“Mengapa Aku Tidak Diperingatkan?”

Renungan Harian TRUTH
Dalam Luk. 16:19–31 dikisahkan mengenai orang kaya yang memohon kepada Abraham agar mengutus Lazarus ke rumah orang tuanya supaya memberi peringatan kepada saudara-saudaranya agar tidak masuk ke tempat celaka yang menyakitkan, di mana terdapat nyala api yang tidak pernah padam. Abraham mengatakan bahwa jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.

Itu menunjukkan bahwa untuk masuk Kerajaan Surga, seseorang dituntut untuk bertindak dan memiliki niat yang kuat. Menerima Yesus sebagai Tuhan berarti melakukan tindakan nyata seperti yang diperintahkan-Nya. Kesaksian Musa dan para nabi adalah kebenaran yang menyatakan bahwa ada Allah yang hidup yang memiliki rancangan. Ia bukan Allah orang mati tetapi Allah orang hidup (Luk. 20:38). Orang yang ingin hidup bersama dengan Dia harus mengikuti kesaksian Musa dan para nabi, artinya belajar hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Inti dari kitab kesaksian Musa (Taurat) dan kitab para nabi adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hidup dan sesama seperti dirinya sendiri (Mat. 22:37–40).

Seharusnya ketika masih hidup, si orang kaya bisa bertobat dan mengerti bagaimana mengasihi sesama, sebab ada Firman Tuhan. Semestinyalah ia tahu bagaimana harus mengisi hidup ini. Tetapi ia memilih untuk tidak menaati Firman Tuhan. Ia memilih jalannya sendiri. Si orang kaya yang masuk neraka tidak menyalahkan siapapun; ini berarti ia menyadari kesalahannya. Ia berharap dengan orang mati bangkit membuat saudara-saudaranya yang masih ada di dunia akan bertobat. Tetapi Abraham menegaskan, untuk orang yang memang hatinya tidak mau bertobat, tetap tidak akan bertobat walau bertemu orang mati bangkit dari kubur.

Suatu hari nanti, bisa saja banyak orang akan menyalahkan pemberita Firman, “Mengapa Anda tidak memaksa saya untuk berniat ke surga? Mengapa saya tidak diperingatkan?” Itu dikatakannya ketika ia menyaksikan betapa mengerikannya terpisah dari hadirat Tuhan selamanya. Sesungguhnya Firman Tuhan telah disampaikan dengan sangat tegas, tetapi karena memang dasarnya tidak mau bertobat, maka ia tidak mengambil keputusan. Kalau Firman Tuhan yang sedemikian keras dan tegas dinyatakan tidak membuat orang bertobat dan berniat masuk Kerajaan Surga, apalagi pemberitaan Firman yang hanya menekankan pemenuhan kebutuhan hidup jasmani hari ini semata? Tentunya tidak akan membawa orang kepada pertobatan yang sungguh dan tidak mengarahkan hati kepada “perkara-perkara yang di atas”.

Untuk masuk Kerajaan Surga, dituntut tindakan dan niat yang kuat untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hidup dan sesama seperti dirinya sendiri.