Upah dan Pelayanan “Ekspresi”

Renungan Harian TRUTH
Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. (Kis. 20:22–24)

Mela yani Tuhan adalah ekspresi dari cinta kasih kita kepada-Nya. Perasan cinta kasih kepada seseorang atau sesuatu membutuhkan ekspresi atau sarana untuk menyalurkannya; tanpa ekspresi, bisa menimbulkan penderitaan yang hebat atau tekanan jiwa. Gelora yang benar dari cinta kasih seseorang tidak mudah dapat dibendung, malah kadang ada yang tidak dapat dibendung sama sekali. Ini tentu tergantung seberapa besar cinta kasih yang meledak dalam diri seseorang.

Pengalaman tersebut tentu sudah dialami hampir setiap insan. Kasih orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, pria kepada wanita atau sebaliknya, kepada negara atau tanah air dan lain sebagainya. Ledakan atau ekspresi cinta kasih manusia dalam konteks tersebut dapat ditemukan dalam sejarah kehidupan manusia dan kita alami secara konkrit. Kita semua adalah pelaku-pelakunya. Tahun-tahun yang panjang telah kita lalui dalam ledakan-ledakan cinta kasih kepada banyak objek.

Kita pernah memiliki ledakan kasih kepada banyak objek, tetapi pernahkah kita mengalami ledakan kasih terhadap Tuhan? Seseorang yang mengekspresikan cinta kasih kepada objek tertentu tidak akan mengharapkan dan menuntut upah. Baginya, dapat mengekspresikan cinta kasih itu sendiri sudah merupakan kebahagiaan dan kepuasan. Orang yang membutuhkan penyaluran cinta kasih kepada suatu obyek seolah-olah mau berkata: “Izinkan aku mengasihimu, itu cukup bagiku”. Mengapa demikian? Sebab jika seseorang boleh mengekspresikan atau menyalurkan cinta kasih, itu sudah merupakan pemberian atau anugerah, ia tidak pernah berpikir apakah ia akan memperoleh keuntungan berupa upah dari objek cinta kasihnya.

Dalam kesaksiannya di ayat-ayat di atas, tampak bahwa Rasul Paulus merupakan seorang model hamba Tuhan yang menunjukkan ledakan cinta kasihnya yang begitu hebat kepada Tuhan. Dalam pelayanannya, ia bukan saja tidak menuntut upah, tetapi juga siap menghadapi segala keadaan demi kemajuan Injil.

Segala sesuatu yang terjadi di luar kemampuan kita akan ditopang dan ditanggulangi oleh Tuhan, Bapa yang sangat mengasihi kita dan bertanggung jawab.