Bukan Boneka

Renungan Harian TRUTH
Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah. (Rm. 14:12)

Manusia adalah makhluk yang agung, menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26). Keagungannya juga terletak pada penghargaan Tuhan terhadap manusia untuk menentukan keadaannya sendiri. Dalam hal ini, manusia tidak hidup dalam suratan takdir yang sudah ditentukan untuk diterimanya tanpa bisa mengelak. Konsep suratan takdir membuat manusia tidak lebih dari “boneka” yang tidak berkepribadian dan tidak memiliki kebebasan sama sekali.

Agama-agama pada umumnya menganggap manusia hidup dalam guratan suratan takdir yang diatur oleh Tuhan. Maka manusia harus bersikap “baik-baik” terhadap Tuhan, bila perlu “menjilat-Nya”. Ini dimaksudkan agar Tuhan jangan membuat suratan takdir yang judulnya “malang” atau “kesialan”. Itulah sebabnya dalam hidup keberagamaan, sering dijumpai orang-orang yang berurusan dengan Tuhan karena hendak membujuk-Nya supaya memberi berkat bukan laknat.

Cara atau mekanisme berurusan dengan Tuhan yang demikian ini tidak menempatkan orang percaya sebagai anak-anak Tuhan yang bertanggung jawab dan memiliki integritas yang agung. Jikalau keadaan manusia ditentukan oleh suratan takdir—bukan oleh pilihan, keputusan dan tindakannya sendiri—maka etika tidak bisa tampil sewajarnya dan manusia tidak ditempatkan sebagai makhluk yang bertanggung jawab. Tanpa tanggung jawab, tidak perlu bertindak dengan hatihati, sebab apa pun yang dilakukan tidak akan perlu dipertanggungjawabkan. Kalau manusia hidup di bawah bayang-bayang suratan takdir, apa pun yang dilakukannya tidak akan mengubah apa yang telah digariskan atau ditentukan oleh Tuhan sebagai Sang Sutradara yang menyusun semua storyboard atau alur ceritanya.

Nyatanya, Alkitab mengatakan manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab (Rm. 14:12). Ini berarti manusia harus menuai apa yang ditaburnya dan bertanggung jawab atas setiap pilihan, keputusan dan tindakannya (Kej. 2:16–17). Itulah sebabnya setiap orang harus berhati-hati atas setiap pilihan, keputusan dan tindakannya. Ini sebuah hukum kehidupan. Sesungguhnya, keadaan manusia bukanlah hasil dari penentuan nasib atau takdir. Oleh karenanya, dunia ini bukan panggung sandiwara, tetapi medan pergumulan antara memilih yang jahat atau yang baik, keberuntungan atau kemalangan, kehidupan atau kebinasaan.

Orang yang menyadari hukum tanggung jawab akan lebih berhati-hati dalam setiap pilihan, keputusan, dan tindakannya.