Doa Pura Pura

Matius 6:5-15
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.  Matius 6:5

Dunia hiburan Indonesia mengenal nama Vicky Prasetyo. Sosok ini kondang dengan gaya bahasanya yang aneh dan rumit. Namun, beberapa waktu lalu, beredar video saat ia muncul di sebuah acara sebagai stand up comedian. Di situ, ia bicara dengan mudah dimengerti, bebas dari kata-kata aneh yang jadi ciri khasnya. Ternyata gaya bahasa aneh itu hanya caranya tampil beda di jagat hiburan saja.
Tapi, tanpa sadar banyak orang juga suka melakukan hal serupa. Tidak memakai istilah seaneh Vicky, tapi jika bicara di depan forum, misalnya, ia sengaja memakai istilah sulit, teknis atau campur bahasa asing, mungkin agar terdengar intelek. Orang macam itu jika bicara dengan teman atau keluarganya pastinya tak akan memakai gaya bahasa seperti itu. Namun, hal serupa juga kerap terjadi dalam doa. Saat berdoa, orang kadang seolah berusaha memperumitnya. Kita memakai kata-kata tak biasa, bahasa baku, harus terdengar bijak, bahkan seperti khotbah (jika bisa mengutip ayat lebih baik), dll. Bukannya salah. Tapi, kebiasaan itu kadang justru bisa membuat kita malas berdoa. Saat sedang tak bisa merangkai kata indah, entah karena sedang lelah, sedih, atau tertekan, kita pun tak berdoa. Ini juga bisa membuat kita berdoa dengan kepura-puraan. Saat memimpin doa, fokus kita adalah agar orang mendengar betapa bagus doa kita. Kita bukan berdoa dengan fokus ke Tuhan, tapi manusia. Kita seolah bicara pada Tuhan, padahal bicara pada manusia. Bukankah itu kepura-puraan?
Yesus dengan tegas menegur sikap seperti itu. Doa yang bertele-tele, berpanjang-panjang, dilakukan di tempat tertentu agar bisa dilihat orang, disebut Yesus sebagai kemunafikan dan seperti orang yang tidak kenal Tuhan. Berdoa bukanlah pertunjukan, di mana kita tampil dengan berbagai polesan agar orang melihat dan memuji kita. Berdoa adalah komunikasi dengan Tuhan. Doa adalah tentang relasi kita dengan Allah. Jangan kita melakukan kesalahan seperti si sulung dalam perumpamaan anak yang hilang, yang merasa karena dirinya tampil lebih baik di depan bapanya, maka ia lebih baik dari adiknya (Luk. 15:28-30). Tuhan menghargai pelayanan kita. Tapi, Ia lebih menghargai hati yang tulus dan rindu datang kepada-Nya, tanpa kepura-puraan atau maksud tersembunyi. • ARC
Yang penting bukan bagaimana kita berdoa tapi bagaimana sikap hati kita saat berdoa.

Komentar