All Out Bagi Tuhan | Renungan Kristen



Dalam bahasa Inggris kita menemukan kata “all out” yang artinya “menggunakan kekuatan atau usaha sepenuhnya”. Tuhan Yesus bertindak “all out” untuk menyelesaikan karya keselamatan bagi kita. Ia bukan saja memberi berkat-Nya bagi kita; bahkan Ia memberikan diri-Nya sendiri bagi kita. Perjuangan menyelamatkan manusia adalah perjuangan habis-habisan yang tidak terbatas. Pengorbanannya tiada terhingga. Ini berarti tidak ada yang disisakan bagi diri-Nya sendiri; semua diberikan bagi kita yang dikasihi-Nya. Kalau Tuhan Yesus all out dalam memperjuangkan keselamatan kita, maka patutlah kita juga menyambut karya keselamatan dari-Nya dengan all out. Dalam berbagai pernyataan-Nya, jelas-jelas di dalam Injil Tuhan Yesus menuntut kita all out. Pernyataan-pernyataan Tuhan Yesus itu antara lain bahwa pengikut-Nya harus menjual segala miliknya (Mrk. 10:21); meninggalkan segala sesuatu (Luk. 9:59–62); menyangkal dirinya (Mat. 16:24); tidak menyayangkan siapa pun, bahkan nyawanya sendiri (Luk. 14:26); dan sebagainya. Semua pernyataan Tuhan ini merupakan suatu tanda yang jelas bahwa mengikut Yesus harus all out bagi Tuhan. Tidak ada yang disisakan bagi dirinya sendiri.

All out bagi Tuhan berarti dalam hidup ini kita harus melakukan apa saja yang diinginkan-Nya (Mat. 7:21). Masalahnya, bagaimana seseorang bisa all out bagi Tuhan? Tidak bisa tidak, kita harus memahami isi hati Tuhan dan melakukan isi hati-Nya tersebut. Dalam hal ini, yang dilakukan bukanlah dibatasi oleh hukum-hukum yang tertulis secara legalistik—hukum yang dilakukan sesuai dengan bunyinya. Hukum-hukum tertulis belum dapat dan tidak akan bisa menerjemahkan semua isi hati Tuhan yang harus kita lakukan. Itulah sebabnya dalam kekristenan tidak ada syariat agama yang mengatur secara terperinci mengenai cara hidup orang Kristen.

Hukum terutama yang Tuhan ajarkan yang memotori dan memotivasi seluruh sikap hidup orang percaya adalah “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat. 22:37). Hukum ini menunjukkan bahwa pembelaan kita bagi Tuhan tidak dibatasi oleh kalimat dalam hukum, tetapi segenap hidup ini tanpa batas. Memang ini mengesankan bahwa melakukan kehendak Tuhan terdengar abstrak, tetapi inilah yang benar. Mengapa demikian? Sebab Tuhan menekankan sikap hati atau batiniah seseorang (1Sam. 16:7). Sikap lahiriah seseorang belum tentu berasal dari sikap hatinya yang benar, tetapi sikap hati yang benar pasti terwujud dalam tindakan yang dirasakan orang di sekitarnya.