HIDUP BERCAHAYA: Pelayanan Pendamaian

Baca:  Yesaya 62:1-12

"Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu,"  Yesaya 62:2

Sebagai anak-anak terang sudah seharusnya kehidupan kita bercahaya di tengah-tengah dunia yang diliputi kegelapan ini.  Bagaimana bisa bercahaya?  Yaitu apabila kita tidak lagi hidup  "...menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki."  (Galatia 5:16-17).  Hanya karena jamahan Roh Kuduslah kita dimungkinkan menerima firman Tuhan dengan hati terbuka, lemah lembut dan antusias.  Saat tanah hati kita sudah bersih dari kerikil atau bebatuan, benih firman yang ditabur itu akan bertunas, tumbuh subur dan kemudian berbuah lebat.  Maka dari kehidupan kita akan ke luar buah Roh yaitu  "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."  (Galatia 5:22-23).

     Hidup yang becahaya tidak bergantung musim yang ada, tapi di segala situasi dan keadaan.  Masalah, penderitaan atau kesesakan takkan mempengaruhi sikap hati kita bahwa  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13), sehingga apa pun yang terjadi kita tetap bisa bersukacita dan mengucap syukur.  Yusuf adalah contoh orang yang hidupnya bercahaya.  Meski berada dalam tekanan dan penderitaan ia tetap tampil sebagai pemenang dan menjadi berkat bagi orang lain.  Apa kuncinya?  Hidup melekat kepada Tuhan sehingga Roh Tuhan senantiasa memenuhi hidup Yusuf.  Penuh dengan Roh Kudus bukan sekedar berkata-kata dalam bahasa lidah, namun hidup yang sepenuhnya dikendalikan Roh Kudus.

     Semakin kita bercahaya semakin besar kerinduan kita melayani Tuhan dan bersaksi kepada orang lain.  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Mengapa kita harus bersaksi?  Karena kita ini adalah utusan-utusan Kristus, sebagaimana  "...Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya..."  (2 Korintus 5:18)

...maka Tuhan pun mengutus kita untuk mengerjakan pelayanan pendamaian sebagai saksi-saksiNya.

Komentar