-*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-
Dr. Gary Collin dalam bukunya "Konseling Kristen yang Efektif"
mengatakan bahwa dalam pelayanan konseling seringkali kita
menghadapi konselee dengan pertanyaan yang sulit, "Mengapa?".
Mengapa saya sampai mempunyai persoalan ini? Mengapa ini tidak
terjadi pada orang lain? Mengapa Tuhan membiarkan saya ...? Mengapa
Allah yang penuh kasih membiarkan penderitaan dan kesusahan ...?
Dengan tegas, dalam Kolom Renungan edisi ini, beliau mengatakan
bahwa konselor seharusnya sudah lebih dahulu menggumuli pertanyaan
tsb., sebelum ia mendengarnya sendiri dari mulut konselee-nya.
Berangkat dari pemahaman tersebut edisi e-Konsel kali ini akan
mengambil tema "Menghadapi Kesulitan Hidup". Tujuannya adalah untuk
menolong kita, sebagai Konselor Kristen, agar tidak menganggap
remeh penderitaan dan kesulitan hidup orang lain ataupun yang
dialami oleh diri sendiri. Ada bahaya jika seorang konselor
menganggap remeh kesulitan hidup, apalagi jika memiliki keyakinan
bahwa orang Kristen tidak mungkin dapat mengalami kesulitan dan
kesusahan hidup, karena ketika kesulitan hidup itu benar-benar
datang (terjadi), ia akan cenderung menyangkalinya dan menolak
menerima kenyataan yang dihadapinya.
Harapan kami, melalui sajian-sajian ini, konselor dapat lebih
memahami kesulitan dan kesedihan orang lain (atau diri sendiri)
dan memiliki simpati untuk menolong saudara/teman/diri sendiri
dan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Selamat melayani,
Staf Redaksi
*KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN*
-*- LAGU PENGHIBURAN KARANGAN ORANG SEDIH -*-
Riwayat Penulisan lagu "Tuhan Yesus Sobat Kita"
SONG: WHAT A FRIEND WE HAVE IN JESUS
------------------------------------
What a Friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear!
What a privilege to carry, Everything to God in prayer!
O What peace we often forfeit, O what needless pain we bear,
All because we do not carry, Everything to God in prayer!
Have we trials and temptations? Is there trouble anywhere?
We should never be discouraged, Take it to the Lord in prayer!
Can we find a friend so faithful? Who will all our sorrows share?
Jesus knows our every weakness, Take it to the Lord in prayer!
Are we weak and heavy laden? Cumbered with a load of care?
Precious Saviour, still our refuge, Take it to the Lord in prayer!
Do thy friends despise, forsake thee? Take it to the Lord in prayer!
In His arms He'll take and shield thee, Thou wilt find a solace there!
[[Syair: What a Friend We Have in Jesus; Joseph Scriven 1855
Lagu : Converse (Frienship; Erie), Charles C. Converse, 1868]]
Syair lagu di atas telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa di dunia. Dalam bahasa Indonesia lagu di atas dikenal dengan
judul: "Tuhan Yesus Sobat Kita" atau "Yesus Kawan yang Sejati."
LAGU: TUHAN YESUS SOBAT KITA
----------------------------
Tuhan Yesus sobat kita yang tiada taranya
Yang menanggung bagi kita siksa hingga matilah
Acap kali kita kalah dan sejahterapun lenyap
Karna kita tak berpautan dengan Dia trus tetap.
Kita hadapi cobaan dan kesukaran besar?
Bawa saja semuanya pada Sobat yang benar
Tak ada Sobat sperti Dia sabar lagi tak jemu
Tahu kelemahan kita bri pertolongan penuh.
Kitakah bersusah hati serta jiwa tertekan?
Mintalah pada Tuhan Ia bri pertolongan
Bila sobat-sobat undur harap pada Penebus
Dia Sobat yang setia yang sertai kita trus.
[[Nyanyian Suplemen]]
Kenalkah anda dengan syair dan lagu "Tuhan Yesus Sobat Kita" di
atas? Kami yakin anda kenal, karena lagu ini adalah lagu penghiburan
yang paling banyak dinyanyikan oleh orang Kristen di seluruh dunia.
Tapi kenalkah anda pada pencipta syair lagu ini? Tahukah anda bahwa
syair lagu ini memiliki riwayat yang sangat mengharukan? Kalau
belum, berikut ini kami akan ceritakan untuk anda. Melalui lagu ini
kiranya kita tidak hanya terharu saja, tapi untuk menyadarkan kita
bahwa orang Kristen (sebaik apapun) tidak kebal terhadap kesulitan
hidup. Namun ditengah kesulitan hidup yang dialami, seorang Kristen
harus sadar bahwa kita memiliki pengharapan yang teguh di dalam
Tuhan. Justru melalui peristiwa yang menyedihkan, Tuhan sering
memakainya untuk mengingatkan kita bahwa Ia selalu ada di samping
kita, karena Ia adalah Sobat kita yang setia.
PERISTIWA YANG MENYEDIHKAN
Joseph M. Scriven dilahirkan di negeri Irlandia pada tahun 1819,
dari keluarga yang cukup berada, dan ia pun mendapat pendidikan yang
baik. Setelah ia tamat dari universitas pada tahun 1842, ia
merencanakan untuk melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis
Irlandia yang cantik. Harapan dan masa depan Joseph Scriven
kelihatan sangat cerah sekali.
Akan tetapi sehari sebelum hari perkawinan mereka, gadis tunangan
Joseph Scriven mengalami kecelakaan dan mati tenggelam. Pemuda yang
malang itu merasa sangat patah hati. Ditambah lagi saat itu, ia
mulai menghadapi persoalan dengan keluarganya, karena ia masuk agama
agama Kristen, hal yang sangat tidak disetujui oleh mereka.
Akhirnya pada tahun 1844 pemuda yang sedih itu pindah ke negeri
Canada. Selama beberapa waktu ia menjadi seorang guru -- mula-mula
ia mengajar di sekolah, kemudian ia diangkat menjadi pendidik khusus
bagi anak-anak dari keluarga yang kaya raya.
Sekali lagi Joseph Scriven bertunangan, yaitu dengan saudara dari
keluarga yang kaya tadi. Tetapi sekali lagi maut merenggut
sukacitanya. Setelah melewati masa sakit yang pendek, kekasihnya itu
meninggal dunia, beberapa hari sebelum tanggal pernikahan mereka.
MENOLONG SESAMANYA
Dalam kesedihan yang tak terhiburkan, Joseph Scriven menyingkir dari
keramaian. Ia tinggal seorang diri dalam sebuah pondok di pinggir
danau. Cara hidupnya sangat bersahaja. Uang dan tenaganya ia gunakan
untuk menolong orang miskin. Ia mencari anak-anak yatim piatu supaya
dapat ditolongnya. Ia bekerja sebagai tukang kayu sukarela bagi para
janda yang kekurangan. Ia bahkan memberikan pakaiannya sendiri
kepada orang-orang yang lebih memerlukannya.
Pernah ada dua orang yang berpapasan di jalan dengan Joseph Scriven.
Scriven yang memakai pakaian sederhana lewat di hadapan dua orang
tsb. dengan menjinjing sebuah gergaji. Salah seorang dari dua
kawan itu memberi salam kepadanya. Kemudian yang lainnya bertanya:
"Kaukenal orang tadi? Siapa namanya? Di mana tempat tinggalnya?
Saya perlu orang untuk memotong kayu bakar di rumahku."
Orang pertama itu menjawab: "Itulah Pak Scriven. Tetapi engkau tidak
boleh memakai dia, karena ia tidak akan mau memotong kayu untukmu."
"Mengapa tidak mau?" tanya orang kedua dengan heran.
"Sebab engkau dapat mengupah tukang kayu untuk bekerja padamu."
temannya menjelaskan. "Ia hanya mau menggergaji kayu untuk para
janda miskin dan orang sakit yang tidak mampu membayar seorang
tukang kayu."
SURAT BERUPA SYAIR
Sepuluh tahun setelah Joseph Scriven pindah ke Canada, ibunya di
Irlandia sangat sedih dan sedang sakit keras. Pak Scriven tidak
sempat mengarungi samudra dan pulang ke negeri asalnya untuk
menengok ibunya. Namun ia mendapat akal untuk menghibur ibunya:
Seorang diri di kamarnya, ia menuliskan sebuah syair tentang Yesus,
Sobat yang sejati bagi orang yang lemah. Satu salinan ia kirimkan
kepada ibunya di Irlandia. Satu lagi ia simpan, tapi ia segera
melupakannya.
Beberapa tahun kemudian, Joseph Scriven sendiri jatuh sakit. Seorang
tetangga yang merawatnya menemukan salinan syair tadi di kamarnya.
Ia senang akan isinya, dan bertanya kapad Pak Scriven tentang siapa
yang menulisnya. Joseph Scriven lalu menceritakan asal-usul
karangannya tersebut.
Pada kesempatan yang lain, seorang tetangga lain lagi bertanya
kepada Joseph Scriven, apakah benar dia yang mengarang syair itu
(saat itu syair yang ditulisnya sudah mulai menjadi sangat
terkenal). Jawab Pak Scriven: "Yah ... Tuhan dan saya mengerjakannya
bersama-sama."
AKHIR CERITA YANG TIDAK TENTU
Menjelang akhir hidupnya, Joseph Scriven tidak lagi memiliki rumah
sendiri. Ada kalanya ia menginap dengan satu keluarga, ada kalanya
dengan keluarga yang lain.
Pada tahun 1886, dalam usia 67 tahun, ketika ia sedang tinggal di
rumah seorang kawan ia jatuh sakit keras. Kawannya menunggui dia
siang dan malam. Tetapi pada suatu malam kawannya meninggalkannya
di kamar sendiri sebentar. Ketika ia kembali, ternyata Scriven sudah
tidak ada di tempat.
Teman dan tetangga segera dipanggil. Mereka mulai mencari Scriven
yang menghilang itu. Akhirnya mereka menemukan dia di sebuah sungai
tidak jauh dari rumah kawannya itu, tetapi Scriven sudah menjadi
mayat.
Apakah Joseph Scriven terantuk, disebabkan oleh pikiran dan tubuhnya
yang sudah lemah? Apakah ia keluar untuk menikmati kesejukan malam,
lalu terpeleset ke dalam kali? Ataukah kesedihannya itulah yang
mendorong dia untuk bunuh diri dengan mati tenggelam, sama seperti
kekasihnya yang mati dalam kecelakaan di Irlandia 40 tahun
sebelumnya?
Tak seorang pun yang tahu pasti. Namun para teman dan tetangga
Joseph Scriven tahu pasti bahwa ia seorang yang baik hati. Walaupun
kelakuannya sering aneh, namun ia selalu berusaha menolong rakyat
miskin. Maka mereka mendirikan sebuah tugu peringatan baginya di
desa Canada, di tempat ia tinggal.
Sedikit sekali orang yang pernah pergi ke desa di Canada itu untuk
melihat tugu peringatan Joseph M. Scriven itu. Tetapi berjuta-juta
orang di seluruh dunia menyanyikan syair "Lagu Penghiburan Karangan
Orang Sedih" yang diciptakannya.
-*- Sumber -*-:
Judul Buku: Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, jilid 1
Penulis : H.L. Cermat
Penerbit : LBB
Halaman : 45 – 48
*RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN*
Masalah-masalah Sekitar Pertanyaan Hidup "Mengapa"?
-*- "MENGAPA" -*-
Dalam pelayanan konseling seringkali kita menghadapi konselee dengan
pertanyaan "mengapa?" Mengapa saya sampai mempunyai persoalan ini?
Mengapa Tuhan membiarkan saya menghadapi persoalan ini? Mengapa ini
tidak terjadi pada orang lain? Mengapa justru orang yang kukasihi
yang diambil? Mengapa pendeta mengatakan, bahwa Allah penuh kasih
padahal Ia membiarkan penderitaan dan kesusahan seperti ini terjadi
dalam hidup anak-anak-Nya?
Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sulit, yang seharusnya sudah
digumuli oleh konselor sebelum ia mendengarnya sendiri dari mulut
konselee-nya. Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya pertanyaan
teologis yang jarang sekali dibicarakan dalam buku-buku konseling.
Alkitab sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan-
pertanyaan "mengapa?" tersebut. Sebagai orang percaya kita
mengetahui, bahwa pada saat Tuhan membiarkan penderitaan dialami
pasti maksud-Nya adalah untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28),
seperti, kesabaran (Yakobus 1:3), rendah hati (2Korintus 12:7-10),
atau ketulusan dalam penyerahan diri kepada Allah (2Korintus 1:8-9),
bisa juga itu merupakan ekspresi dari kasih-Nya atas manusia.
Meskipun pada saat kita mengalami kita merasa begitu susah dan
menderita, Alkitab menyaksikan, bahwa justru pukulan Allah, adalah
tanda dari kasih sayang-Nya (Mazmur 94:12, Amsal 3:11-12, Ibrani 12:5-8, Wahyu 3:19).
Dalam pelayanan konseling, kita dapat menunjukkan pada konselee ayat-
ayat tersebut, di samping bagian-bagian dari I Petrus dan kitab
Ayub. Konselor dapat memberikan bimbingan selama konselee
mengeluarkan isi hatinya dan mencari jawaban dari firman Tuhan.
Contoh dari pengalaman Ayub sangat menolong. Meskipun ia mengalami
begitu banyak penderitaan yang tidak terbayangkan oleh kita, Ayub
tidak pernah mendapat jawaban atas pertanyaan "mengapa"nya. Allah
mempunyai maksud (Ayub 1,2), begitu juga atas apa yang Ia lakukan
hari ini, orang-orang yang saleh seperti Ayub pun tidak pernah
mengetahui secara penuh maksud-Nya.
Banyak kali pengalaman yang sama kita alami. Selama kita masih hidup
di dunia ini, jalan-jalan dan kehendak Tuhan seringkali di luar
kemampuan kita untuk mengertinya secara penuh (Rom 11:33). Kita
dapat dan boleh bertanya "mengapa"? dan mencoba menemukan jawabnya,
tetapi jangan lupa, bahwa mungkin Dia dalam kebijaksanaan-Nya tidak
memberi jawaban. Bahkan Dia mungkin membiarkan kita menderita dalam
ketidakmengertian. Rahasia ini baru akan terjawab penuh nanti kalau
kita bertemu Kristus muka dengan muka di dalam kemuliaan.
-*- Sumber -*-:
Judul Buku: Konseling Kristen yang Efektif
Penulis : Dr. Gary R. Collins
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang
Halaman : 182 – 184
*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*
-*- MENGHADAPI KEPAHITAN HIDUP -*-
Hidup tidak selamanya berjalan lurus, kadang kita harus melalui
berbagai-bagai masalah. Di antara masalah-masalah tersebut ada
kalanya kita merasa tertekan, terpojok, dilukai, dikecewakan, dan
sebagainya. Dan luka itu kadang membekas dalam diri kita, menjadi
suatu hal yang traumatis dan menjadi kepahitan dalam hidup kita.
Bagaimana kita mengatasi kepahitan hidup tergantung bagaimana kita
menyikapinya. Jika kita ingin melepaskannya maka kita harus memberi
pengampunan kepada orang yang telah menimbulkan kepahitan tersebut.
Pada saat kita berhasil memberi pengampunan, pada saat itulah kita
lepas menjadi korban kepahitan. Berikut cuplikan dari hasil diskusi
tema kali ini.
-------
T: Bagaimana kita harus mempersiapkan diri atau menyikapi kalau
suatu saat kita hrs mengalami kepahitan hidup?
J: Pada dasarnya kita harus menentukan pilihan kita, apakah kita
akan terus menjadi korban kepahitan tersebut ataukah kita
melepaskan diri dari kepahitan itu. Artinya kita bisa terus
menerus dikuasai oleh kepahitan itu sehingga hati kita penuh
kepahitan dan kita sangat tak berdaya dibawah kendali kepahitan
itu. Namun pilihan yang saya kira lebih baik dan juga Tuhan
kehendaki ialah kita melepaskan diri kita tidak mau lagi berada
di bawah kepahitan itu. Nah pada akhirnya yang harus kita lakukan
ialah memberi pengampunan kepada orang yang telah menimbulkan
kepahitan pada diri kita itu, pada saat kita berhasil memberi
pengampunan pada saat itulah kita lepas menjadi korban dari
kepahitan itu.
-------
T: Tetapi bagaimana kalau orang yang menimbulkan kepahitan hidup
itu justru orang yang kita cintai?
J: Seringkali justru yang membuat kita pahit adalah orang-orang
yang terdekat dengan kita, orang yang kita percaya, orang yang
kita kasihi karena kalau orang itu jauh dari kita dan tidak
begitu berdampak kepada kita dia pun tidak begitu mampu atau
sanggup membuat kita pahit sampai sedemikian pahitnya. Justru
seringkali orang terdekatlah yang membuat kita pahit, misalnya
kita mengalami kekecewaan, kita mengalami penolakan, kita merasa
ditipu, dan sebagainya.
-------
T: Orang yang mengalami kepahitan berkali-kali dalam hidupnya akan
berdampak apa?
J: Dia akan kehilangan kepercayaan pada orang lain sebab ia melihat
dunia ini tidak aman. Ia harus selalu berhati-hati sebab ia
tidak bisa lagi terjebak untuk kesekian kalinya. Jadi biasanya
orang yang terlukai berkali-kali akan kesulitan membina hubungan
yang intim dengan orang lain, ia memiliki rasa was-was yang
sangat tinggi.
-*- Sumber -*-:
[[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
No. 65B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*
BAGAIMANA MEMBIMBING ORANG YANG SEDANG MENGALAMI
-*- PENDERITAAN DAN KEMALANGAN -*-
AYAT ALKITAB
============
Roma 8:28,29; Roma 8:35,37; Yakobus 1:2,3,12; Yohanes 14:1;
1Petrus 4:12,13; 1Petrus 4:16,19; Wahyu 21:4
LATAR BELAKANG
==============
Mengapa? Mengapa aku? Mengapa keluargaku? Apa arti penderitaan ini?
Demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan baik oleh
orang Kristen maupun bukan. Tak seorang pun kebal terhadap
penderitaan dan kemalangan. Manusia lahir dalam kesusahan (lihat
Ayub 5:7). Ada berbagai tekanan keinginan, kebutuhan, kedukaan,
aniaya, tidak disenangi dan kesunyian. Sebagian menderita akibat
perbuatannya; yang lain menderita karena perbuatan orang
terhadapnya. Banyak orang menderita sebagai korban keadaan yang
tidak dapat dikendalikannya.
Kepedihan memuramkan hidup. Bisa terjadi malam-malam penuh siksa
batin, ketika Allah seolah tidak adil dan seolah tidak akan ada
pertolongan atau jalan keluar. Kelepasan sesaat memang bisa
menolong, tetapi pemecahan sejati tidak terjadi karena usaha untuk
menyingkirkannya atau dengan mengertakkan gigi untuk menahannya.
Jalan keluarnya ialah dengan bersikap sedemikian rupa, sehingga kita
belajar menang di dalam dan melalui penderitaan. Ketika rasul Paulus
mencari kelepasan dari duri yang ada dalam dagingnya, Allah tidak
mengabulkannya tetapi menghiburnya demikian: "Cukuplah kasih
karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." (2Korintus 12:9). Dalam surat yang menguatkan, Paulus
menulis, "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada
kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu
dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2Korintus 9:8)
Kecuali dalam penderitaan jasmani, mengatasi penderitaan nampaknya
berpangkal pada masalah sikap: "Apa yang akan kulakukan dalam
penderitaanku agar melaluinya aku dapat belajar sesuatu atau
memperoleh manfaat sesuai rencana kekal Allah melaluinya?"
---------------------------Kutipan---------------------------------
Menurut Billy Graham:
"Tak pernah Alkitab mengajarkan bahwa orang Kristen dibebaskan dari
penderitaan dan bencana alam yang melanda dunia ini. Alkitab memang
mengajarkan bahwa orang Kristen dapat menanggung penderitaan,
krisis, bencana dan kesulitan pribadi dengan kuasa adhi kodrati yang
tidak bisa diperoleh oleh mereka yang di luar Kristus."
------------------------Kutipan_Selesai----------------------------
Sebagian besar orang yang nasibnya paling menyedihkan dalam dunia
ini, adalah mereka yang ketika mengalami penderitaan, membiarkan
diri mereka dihanyutkan oleh kasihan diri dan kepahitan, sambil
menyalahkan Allah.
Jadikanlah sikap Ayub menjadi inspirasi: "Walaupun Ia akan membunuh
aku, aku akan tetap percaya kepada-Nya." (Ayub 13:15; terj. bebas).
Si penderita akan menerima berkat, jika di tengah kepedihan batin
dan kemuramannya yang dalam, dia dapat menatap pada wajah Bapa
Surgawinya dan disukakan oleh kasih kekal dan hadirat-Nya. Lagi pula
respon kita pada penderitaan seharusnya membuat kita melihat ke
balik penderitaan, kepada maksud-maksud Allah yang lebih tinggi dan
kepada apa yang ingin diajarkan-Nya.
Apa Saja Sebab-sebab Penderitaan Manusia?
-----------------------------------------
1. Kadang-kadang kita sendiri menjadi sebab penderitaan kita.
Pesta pora dan kekurangan disiplin, membawa akibat-akibat yang
tak membahagiakan. Penyalahgunaan tubuh dalam jangka panjang,
menyebabkan penyakit. Pilihan-pilihan salah kelak menghantui
kita.
Pembimbing bisa bertanya: "Menurut anda, hal ini terjadi karena
keputusan salah atau tindakan tak terkontrol anda sendiri? Tidak
adakah langkah yang dapat anda ambil untuk meringankan
penderitaan anda?
2. Kadang-kadang Allah bertindak mengoreksi dosa dan ketidaktaatan
kita. Allah akan memperbaiki dan mendisiplin kepunyaan-Nya.
Melalui hajaran, Dia membuktikan bahwa Dia mengasihi kita dan
bahwa kita sungguh milik Dia (Ibrani 12:5-11).
3. Kadang-kadang Allah mengizinkan penderitaan agar kita boleh
belajar menanggapi masalah dan Allah secara Alkitabiah. Alkitab
berkata bahwa Yesus belajar "taat dari apa yang telah diderita-
Nya" (Ibrani 5:8).
Sasaran kita hendaknya bukan saja terlepas dari penderitaan,
tetapi belajar menyukakan Allah dengan bersikap responsif dan
taat kepada Dia dan Firman-Nya (Lihat Roma 12:1,2).
4. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita agar kita mengerti
bahwa kepedihan adalah salah satu bagian hidup. Tidak satu kali
pun Alkitab pernah berkata, bahwa Kristen kebal terhadap
penderitaan dan kesulitan! Dalam Filipi 1:29 Paulus berkata,
"Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia." Penderitaan
bisa merupakan karunia dari Allah. Mengapa kita sulit sekali
melihatnya dalam pengertian ini?
Kristus tidak mengelakkan Salib agar dapat menghindari
penderitaan. Ibrani 12:2 berkata bahwa Dia "mengabaikan kehinaan
tekun memikul salib." Mengapa? "Ganti sukacita yang disediakan
bagi Dia." Dia tahu bahwa kata akhir bukanlah penyaliban
(penderitaan), tetapi kebangkitan (kemenangan).
Kita bisa menderita sebentar, atau sepanjang hidup kita. Untuk
sementara orang yang menderita, nampaknya deritanya tak akan
pernah berakhir. Biar bagaimanapun, janganlah kita membuang
pengharapan atau menenggelamkan diri dalam kasihan diri dan
kepahitan. Seharusnya kepada hasil akhirnyalah, mata kita
tertuju. Berada bersama Tuhan yang di surga, membuat segala
sesuatu memiliki makna.
5. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita karena bermaksud
baik bagi hidup kita. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita harus menerima
ini dengan iman dan berdoa agar kebaikan Allah tertinggi untuk
hidup kita, dapat terjadi akibat penderitaan kita. Hanya melalui
penderitaan terdalam, seringkali pelajaran-pelajaran hidup yang
paling berharga dapat kita terima. Percayalah Allah untuk
mengerjakan kehendak dan maksud-Nya dalam kita, agar kita menjadi
makin serupa dengan Kristus (lihat Roma 8:29).
Tidak seperti penderitaan Kristus, penderitaan kita tidak membawa
dampak penebusan. Tetapi bila kita setia dalam penderitaan, kita
mengambil bagian "dalam penderitaan-Nya" (Filipi 3:10).
6. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita, agar kita dapat
menghibur orang lain melalui hidup dan kesaksian kita. Menurut
Yesus, penderitaan orang yang buta sejak lahir itu, ialah supaya
pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalamnya.
Allah bisa bekerja melalui penderitaan dalam hidup anda, supaya
orang lain mendapat ilham melalui teladan anda dalam penderitaan.
Mereka yang pernah menderita, mampu bersimpati dan menempatkan
diri secara lebih berhasil dalam penderitaan orang-orang lain.
Kita belajar menghibur orang lain, seperti halnya kita pernah
dihibur. "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa
yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,
yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami
sanggup menghibur mereka, yang berada dalam macam-macam
penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari
Allah." (2Korintus 1:3,4).
STRATEGI BIMBINGAN
==================
Untuk yang Bukan Kristen:
-------------------------
1. Bersimpatilah. Dengarkan masalah yang ingin dibagikannya dengan
penuh perhatian. Memperjelas masalah, kerap bermanfaat. Ambillah
prakarsa mengarahkan percakapan itu, agar anda dapat menawarkan
bantuan rohani.
2. Berikan kekuatan dan pengharapan. Nyatakan padanya bahwa Allah
mengasihi dia dan mengetahui apa yang terjadi padanya. Dia tidak
sendirian. "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan
menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan
dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak
akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau."
(Yesaya 43:2).
Nyatakan kesukaan anda membantu dia dan kesediaan mencari jalan
keluar bersama dia.
3. Tanyakan, apakah dia pernah menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat dan Tuhannya. Kadang-kadang Allah mengizinkan
penderitaan. Dia ingin kita memberi perhatian pada-Nya, untuk
membawa kita pada keselamatan. Jelaskan "Damai dengan Allah".
[["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang
non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau
Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]]
4. Berdoalah dengannya untuk keselamatan dan kelepasan, sambil anda
menyerahkan dia kepada Tuhan.
5. Dorong dia untuk mulai membaca dan mempelajari Firman Allah.
Belajar berdoa akan memberi kekuatan dan pengertian tentang
masalah-masalah hidup. Tawarkan dia "Hidup dalam Kristus"
yang akan menolongnya memulai penelaahan Alkitab.
[["Hidup dalam Kristus" -- Buklet yang berisi pelajaran-pelajaran
dasar tentang prinsip memulai Kehidupan Kristen (dari PPA,
Persekutuan Pembaca Alkitab); CD-SABDA: Topik 17453.]]
6. Anjurkan dia untuk melibatkan diri dalam suatu gereja yang
mementingkan Firman Tuhan. Persekutuan dengan sesama Kristen
sejati, akan memberi pengaruh yang mendewasakan hidupnya dan
membantu dia mengerti jalan-jalan Allah dan jalan-jalan hidup
ini. Kesempatan PA dan pelayanan Kristen, akan disediakan oleh
gereja bersangkutan pula.
Untuk yang Kristen:
-------------------
Jika dia seorang Kristen yang merasa tertekan oleh kesusahan atau
penderitaan yang menimpanya, usahakan untuk membahas beberapa
kemungkinan penyebab yang diijinkan Allah.
1. Bersimpatilah dengannya. Kuatkan dia sambil memberikan
penghiburan dari Allah. Beberapa wawasan dalam Latar Belakang,
dapat anda bagikan kepadanya. Kaitkan pokok-pokok yang nampaknya
cocok.
2. Jika nampak perlu pemulihan atau penyerahan ulang, jelaskan
tentang mencari keampunan dan pemulihan.
3. Anjurkan dia menggali Firman Tuhan dan berdoa dengan tulus,
agar Tuhan membeberkan maksud-Nya dan penderitaan itu.
A. Apa yang Allah ingin katakan padaku?
B. Apa yang Allah ingin ajarkan padaku?
C. Langkah-langkah apa yang sepatutnya aku ambil?
4. Jika belum pernah terlibat, anjurkan dia melibatkan diri dalam
suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan. Firman Tuhan dapat
memperdalam pengertiannya tentang kehendak dan jalan Allah.
5. Dorong dia bergaul dengan sesama sahabat Kristen. Adanya
telinga-telinga yang terbuka, akan membawa banyak faedah.
Hasilnya adalah, penghiburan, pengertian dan kekuatan.
6. Berdoalah pribadi dengannya, memohonkan kelepasan.
-*- Sumber -*-:
Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
Penulis : Charles G. Ward
Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab
Halaman : 162 - 166
CD-SABDA : Topik 17645