Menegor Dengan Bijaksana !


Baca:  Amsal 25:1-28

"Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar."  Amsal 25:12







      Ketika ada orang lain yang berbuat kesalahan, adalah tugas kita untuk menegor dan mengingatkan mereka.  Menegor orang lain yang berbuat kesalahan adalah sebuah keharusan supaya mereka segera sadar atas kesalahannya dan kembali ke jalur yang benar.  Tetapi kita tidak boleh asal menegor!


     Banyak orang yang menjadi kecewa, 'nelangsa', tersinggung, marah dan sakit hati karena menerima tegoran dari orang lain.  Mengapa hal ini bisa terjadi?  Karena tegoran tersebut sangat tidak bijaksana, diutarakan dengan kata-kata yang pedas, kasar dan tidak pada 'sikon' yang tepat.  Seringkali dalam menegor kita pun memiliki kecenderungan untuk menghakimi, mempermalukan atau menyalahkan orang tersebut.  Akibatnya orang yang ditegor itu bukannya menerima, malah menjadi down dan frustasi.  Rasul Paulus menasihatkan, jika ada yang berbuat salah  "...janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara."  (2 Tesalonika 3:15).  Jadi  "...nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."  (2 Timotius 4:2).

     Sebagai orang percaya, nasihat atau tegoran yang kita berikan harusah dilakukan dengan bijaksana dan kasih.  Ucapan dan tindakan kita harus benar-benar terkendali dan menurut tuntunan Roh Kudus, jangan seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan.  Tertulis:  "Hati orang benar menimbang-nimbang jawabannya, tetapi orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat."  (Amsal 15:28).  Perkataan yang kita ucapkan hendaknya selalu sedap dan bermuatan kasih sehingga yang mendengarnya akan merasakan keteduhan dan damai sejahtera.  Dalam Amsal 16:24 dikatakan,  "Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang."  Setiap persoalan haruslah diselesaikan dengan penuh kesabaran sebagaimana yang Tuhan Yesus ajarkan, karena  "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."  (Amsal 16:32).

Sebelum menegor orang lain, adalah sangat bijak bila kita mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu:  apakah tutur kata kita sudah mencerminkan karakter Kristus?  Terlebih lagi perbuatan kita, supaya kita tidak menjadi batu sandungan bagi mereka.