e-Konsel: Renungan Paskah

Garis Besar:

  ------------

  1. Kemenangan atas maut.

  2. Kemenangan atas konsep diri yang salah.

  3. Kemenangan atas segala tantangan dan kesulitan.

  4. Kemenangan atas perasaan takut yang keliru.

  5. Kemenangan untuk hidup memuliakan Tuhan.

  6. Kemenangan untuk Gereja-Nya.

 

            

 

 

 

 

 

 -*- KEMENANGAN YANG MEMBERI KEMENANGAN -*-

 

  Kapankah Kristus mendapatkan kemenangan-Nya? Banyak orang menjawab:

  pada waktu Ia bangkit. Jawaban itu kurang tepat, sebab Kolose 2:14-

  15 mengatakan,

       "dengan menghapus surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan

       hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya

       dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti

       pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan

       mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka."

 

  Jadi, ayat di atas menyatakan bahwa sebenarnya Yesus sudah mendapat

  kemenangan-Nya di atas salib. Cuma kemenangan itu belum terlihat

  secara kasat mata. Kebangkitan-Nya menyatakannya secara jelas.

 

  Kebangkitan Kristus adalah KEUNIKAN kekristenan dibandingkan dengan

  agama lainnya. Kristus telah bangkit tidak mati lagi. Kristus telah

  menang! Oleh karena itu perjuangan umat Tuhan bukanlah perjuangan

  untuk meraih kemenangan; tetapi perjuangan dari kemenangan atas

  segala dosa dan Setan yang sudah diperoleh oleh Yesus ketika Ia

  berada di atas salib dan melalui kebangkitan-Nya (lih. Yohanes 12:31; Kolose 2:15; Wahyu 12:11). Kemenangan-Nya memberi kita

  kemenangan atas beberapa hal yang penting, yaitu:

 

  1. Kemenangan atas maut (1Korintus 15:54b-57).

     -------------------------------------------

       "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah

       kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? Sengat maut ialah

       dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada

       Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus

       Kristus, Tuhan kita." (1Korintus 15:54b-57)

 

     Maut adalah musuh manusia yang terbesar. Maut tidak dapat

     dikalahkan oleh: kekayaan, kekuataan fisik, dan kepandaian otak.

     ketiga hal itu biasanya digunakan oleh manusia untuk

     mempertahankan dan mengembangkan hidup mereka. Namun, ketika maut

     datang, kekayaan manusia tidak dapat menyuapnya; kekuatan fisik

     tidak dapat mengalahkannya; dan kepandaian otak tidak dapat

     menaklukkannya. Sungguh, maut merupakan musuh manusia yang paling

     menakutkan. Tetapi, Yesus sudah mengalahkannya di atas salib.

 

     Tuhan sudah mengalahkan maut, apakah itu berarti bahwa setiap

     orang beriman tidak akan mengalami maut lagi? Umat Tuhan pada

     suatu saat tetap akan mengalami kematian, namun konsep tentang

     kematian itu sudah berubah. Maut tidak lagi sebagai hal yang

     menakutkan, namun sebagai "pintu gerbang" menuju kemuliaan kekal.

     Firman Tuhan menyebut orang percaya yang meninggal sebagai

     "tertidur", seperti yang tertulis di dalam 1Tesalonika 4:13,

     "Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak

     mengetahui tentang mereka yang meninggal (KJV: "concerning them

     which are asleep"), supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-

     orang lain yang tidak mempunyai pengharapan" (bandingkan ayat

     1Tesalonika 4:14 dengan Wahyu 14:13).

 

     Orang biasa selalu berambisi untuk menyingkirkan dan memusnahkan

     musuhnya. Orang pintar mampu mengubah musuh menjadi teman yang

     membawa berkat. Orang pandai dapat mengubah sampah menjadi pupuk;

     dapat mengubah besi rongsokan menjadi mobil yang mahal.

 

     Tuhan Yesus belum menyingkirkan maut; namun ia mengubah maut

     menjadi sesuatu yang berguna bagi umat-Nya, yakni menjadi "pintu

     gerbang" menuju kemuliaan kekal. Oleh karena itulah rasul Paulus

     berkata, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah

     keuntungan." (Filipi 1:21)

 

  2. Kemenangan atas konsep diri yang salah.

     ---------------------------------------

     Setelah maut, musuh terbesar kedua bagi manusia adalah diri

     sendiri. Masyarakat menjadi kacau jika setiap pribadi tidak dapat

     mengontrol dirinya. Orang yang suka membuat masalah di dalam

     masyarakat maupun di gereja adalah orang yang mempunyai masalah

     di dalam diri sendiri yang belum dapat diselesaikannya. Mereka

     yang tidak mempunyai rasa aman di dalam diri akan mudah

     tersinggung dengan perkataan orang lain yang secara obyektif

     tidaklah menyerang mereka.

 

     Rasul Paulus menceritakan tentang ambisinya pada masa lalu. Ia

     beranggapan bahwa dengan menganiaya jemaat Tuhan ia sedang

     beribadah kepada-Nya (Filipi 3:6). Blaise Pascal pernah berkata,

     "Kejahatan terkeji yang pernah terjadi dalam sejarah adalah

     kejahatan yang dilakukan atas nama agama." Sebagian orang

     menggunakan nama Allah, sebagai otoritas tertinggi untuk

     dimanipulir guna mendukung ambisinya sendiri.

 

     Paulus menceritakan bagaimana pada masa lalu ia membangun harga

     dirinya dengan hal-hal yang secara lahiriah dapat dibanggakan,

        "Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-

        hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan,

        dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli,

        tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,

        tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran

        dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat."

        (Filipi 3:4b-6)

 

     Namun sayangnya, apa yang dahulu ia banggakan telah membuat Tuhan

     sangat merasa malu dan bersedih hati. Apa yang ia anggap mulia,

     dihadapan Tuhan sama dengan "sampah" (ayat 8b, cat.: dalam bahasa

     aslinya adalah "kotoran manusia"). Apa yang dahulu ia anggap

     benar, dihadapan Tuhan sebenarnya salah belaka (ayat 9).

 

     Setelah mengenal Yesus sebagai Juruselamat, ambisi Paulus

     berubah, seperti yang tertulis di dalam Filipi 3:10-11,

        "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya

        dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi

        serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya

        beroleh kebangkitan dari antara orang mati."

 

     Jadi, Paulus mengalami perubahan dalam "konsep nilai"-nya. Konsep

     nilai berkaitan dengan sesuatu yang dianggap paling berharga di

     dalam kehidupan seseorang. Segala hal boleh dikorbankan demi

     sesuatu/seseorang yang dianggap paling berharga.

 

     Bagaimana dengan konsep nilai Anda? Falsafah Komunis mengatakan,

     "Satu-satunya yang bernilai adalah materi." Ada banyak orang

     berkata, "Yang paling bernilai adalah uang." Kaum hedonis

     berkata, "Yang terpenting adalah kenikmatan." Bagaimana dengan

     falsafah hidup orang Kristen? "The only value is truth" (yang

     paling bernilai adalah kebenaran). Seperti Tuhan Yesus pernah

     berkata, "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, firman-Mu adalah

     kebenaran." (Yohanes 17:17)

 

     Kebenaran jangan dijual (untuk mendapatkan sesuatu), namun

     kebenaran harus dibeli (yang lain boleh dikorbankan demi

     kebenaran, Amsal 23:23).

 

  3. Kemenangan atas segala tantangan dan kesulitan.

     -----------------------------------------------

     Apakah umat Tuhan bisa hidup bebas dari segala tantangan dan

     kesulitan? Tidak! Justru melalui tantangan dan kesulitan yang

     dialami akan terbuktilah kemenangan yang dari Tuhan bagi umat-

     Nya. Seorang pemenang adalah dia yang telah mengalahkan segala

     kesulitan dan tantangan di dalam hidupnya. Jikalau tidak ada

     kesulitan, menang atas apa?

 

     Firman Tuhan tidak mengajar kita untuk lari dari kesulitan.

     Jikalau hal itu dikehendaki Tuhan, mintalah hikmat dan kekuatan

     daripada-Nya untuk menaklukkan segala kesulitan, Rasul Paulus

     menuliskan firman Tuhan yang dialaminya sendiri di dalam

     pelayanannya,

        "Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah

        bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah

        menjadi Pembela bagi kita? Siapakah yang akan memisahkan kita

        dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau

        penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya,

        atau pedang? Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami

        ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap

        sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu

        kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang

        telah mengasihi kita." (Roma 8:34-37)

 

     Semua umat Tuhan mengamini bahwa Allah adalah maha kuasa.

     seringkali kemaha-kuasaan-Nya diartikan sebagai Allah yang mampu

     mengubah semua situasi-kondisi yang sulit dalam hidup kita. Kita

     lupa, bahwa Allah yang maha kuasa juga mampu mengubah sikap hati

     kita terhadap kesulitan yang sedang dihadapi.

 

     Pada waktu Yesus berada di Taman Getsemani, Ia minta jikalau

     boleh, cawan kepahitan itu dilalukan daripada-Nya. Tetapi Bapa-

     Nya di Sorga tetap menghendaki Yesus meminum cawan itu. Bapa

     mengirim seorang malaikat untuk memberi kekuatan kepada-Nya

     (Lukas 22:43). Salib itu tetap harus dipikul, namun sikap hati

     manusia Yesus telah diubah dan dikuatkan. Hasil-nya, Yesus dapat

     tegak berdiri untuk menghadapi salib dengan sikap hati yang

     tangguh (bandingkan Yohanes 18:4-8).

 

     Dalam bukunya "Harmagedon", Billy Graham pernah menuliskan kata-

     kata sebagai berikut, "Alkitab dan sejarah Gereja menunjukkan

     bahwa jalan keluar dari Allah bagi penderitaan umat-Nya tidak

     selalu berarti bebas dari penderitaan itu sendiri, melainkan

     kuasa untuk dapat bertahan dalam penderitaan."

 

     Apa arti "lebih dari pemenang" (Roma 8:37)? Seorang pelari

     maraton sudah jauh melebihi lawan-lawannya dan sampai di garis

     finish. para penonton memberikan tepuk tangan untuk

     kemenangannya. Namun, tiba-tiba ia mempunyai ide. Ia melihat

     semua lawannya masih jauh tertinggal di belakang. Maka dengan

     kekuatan yang masih ada, ia mengambil ancang-ancang untuk lari

     sprint. Ia memutari satu lingkaran lagi dan sampai ke garis

     finish. Semua penonton berdiri, memberikan tepuk tangan, dan

     mengelu-elukannya. Pelari itu telah muncul sebagai "lebih dari

     pemenang".

 

     Yesus sewaktu disalibkan dan dalam keadaan sangat menderita, Dia

     masih bisa berdoa untuk pengampunan bagi orang-orang yang

     menyalibkan-Nya. Juga, Ia masih memperhatikan ibunda-Nya Maria.

     Dia meminta Yohanes, salah satu murid-Nya untuk memperhatikan

     Maria (Lukas 23:34; Yohanes 19:26-27). Yesus menjadi Tokoh yang

     lebih dari pemenang.

 

     Sejumlah besar pujian yang terkenal digubah pada saat

     pengarangnya sedang mengalami tantangan dan cobaan yang begitu

     berat. Charlotte Elliot telah mengubah lagu "Sebagai-mana Adaku"

     ("Just As I Am", tahun 1836) pada waktu ia mengalami cacat tubuh

     dan tak berdaya. H.G. Spafford mengubah lagu "Nyamanlah Jiwaku"

     ("It is Well with My Soul") pada waktu musibah secara beruntun

     menimpa hidup dan keluarganya. Perusahaannya mengalami pailit,

     lalu kedua anaknya meninggal dunia dalam suatu musibah karam

     kapal. Fanny Crosby menggubah ribuan lagu pujian dalam keadaan

     buta selama puluhan tahun sampai ia meninggal dunia. Ia masih

     berusia 3 tahun pada waktu penyakit mata menyerangnya. Louis

     Pasteur menderita epilepsi dan lumpuh sebelah. Namun, penyakitnya

     itu malah mendorong dia untuk mengadakan riset di

     laboratoriumnya, sampai ia menemukan teori Pasteurisasi yang

     sangat berguna di dalam dunia medis sampai saat ini.

 

     Dalam segala kesulitan yang dialami oleh orang-orang tersebut di

     atas, mereka tidak mengeluh kepada Tuhan, tetapi malah mengarang

     syair-syair, lagu-lagu yang membangun, serta hasil riset yang

     telah menjadi berkat bagi jutaan orang. Mereka telah keluar

     sebagai "lebih dari pemenang".

 

  4. Kemenangan atas perasaan takut yang keliru.

     -------------------------------------------

     Dosa telah memutar-balikkan banyak hal: yang manusia harus

     takuti, malah jadi berani sekali; yang manusia harus berani,

     malah jadi sangat takut. Seharusnya, manusia takut kepada Allah

     dan berani kepada Setan; manusia harus berani mengatakan

     kebenaran dan takut untuk berkata dusta. Namun, orang berdosa

     bersikap sangat berani menentang Allah dan takut kepada Setan.

     Dosa telah membuat banyak orang takut berkata benar dan berani

     berdusta.

 

     Sebelum Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, mereka

     bersikap sangat takut, seperti yang tertulis di dalam Yohanes 20:19a, "Ketika   hari sudah malam pada hari pertama minggu itu,

     berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu

     yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi."

 

     Namun, setelah dipenuhi Roh Kudus, sikap mereka berubah total.

     mereka berani menyampaikan kebenaran walaupun menghadapi ancaman

     penganiayaan, seperti yang tertulis di dalam Kisah Rasul 4:13,

     "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan

     mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar,

     heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut

     Yesus."

 

     Rasa takut yang keliru seringkali dipakai Iblis untuk melumpuhkan

     dinamika hidup kristiani. Banyak orang Kristen tidak berani

     bersaksi karena mereka sudah kalah sebelum bertanding. Mereka

     takut kalau-kalau orang lain tersinggung atau marah. Iblis sering

     memakai "psychology of fear" (psikologi rasa takut) untuk

     memadamkan semangat pelayanan di dalam diri umat-Nya. Seorang

     petinju pasti akan kalah apabila ia pada waktu dipertemukan

     dengan lawannya dan di hadapan wasit tidak berani menatap mata

     lawannya. Biarlah kita berdoa seperti yang didoakan oleh para

     murid Tuhan,

 

        "Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam

        kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk

        memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk

        menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-

        mujizat oleh nama Yesus. Hamba-Mu yang kudus. Dan ketika

        mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu

        dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka

        memberitakan firman Allah dengan berani."

        (Kisah Para Rasul 4:29-31)

 

     Beberapa tahun yang lalu di harian "Kompas" pernah ditulis satu

     hasil survey di Eropa. Banyak remaja putra Eropa sudah melakukan

     hubungan seks sebelum nikah pada waktu usia mereka sekitar 17

     tahun 3 bulan. Sedangkan bagi remaja putri, banyak yang telah

     melakukan hubungan seks pada usia sekitar 17 tahun 6 bulan.

     Hubungan seks sebelum nikah telah menjadi standard yang

     dibanggakan di dalam kelompok mereka. Sayangnya, apa yang mereka

     banggakan ternyata membuat Tuhan merasa malu dan marah.

 

  5. Kemenangan untuk hidup memuliakan Tuhan.

     ----------------------------------------

        "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah

        kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu."

        (1Korintus 15:17)

 

     Benarlah ayat itu. Jikalau Yesus telah dibangkitkan, maka

     percumalah manusia yang berusaha untuk hidup benar, sebab Yesus

     Sang Kebenaran ternyata mengakhiri hidup-Nya di atas salib. Ia

     diperlakukan secara tidak adil oleh manusia yang berdosa. Jikalau

     Yesus tidak dibangkitkan, maka kebenaran dikalahkan oleh dusta.

     Tetapi puji Tuhan, Yesus bangkit! Berarti: ada pengharapan bagi

     manusia yang ingin hidup benar dan mau memuliakan nama Tuhan.

 

     Kehidupan manusia Yesus adalah sangat mulia. Usia-Nya hanya

     pendek saja, yakni 33 1/2 tahun. Sebagian orang Amerika berkata,

     "Life begins from forty" (hidup dimulai sejak umur 40 tahun).

     Usia Yesus 6 1/2 tahun lebih muda dari kerinduan orang Amerika.

     Umur Yesus juga paling pendek jika dibandingkan dengan para

     pendiri agama/ filsafat lainnya. Laotze berusia lebih dari 100

     tahun, Sidharta Gautama 80 tahun, Socrates 68 tahun, dan Mohammad

     64 tahun.

 

     Walaupun pendek usia-Nya, tetapi Yesus sudah mengisi setiap saat

     dalam hidup-Nya dengan hal-hal yang memuliakan Bapa-Nya di Sorga.

     Hal ini dapat kita ketahui dari Yohanes 17:4, "Aku telah

     mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan

     pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya." Ayat

     ini merupakan bagian dari doa Tuhan Yesus sebelum Ia disalibkan.

     Jadi, hidup Yesus lebih menekankan pada segi kualitas (mutu

     hidup) dan bukan kuantitas (panjang umur).

 

     Hendaklah hidup setiap umat Tuhan juga demikian. Masalah panjang

     umur bukanlah hal yang terpenting, tetapi bagaimana seseorang

     menggunakan setiap waktu dalam hidupnya, apakah dengan hal-hal

     yang berkenan di hadapan Tuhan, ataukah hanya memuaskan hawa

     nafsu dan ambisi pribadi? Mutu hidup lebih dipentingkan di dalam

     kekristenan.

 

  6. Kemenangan untuk Gereja-Nya.

     ----------------------------

     Tuhan Yesus pernah berkata kepada Rasul Petrus dan para murid-Nya

     yang lain, "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus

     (Yun: Petros) dan di atas batu karang (Yun.: Petra) ini Aku akan

     mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan dapat

     menguasainya." (Matius 16:18)

 

     Apakah maksudnya "batu karang" (Petra) di sini? Itu bukanlah diri

     Petrus (Petros), tetapi pengakuan Petrus tentang Yesus yakni:

     "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16). Di

     atas pengakuan itulah gereja Tuhan didirikan; dan alam maut tidak

     akan dapat menguasainya. Maut adalah musuh yang terbesar dalam

     hidup manusia. Musuh yang terbesar itu tak dapat menguasai gereja

     Tuhan sebab didirikan di atas pengakuan "Yesus, Sang Mesias, Anak

     Allah yang hidup".

 

     Tidak ada suatu kuasapun yang bisa menghancurkan gereja Tuhan.

     Gedung gereja bisa dihancurkan, tetapi bukan persekutuan umat

     Tuhan. Ini terbukti di dalam sejarah gereja Tuhan di RRC. Selama

     beberapa puluh tahun Komunisme, di bawah pemerintahan Mao Tse

     Tung, menganiaya banyak umat Tuhan. Mereka hanya bisa menutup

     pintu-pintu gedung gereja, tetapi tidak berdaya menghancurkan

     persekutuan umat Tuhan. Sebelum Komunisme berkuasa, jumlah orang

     Kristen di RRC kurang dari 1 juta orang. Namun, setelah Mao Tse

     Tung meninggal dunia, pemerintah RRC mulai bersikap agak lunak

     terhadap agama-agama. Ternyata mereka mendapati jumlah orang

     Kristen yang berbakti "di bawah tanah" sudah mencapai sekitar 70

     juta orang.

 

     Sebagian umat Tuhan merindukan agar kekristenan dapat menjadi

     agama mayoritas di dunia ini. Mereka berpikir alangkah indahnya

     apabila orang Kristen menjadi mayoritas di dunia ini. Ijin untuk

     mendirikan gedung gereja tidak diperlukan lagi; dan berbagai

     kemudahan akan diperoleh oleh orang-orang Kristen.

 

     Pernahkah itu terjadi? Pernah, yakni pada abad ke-4, pada masa

     pemerintahan kaisar Romawi yang bernama Constantine Agung (280-

     337 M). Pada tahun 312, sang kaisar menyerang Itali dan

     mengalahkan Maxentius, seorang musuh besarnya, di jembatan

     Milvian dekat kota Roma. Sebelum pertempuran berlangsung,

     Constantine berkata bahwa ia melihat suatu tanda dari Allahnya

     orang Kristen di langit. Tanda itu menyatakan, bahwa ia pasti

     menang. Menurutnya, tanda itu adalah singkatan dalam bahasa

     Yunani untuk nama Kristus. Kemudian, tanda itu dilukiskan di

     setiap perisai prajuritnya. Setelah kemenangannya itu,

     Constantine menjadikan agama Kristen sebagai agama negara. Dia

     pun menjadi seorang Kristen. Banyak gedung pengadilan Romawi yang

     diubah menjadi gedung gereja.

 

     Semua negara yang ditundukkan oleh kaisar Romawi harus "di-

     kristen-kan", sehingga terjadi baptisan masal. Banyak orang yang

     dibaptis tidak mengerti akan ajaran firman Tuhan. Mereka menjadi

     Kristen oleh karena diharuskan oleh perintah sang Kaisar. Para

     pemimpin gereja adalah orang-orang yang diangkat oleh pemerintah.

     Mereka memiliki kekuasaan yang besar dan kedudukan yang "empuk".

     Akibatnya, banyak praktek duniawi masuk ke dalam gereja.

     Sinkretisme (percampuran agama Kristen dengan kepercayaan kafir)

     terjadi di dalam kehidupan gerejawi dan umat-Nya. Di dalam

     sejarah gereja, jaman sejak Constantine sampai beberapa abad

     selanjutnya dikenal dengan sebutan "dark ages" (abad-abad

     kegelapan). Terlalu banyak orang menyebut diri Kristen tetapi

     hanya "Kristen KTP", demikian pula dengan para pemimpin gereja.

     Jadi, ironis sekali -- jaman dimana Kekristenan menjadi mayoritas

     justru disebut sebagai "dark ages".

 

     Sebaliknya, di tempat di mana umat Tuhan dianiaya; mereka hanya

     kelompok minoritas, di situlah terdapat gereja-gereja yang hidup.

     Di situlah hadirat Tuhan dinyatakan di tengah-tengah kehidupan

     umat-Nya. Di situlah terjadi banyak manifestasi kemuliaan Allah.

 

     Jadi, janganlah takut terhadap segala tantangan dan aniaya.

     Takutlah jikalau Tuhan tidak diberikan tempat yang semesti-nya di

     Gereja-Nya. Seperti yang tertulis di dalam Wahyu 3:20, "Lihat,

     Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang

     mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk

     mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia

     bersama-sama dengan Aku." Ayat ini bukan ditujukan kepada orang-

     orang non-Kristen, tetapi kepada gereja Tuhan di Laodikia yang

     sudah suam-suam (Wahyu 3:16). Tuhan Yesus yang seharusnya menjadi

     Kepala Gereja, tetapi Ia dibiarkan berada di luar pintu gereja.

 

-*- Sumber -*-:

  Judul Buku   : Kematian, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Sorga

  Judul Artikel: Kemenangan yang Memberi Kemenangan (I dan II)

  Penulis      : Dr. Roby Setiawan

  Halaman      : 43 - 59

 

 

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-

 

              -*- PERTANYAAN REFLEKSI DARI REDAKSI -*-

 

  1. Sudahkah Anda hidup dalam kemenangan Kristus?

 

  2. Dalam hal bagaimana kemenangan Kristus nyata dalam hidup Anda?

 

  3  Bagaimana kemenangan Kristus bisa menjadi pengalaman yang lebih

     nyata dalam hidup Anda?

 

  4. Sebagai konselor, bagaimana Anda dapat menolong konselee Anda

     untuk juga hidup dalam kemenangan Kristus?

 

Komentar