Politik Adu Domba



Baca:  1 Korintus 1:10-17

"Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir."  1 Korintus 1:10





      Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa besar.  Namun kita memiliki pengalaman sejarah yang kelam, di mana selama waktu yang tidak sebentar kita dijajah bangsa-bangsa lain.  Belanda, negara kecil di benua Eropa, adalah salah satu  yang mampu menguasai Indonesia yang besar ini.  Mengapa bisa terjadi?  Salah satu faktornya karena politik divide et impera (bahasa Latin, artinya divide and rule:  membagi dan menguasai) yang diterapkan oleh Belanda, yaitu politik pecah belah atau adu domba, memecah kelompak besar menjadi kelompok kecil sehingga lebih mudah untuk ditaklukkan.  Jika suatu bangsa yang besar mengalami perpecahan dan tercerai-berai, cepat atau lambat bangsa itu akan menjadi hancur.

     Menghasut dan memecah belah supaya terjadi perpecahan adalah strategi yang dilakukan Iblis untuk melumpuhkan dan menghancurkan kehidupan orang percaya.  Apabila anak-anak Tuhan saling berselisih, menuding dan membentuk kubu-kubu akan mempermudah Iblis untuk melancarkan serangannya.  Inilah yang terjadi dan melanda jemaat Tuhan di Korintus, di mana mereka saling berselisih, iri hati, tidak seia-sekata, tidak cocok satu sama lain sehingga mereka berkelompok, membentuk komunitas, golongan dan aliran sendiri-sendiri.  "Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus."  (1 Korintus 1:12).  Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, cepat atau lambat gereja akan terpecah, dan akhirnya akan menjadi hancur berkeping-keping.

     Ada peribahasa yang mengatakan:  'Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh', yang artinya perselisihan akan berakibat pada kehancuran, namun kerukunan akan menjadikan kita makin kuat/Solid.  Selama kita masih mengedepankan ego masing-masing, merasa diri paling benar, merasa gereja kita paling besar dan maju, merasa paling berjasa dan sebagainya, kita sedang dalam perpecahan.  Perhatikan ayat ini:  "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan."  (Matius 12:25).


Baca:  1 Korintus 3:1-9

"Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?"  1 Korintus 3:3b

Bukankah kita sering mendengar ada orang Kristen yang berkata bahwa gerejanyalah yang paling besar dan penuh urapan Tuhan, atau gereja A jemaatnya ribuaan, itu tandanya diberkati Tuhan, sedangkan gereja B jemaatnya sedikit, berarti tidak ada lawatan Tuhan.  Ada pula jemaat yang begitu fanatik terhadap hamba Tuhan tertentu dan tidak suka dengan yang lainnya.  Ini adalah tanda bahwa perpecahan sedang terjadi di antara anak-anak Tuhan, dan terjadi di dalam gereja, bukan di luar gereja.

     Jika di dalam gereja sendiri terjadi banyak perselisihan dan perpecahan, bagaimana mungkin bisa menjadi berkat atau kesaksian yang baik bagi orang-orang di luar sana?  Oleh karena itu rasul Paulus menegur dan mengingatkan jemaat di Korintus dengan penuh kasih agar mereka menyadari akan hal ini, dan segera membereskan permasalahan yang ada.  Ia mengajak jemaat untuk bersatu, saling mengasihi, saling memperhatikan satu sama lain sebagai keluarga besar Kerajaan Allah.  Kita harus menempatkan Tuhan Yesus sebagai yang terutama dan pusat dari segala ibadah dan pelayanan yang kita lakukan.  Tidak ada pembicara, hamba Tuhan atau pemimpin gereja yang dapat menggantikan posisi Tuhan;  tidak ada golongan Apolos, Paulus, Kefas atau yang lainnya.  "Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus."  (1 Korintus 12:12).  Jadi di dalam Kristus  "...kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah."  (Efesus 2:19).

     Meski menjadi hamba Tuhan yang berhasil dan diurapi Tuhan, Paulus menolak dikultuskan dan diidolakan.  Yang layak untuk ditinggikan dan diagungkan dalam hidup orang percaya hanyalah Tuhan Yesus saja, bukan manusia.  Jika tidak, perpecahan pasti akan terhadi dan tak terhindarkan!  Selama masih ada perselisihan, benci, marah, akar pahit, dendam, iri hati, kita masih hidup sebagai manusia duniawi.

Mari kita bersatu hati untuk melayani Tuhan dan memberitakan InjilNya, supaya nama Tuhan dipermuliakan melalui gereja-Nya!