Hati Sekeras Batu Cadas | Renungan Harian


Ayat bacaan: Markus 3:5

"Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka..."

Saya sore tadi membeli sebuah biapong / bakpau. Sewaktu dibeli rotinya masih terasa lembut karena si penjual memiliki kotak penghangat yang dipasang di motornya. Saya meletakkannya di meja dan baru akan memakannya beberapa jam kemudian. Ternyata rotinya sudah mengeras, sehingga tidak lagi enak dikonsumsi. Agar kembali lunak, saya pun harus mengukusnya lagi terlebih dahulu. Jika roti bisa mengeras menjadi tidak enak lagi, hati kita pun demikian juga.

Saya sudah pernah bertemu dengan banyak orang yang hatinya keras bagai batu cadas. Mereka sangat sulit menerima pendapat orang lain, cenderung merasa benar sendiri dan susah diajak bicara. Mereka lebih memilih untuk berdebat walau mungkin dalam hati mereka setuju dengan apa yang kita katakan. Pokoknya bantah dulu, argumen belakangan. Orang-orang seperti ini terus dikuasai oleh kekerasan hatinya sehingga tumbuh menjadi orang yang degil dan sangatlah susah untuk dinasihati atau diubahkan. Benar, kita memang tidak harus selalu setuju dengan pendapat orang. Tetapi alangkah baiknya jika kita mau mendengarkan nasihat yang benar, setidaknya memberi kesempatan dulu buat orang untuk mengutarakan pendapatnya. Orang-orang yang keras hati dan kepalanya susah untuk berubah. Kedegilan itu bisa membutakan.dan sangatlah merugikan. Dengan membiarkan hati tetap keras bukan menunjukkan kehebatan kita, tetapi itu hanya akan membawa kerugian kepada diri kita sendiri.

Lewat contoh orang-orang Farisi kita bisa melihat contoh nyata perihal kekerasan hati ini. Mereka memiliki keadaan hati yang sungguh mengecewakan Yesus. Hati mereka yang sangat keras mengakibatkan mereka tidak lagi peka, baik terhadap kebenaran, terhadap orang lain juga terhadap diri mereka sendiri. Dalam banyak kesempatan yang tercatat dalam Alkitab kita bisa melihat pameran kemunafikan mereka. Me

Komentar