Takdir Hidup & Takdir mati

Renungan Harian TRUTH
Jangan lagi kita berkata, “Ini sudah takdirku,” kemudian menyerah kalah terhadap keadaan. Kalau kita sakit, kita tidak boleh menyerah terhadap kesehatan yang memburuk itu karena berpikir bahwa itu adalah takdir kita. Kalau kita miskin berkepanjangan, jangan kita berpikir bahwa kita ditakdirkan menjadi orang miskin. Ingat, banyak orang yang kaya berlimpah harta, dulunya juga orang miskin. Harus kita sadari bahwa kemiskinan sering diakibatkan oleh kemalasan dan pemborosan; dan bisa diatasi dengan rajin bekerja dan hemat (Ams. 6:6–11; 13:18; 28:19).

Dalam hal ini kita bisa menyebut adanya takdir hidup dan takdir mati. Takdir mati menunjuk kepada keadaan hidup kita yang tidak bisa diubah, yang merupakan penentuan yang tidak meminta tanggung jawab dan peran kita sebagai individu. Dalam hal ini kita harus menerima saja dan bersyukur, karena ini adalah “porsi” dari Tuhan Semesta Alam (Mzm. 139:13–14). Misalnya, seseorang lahir sebagai seorang pria, sebagai orang Batak, lahir di Pematangsiantar. Di sisi lain ada takdir hidup, yang menunjuk kepada keadaan yang dialami seseorang akibat atau hasil dari tindakannya sendiri. Memang menjadi orang Batak adalah penentuan yang tidak dapat dihindari, tetapi menjadi Batak yang bagaimana? Batak yang menjadi berkat bagi banyak orang, atau Batak yang rusak?

Banyak orang merasa telah bersikap benar dan rendah hati di hadapan Tuhan karena menerima nasib dengan lapang dada tanpa bersungut-sungut. Memang kita harus menerima takdir mati kita dengan sukacita. Kita harus percaya bahwa porsi yang diberikan-Nya adalah porsi yang paling sempurna bagi masing-masing kita. Jenis kelamin, suku bangsa, golongan darah, bentuk muka, warna kulit, rambut dan lain sebagainya adalah pemberian Tuhan sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang berdaulat. Kita tidak boleh membantahnya sama sekali. Tetapi keadaan hidup selanjutnya atau takdir hidup yang harus diperjuangkan adalah tanggung jawab kita, bukan tanggung jawab Tuhan. Ini tergantung kita sendiri. Mau menjadi orang sukses atau gagal, terserah kita; kaya atau miskin, terserah kita; sehat atau sakit, terserah kita (tergantung bagaimana kita mengelola kesehatan tubuh); pandai atau bodoh, terserah kita (tergantung apakah kita rajin atau malas), dan sebagainya.

Kita harus bisa membedakan antara takdir hidup (tanggung jawab kita) dan takdir mati (kedaulatan Tuhan). Namun memang kedaulatan Tuhan tetap berarti Ia bisa bertindak sesuai kehendak-Nya untuk sesuatu yang tidak kita mengerti, pada kasus-kasus khusus dapat membuat pengecualian dalam takdir hidup kita.

Marilah berjuang sesuai tanggung jawab kita untuk keadaan hidup kita selanjutnya.