pula dalam hal kerohanian. Dalam keadaan sadar kita mungkin bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan mana yang salah, tetapi dalam keadaan setengah sadar pertimbangan kita bisa menjadi sangat lemah dan kita pun rawan melakukan sesuatu yang salah sehingga terjebak dalam dosa. Seringkali jebakan dosa ini berhasil mengecoh kita bukan karena ketidaktahuan kita, tetapi karena kita lengah dalam mengawasi kesadaran kita sendiri. Paulus pun sempat berpesan agar kita tidak hanya sekedar sadar, tetapi sadar dengan keadaan sebaik-baiknya. "Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!" (1 Korintus 15:34). Bukan setengah sadar, tetapi sadarlah sepenuhnya.

Dalam Kolose pasal 2 Paulus menyatakan dengan jelas status kita setelah kita bertobat dan menerima Kristus.
"Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib." (Kolose 2:11-14).

Seperti itulah tepatnya kondisi atau keadaan kita setelah bertobat. Kita telah dilahirkan kembali dalam keadaan yang benar-benar bersih dan disiapkan untuk menuju kepada kehidupan kekal setelah fase kita di dunia ini berakhir. Tuhan Yesus sendiri yang telah melakukannya untuk kita. Seluruh "surat hutang" atau "surat dakwaan" telah dihapuskan lewat karya penebusan Yesus di atas kayu salib. Singkatnya, kita telah diampuni dan ditahirkan, bersih sepenuhnya. Tetapi kita seharusnya tidak berhenti berpuas diri sampai disitu saja, karena masih ada tugas selanjutnya yang menanti. Menjaga diri kita agar tetap bersih dan kudus setelah menjalani lahir baru menjadi tugas kita selanjutnya. Meski kita sudah menjadi ciptaan baru, kita bisa kembali kotor jika kita membiarkan diri kita tercemar lagi dengan berbagai penyimpangan. Maka dari itu, seberapa jauh kesadaran kita akan sangat menentukan hasil akhirnya.

Paulus dengan jelas mengingatkan kita agar tidak terbuai dan lengah terhadap kesadaran. "Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!" (1 Korintus 15:34). Sadarlah kembali, dan sadarlah benar-benar, jangan setengah-setengah. Demikian peringatan Paulus, dan itulah yang bisa membuat kita awas akan jebakan-jebakan iblis agar kita kembali tercemar oleh berbagai dosa. Iblis akan terus berkeliling mengaum-aum mencari celah seperti yang disebutkan dalam 1 Petrus 5:8 kemarin, tetapi ia tidak akan bisa berbuat apa-apa jika kita tidak memberi celah sedikitpun baginya untuk masuk. Ia hanya bisa berkeliling tanpa bisa melakukan apapun. oleh karena itulah menjaga kesadaran sebaik-baiknya merupakan tugas yang sangat penting untuk kita ingat setiap saat. Hari ini, besok dan seterusnya, iblis akan terus berusaha tanpa lelah untuk menipu dan menjebak kita. Dia akan terus berusaha agar kita kembali menjadi hamba dosa. Tetapi iblis tidak akan sanggup berbuat apa-apa jika kita tetap berada dalam kondisi sadar penuh setiap hari, termasuk di dalamnya sadar sepenuhnya mengenai status atau jati diri kita sebenarnya di dalam Kristus seperti yang telah dinyatakan dalam rangkaian ayat 1 Korintus di atas. Yesus pun pernah beberapa kali mengatakan "jangan berbuat dosa lagi" secara langsung seperti dalam kisah "perempuan yang berzinah" (Yohanes 7:53-8:11). Ketika perempuan yang berzinah itu hampir dihakimi oleh para ahli Taurat dan orang Farisi dengan hukuman dirajam sampai mati akibat kesalahannya, Yesus datang memberikan pengampunan. Satu pesan yang disampaikan Yesus kepadanya: "..jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (8:11). Lalu pada kesempatan lain kita bisa mendapatkan pesan yang sama dengan sebuah tambahan dari Yesus, yaitu dalam kisah kesembuhan seorang yang sakit di kolam Betesda. (Yohanes 5:1-18). Kepada orang yang disembuhkan, Yesus berpesan hal yang sama: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi". Mengapa? "supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (ay 14). Dosa yang dilakukan berulang-ulang bisa mendatangkan akibat yang semakin buruk. Begitulah berat resikonya apabila kita terus bermain-main dengan dosa. Oleh karena itulah kita harus mengingat betul pesan Paulus agar kita benar-benar memperhatikan kesadaran kita sebaik-baiknya.

Kesadaran yang sepenuhnya sangatlah penting dalam menentukan apakah kita bisa menjaga kekudusan diri kita atau tidak, apakah kita bisa tetap bersih atau kembali tercemar oleh banyak dosa. Apabila kita tahu apa yang salah namun kita terus melakukannya karena kita tidak serius dalam menjaga kesadaran, maka yang terjadi bisa lebih buruk dari yang kita duga, dari yang sebelumnya. Tidaklah cukup bagi kita untuk sekedar tahu saja akan mana yang baik dan buruk tanpa benar-benar menjaga kesadaran kita secara baik. Jika itu kita lakukan, itu hanya akan memperburuk status kita dan dengan sendirinya kita tengah mengeluarkan diri kita dari jalan keselamatan yang sudah dibukakan Kristus untuk kita. Kelengahan akan selalu menjadi celah yang lezat buat iblis untuk kembali menancapkan kukunya atas diri kita. Maka dari itu, pastikan diri kita untuk sadar sebaik-baiknya, sepenuhnya, tidak setengah-setengah setiap saat agar kita terhindar dari berbagai bahaya yang mengancam keselamatan kita bukan saja di dunia ini melainkan untuk sesuatu yang kekal nanti.

Tuhan telah mengampuni dan mentahirkan, tugas kita untuk menjaga dengan kesadaran yang sepenuhnya

Komentar