Lupa Begitu DIberkati | Renungan Kristen



Lukas 17:11-19
Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lukas 17:18

Mungkin Anda pernah melakukan permainan ini. Satu ketika, keponakan saya ingin sebuah permen (atau kelereng atau benda kecil lainnya). Maka, saya menggodanya dengan mengambil benda itu, menaruhnya di tangan saya, kemudian menggenggamnya erat-erat. Keponakan saya berusaha mengambil permen itu dengan berbagai cara. Ia berusaha membuka jari saya satu demi satu hingga berusaha menggelitiki tangan saya. Saat akhirnya ia benar-benar berhasil membuka genggaman saya dan mengambil permen itu, ia pun pergi.
Pendeta Haddon Robinson memakai ilustrasi permainan sederhana di atas untuk menggambarkan sikap sebagian orang Kristen dalam berdoa. Ketika memohon sesuatu kepada Tuhan, mereka akan berdoa dengan sangat keras, sekeras usaha keponakan saya tadi dalam mengambil permen. Namun, saat kita sudah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, kita pergi begitu saja. Hal ini juga yang terjadi pada 9 orang kusta yang disembuhkan Yesus. Kita tidak tahu apakah setelah 9 orang itu diperiksa oleh imam dan dinyatakan tahir, ada di antara mereka yang ingin mengucapkan terima kasih kepada Yesus atau tidak. Namun, faktanya mereka memang lebih mengutamakan kepentingan diri mereka sendiri (pernyataan tahir dari imam akan membuat mereka bisa kembali ke masyarakat) daripada berterima kasih pada Yesus.
Sepuluh orang disembuhkan. Ini artinya, sepuluh orang itu sesungguhnya juga percaya pada Yesus. Tapi, hanya satu yang kembali untuk berterima kasih pada Yesus. Hanya satu orang inilah yang benar-benar sadar bahwa kesembuhan itu adalah murni karena kuasa Tuhan. Jika kemudian sepuluh orang ini memberikan kesaksian, besar kemungkinan kesaksian mereka akan berbeda. Sembilan kesaksian berfokus pada apa yang mereka alami dan bagaimana pengalaman mereka belaka, tapi satu orang berfokus pada Yesus yang sudah menyembuhkan. Kita semua adalah umat tebusan, yang telah diselamatkan Yesus. Namun, seperti apa sikap kita? Apakah hidup kita masih berfokus pada diri, ego, keinginan kita, dsb? Ataukah fokus hidup kita adalah pada Dia?
Setelah kita menerima jawaban doa kita, apa yang kita lakukan?