HAJARAN TUHAN: Bukti Kita Anak-Nya

Baca:  Ibrani 12:5-11

"Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya."  Ibrani 12:11b

Paulus mengingatkan jemaat Filipi,  "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,"  (Filipi 1:19).  Artinya karunia untuk percaya sesungguhnya merupakan berkat luar biasa, sebab ketika kita hidup karena percaya, bukan karena melihat  (baca  2 Korintus 5:7), kita akan mengalami perkara-perkara besar yang Tuhan kerjakan.

     Alkitab menambahkan bahwa kita juga  'dikaruniai'  untuk menderita bagi Kristus.  Penderitaan yang dimaksudkan bertujuan untuk menguji kualitas iman, memurnikan motivasi, melatih ketekunan dan kesetiaan kita kepada Tuhan.  Ayub berkata,  "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"  (Ayub 2:10), dan  "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?"  (Ibrani 12:7).  Jika saat ini kita harus mengalami  'hajaran'  dari Tuhan melalui masalah dan penderitaan, itu membuktikan bahwa Tuhan sangat mengasih kita dan memperlakukan kita sebagai anak-anak yang dikasihi-Nya.  "Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang."  (Ibrani 12:8).  Apakah kita mau disebut sebagai anak gampang?

     Selama kita melekat kepada Tuhan dan mengandalkan Dia kita akan sanggup menanggungnya.  Kesanggupan itu  "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam."  (Zakharia 4:6), yaitu  "...roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).  Jadi,  "...kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah."  (2 Korintus 3:5).  Seorang anak yang berada dalam fase pertumbuhan biasanya akan melakukan segala sesuatu dengan semangat yang tinggi, tapi biasanya semangat tersebut dilandasi oleh ambisi.  Bisa ditebak, jika sesuatu dilandasi oleh ambisi pribadi, fokus kita pun semata-mata mencari pujian untuk diri sendiri, dan dari sinilah akhirnya muncul kesombongan.

Tuhan tidak ingin anak-Nya berjalan semaunya sendiri dan menjadi sombong, karena itu perlu  'hajaran'!

Komentar