“Menabur Angin, Menuai Badai”

Renungan Harian TRUTH
Umat-Ku menabur angin, maka mereka akan menuai badai! (Hos. 8:7 BIS)

Edward Norton Lorenz, seorang profesor dalam bidang meteorologi menemukan sebuah teori yang disebut butterfly effect. Dalam melakukan peramalan cuaca pada tahun 1961, ia menyelesaikan 12 persamaan diferensial nonlinear dengan komputer. Awalnya ia mencetak hasil perhitungannya di atas sehelai kertas dengan format enam angka di belakang koma (…,506127). Kemudian, untuk menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di belakang koma (…,506), menghilangkan tiga angka berikutnya (,—127). Cetakan berikutnya diulangi pada kertas yang sama, yang sudah berisi hasil cetakan tadi. Namun sejam kemudian, sungguh mengejutkan, ia menemukan hasil yang sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang benar-benar berbeda sama sekali. Skenario cuaca yang mungkin terjadi sangat berbeda. Inilah yang disebut butterfly effect, yaitu kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil (pengabaian angka sekecil 0,000127) beberapa bulan kemudian menghasilkan tornado di Texas.

Fenomena ini berdasarkan teori chaos. Dalam teori chaos, butterfly effect juga dikenal sebagai ketergantungan yang sensitif terhadap kondisi awal. Perubahan yang amat kecil pada kondisi awal dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem pada jangka panjang. Demikianlah hukumnya: kesalahan yang sangat kecil dan dianggap layak diabaikan akan menyebabkan bencana besar di kemudian hari.

Paparan di atas ini biasa digambarkan dengan “Siapa yang menabur angin akan menuai badai”. Perjanjian Baru juga mencatat fenomena ini dengan pernyataan bahwa apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Gal. 6:7). Apa yang ditabur seseorang selama hidupnya di dunia yang singkat ini akan dituainya di keabadian. Mungkin kita menganggapnya tidak seimbang dan sukar dipahami, namun itu nyata. Realita ini memperhadapkan manusia pada kehidupan yang berisiko sangat tinggi. Orang yang tidak menyadari hal ini dan tidak mau tahu tentangnya akan cenderung hidup sembrono. Ia tidak peduli bahwa tindakan-tindakan salah yang dilakukannya—walau tampak kecil—akan berdampak sangat besar. Orang bodoh menganggap sesuatu sebagai “kecerobohan kecil”, padahal itu dapat mengurangi upahnya di kekekalan, bahkan menyeret dirinya kepada kebinasaan abadi. Maka janganlah kita bodoh, tetapi pahamilah realita ini dan berhati-hatilah!

Tindakan-tindakan salah—walau tampak kecil—akan berdampak sangat besar