Mempertahankan Identitas



Baca:  1 Petrus 2:1-10

"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib."  1 Petrus 2:9

Adalah sangat penting bagi orang percaya untuk menyadari siapa sesungguhnya kita ini di dalam Tuhan.  Siapa sesungguhnya kita?  Jika kita tahu jawabannya, inilah yang menjadi identitas kita.

     Setiap orang pastilah memiliki latar belakang yang berbeda-beda:  siapa orang tua kita, asal usul kita dari mana, atau kewarganegaraan kita apa dan sebagainya.  Dalam edisi Maret lalu disampaikan bahwa setiap orang percaya memiliki kewargaan yang berbeda dari orang-orang dunia, karena kewargaan kita adalah di dalam sorga (baca Filipi 3:20).  Sebagai warga Kerajaan Sorga kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah karena kita dituntut untuk hidup menurut hukum-hukum Sorga (firman Tuhan).  Karena itu kita harus berhati-hati dalam berperilaku karena setiap hari kita menghabiskan sebagian besar waktu kita bersama-sama dengan orang-orang di luar Tuhan:  dengan teman sekolah, teman sekantor atau pun dengan tetangga di lingkungan tempat tinggal kita.  Setiap hari kita memperhatikan dan melihat setiap tingkah laku dan juga perkataan mereka.  Namun yang Tuhan kehendaki adalah kita tidak kehilangan identitas kita sebagai orang percaya, baik itu di lingkungan sekolah, tempat kerja atau pun di tengah-tengah masyarakat.

     Ayat nas di atas menyatakan bahwa kita ini adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus dan umat kepunyaan Allah sendiri.  Luar biasa!  Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena kita sudah memperoleh anugerah dan kemurahanNya.  Dikatakan:  "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."  (1 Petrus 1:18-19).  Jadi, "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;  jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah."  (Galatia 4:7).  Identitas baru ini kita dapatkan melalui pengorbanan Yesus di atas Kalvari;  Dia telah mengangkat kita dari gelap kepada terangNya yang ajaib sehingga kita  "...memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan."  (Kisah 26:18). (Bersambung).

1 Petrus 2:1-10

2:1

Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

2:2

Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

2:3

jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.

2:4

Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

2:5

Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

2:6

Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

2:7

Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

2:8

Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

2:9

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10

kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Baca:  Mazmur 101:1-8
"Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela:  Bilakah engkau datang kepadaku?  Aku hendak hidup dalam ketutulsan di dalam rumahku."  Mazmur 101:2

Pada masa ini kejahatan begitu merajalela, mulai dari percabulan, korupsi kecil hingga besar, penipuan pajak dan lainnya.  Begitu marak pula selebritis yang tertangkap karena menggunakan narkoba.  Uang dan popularitas telah membius mereka.  Mengapa mereka menggunakan narkoba?  Untuk menenggelamkan kesedihan mereka, mencari kebahagiaan, atau lari dari permasalahan hidup.  Mereka sudah kehilangan identitas diri!  Sebagai orang percaya yang telah ditebus dan diselamatkan, haruskah kita turut tenggelam dalam kehidupan dunia yang menyesatkan ini?  Ketika norma-norma masyarakat mulai memudar, haruskah identitas kita sebagai umat pilihan Tuhan turut juga memudar dan mulai berkompromi dengan dosa seperti mereka?  Justru di tengah-tengah dunia yang gelap ini "...hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."  (Matius 5:16).

     Kita harus bisa mempertahankan identitas kita ini dan tetap menjaga diri supaya hidup kita membawa pengaruh yang positif bagi orang lain.  Mungkinkah?  Tidak ada yang mustahil bagi orang percaya.  Daniel, meski hidup di negeri asing yang penuh dengan kesenangan dan penyembahan berhala, tetap bertekad menjaga identitasnya sebagai orang percaya agar dirinya tetap murni, dan menolak untuk mencemakan diri dengan hidangan raja.  Tertulis:  "Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja;  dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya."  (Daniel 1:8).  Daniel berani hidup berbeda dari orang lain dan mampu mempertahankan identitas rohaninya.  Meski berada di tengah-tengah orang-orang dunia dia tidak turut hidup dengan cara-cara duniawi.

     Contoh lain, adalah Yusuf, yang ketika hidup di Mesir tidak kehilangan identitasnya sebagai orang benar, tetap kuat menghadapi godaan isteri Potifar dan lebih memilih lari daripada harus berkompromi dengan dosa.  Pemazmur pun berjuang agar hidupnya tetap berkenan kepada Tuhan.  "Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila;  perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.  Hati yang bengkok akan menjauh dari padaku, kejahatan aku tidak mau tahu."  (Mazmur 101:3-4).  Ingatlah identitas kita!
Karena itu jadilah teladan dalam segala hal bagi orang-orang dunia.

Mazmur 101:1-8

101:1

Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN.

101:2

Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.

101:3

Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.

101:4

Hati yang bengkok akan menjauh dari padaku, kejahatan aku tidak mau tahu.

101:5

Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.

101:6

Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku.

101:7

Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku.

101:8

Setiap pagi akan kubinasakan semua orang fasik di negeri; akan kulenyapkan dari kota TUHAN, semua orang yang melakukan kejahatan.