HAUS & LAPAR

Nehemia 8

..."Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!", karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. Nehemia 8:10

 

Pernahkah Anda menyantap makanan tanpa selera sama sekali? Meski masakan terlihat begitu lezat, hal itu tidak cukup menggugah selera kita. Apa yang salah dengan hal ini? Apakah masakannya yang kurang enak? Tentu saja tidak! Masalahnya ada pada selera makan kita. Entahkah kita sedang sakit, entahkah kita masih merasa kenyang. Bagaimana kalau dipaksakan makan? Makan dengan cara ogah-ogahan seperti itu jelas membuat masakan yang paling lezat sekalipun akan terasa hambar. Masakan dari restoran bintang lima pun akan terasa sama dengan masakan warung kaki lima.

Soal makan makanan rohani juga sama. Kunci utama untuk menikmati Firman Tuhan ternyata bukan koki dan masakannya. Boleh saja kita mengundang pengkhotbah kelas internasional yang menyampaikan "menu masakan" yang sangat enak, namun jika dasarnya hati kita merasa kenyang maka Firman Tuhan itu pun terasa hambar. Sekali lagi, yang salah bukan Firman Tuhan nya. Yang salah adalah sikap hati kita yang merasa tidak butuh Firman Tuhan. Makanya dalam banyak ibadah kita menjumpai pemandangan seperti ini: jemaat ngantuk, melamun, sibuk dengan smartphone, sibuk ngobrol sendiri, dsb.

Sekarang coba bandingkan dengan apa yang tertulis dalam Nehemia 8 ini, yaitu ketika orang-orang Yahudi berkumpul untuk mendengarkan pembacaan taurat pada hari raya Pondok Daun. Begitu haus dan laparnya mereka akan taurat Tuhan sehingga mereka rela berdiri dari pagi hingga siang hari untuk mendengarkan pembacaan taurat. Mereka semua meresponi pembacaan taurat itu dengan berkata, "Amin, Amin!" Bahkan, banyak dari antara mereka menitikkan air mata ketika mendengarkan Firman Tuhan itu. Sebuah kehausan yang luar biasa! Benarlah kata Tuhan Yesus, "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Mat. 5:6 ). Apakah membaca dan mendengarkan Firman Tuhan masih menjadi kebutuhan dan kehausan bagi kita? Jawaban kita sedikit banyak akan menunjukkan kondisi rohani kita. Mari kembali mencintai Firman Tuhan dan selalu haus akan-Nya.

Bukan ditentukan makanannya, tapi ditentukan seberapa haus dan laparnya kita. 

Komentar