e-Konsel: Menghadapi Kesulitan Hidup

-*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-
  Dr. Gary Collin dalam bukunya "Konseling Kristen yang Efektif"
  mengatakan bahwa dalam pelayanan konseling seringkali kita
  menghadapi konselee dengan pertanyaan yang sulit, "Mengapa?".
  Mengapa saya sampai mempunyai persoalan ini? Mengapa ini tidak
  terjadi pada orang lain? Mengapa Tuhan membiarkan saya ...? Mengapa
  Allah yang penuh kasih membiarkan penderitaan dan kesusahan ...?
  Dengan tegas, dalam Kolom Renungan edisi ini, beliau mengatakan
  bahwa konselor seharusnya sudah lebih dahulu menggumuli pertanyaan
  tsb., sebelum ia mendengarnya sendiri dari mulut konselee-nya.
  Berangkat dari pemahaman tersebut edisi e-Konsel kali ini akan
  mengambil tema "Menghadapi Kesulitan Hidup". Tujuannya adalah untuk
  menolong kita, sebagai Konselor Kristen, agar tidak menganggap
  remeh penderitaan dan kesulitan hidup orang lain ataupun yang
  dialami oleh diri sendiri. Ada bahaya jika seorang konselor
  menganggap remeh kesulitan hidup, apalagi jika memiliki keyakinan
  bahwa orang Kristen tidak mungkin dapat mengalami kesulitan dan
  kesusahan hidup, karena ketika kesulitan hidup itu benar-benar
  datang (terjadi), ia akan cenderung menyangkalinya dan menolak
  menerima kenyataan yang dihadapinya.
  Harapan kami, melalui sajian-sajian ini, konselor dapat lebih
  memahami kesulitan dan kesedihan orang lain (atau diri sendiri)
  dan memiliki simpati untuk menolong saudara/teman/diri sendiri
  dan orang-orang yang ada di sekitar kita.
  Selamat melayani,
  Staf Redaksi


*KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN*
            -*- LAGU PENGHIBURAN KARANGAN ORANG SEDIH -*-
           Riwayat Penulisan lagu "Tuhan Yesus Sobat Kita"
  SONG: WHAT A FRIEND WE HAVE IN JESUS
  ------------------------------------
  What a Friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear!
  What a privilege to carry, Everything to God in prayer!
  O What peace we often forfeit, O what needless pain we bear,
  All because we do not carry, Everything to God in prayer!
  Have we trials and temptations? Is there trouble anywhere?
  We should never be discouraged, Take it to the Lord in prayer!
  Can we find a friend so faithful? Who will all our sorrows share?
  Jesus knows our every weakness, Take it to the Lord in prayer!
  Are we weak and heavy laden? Cumbered with a load of care?
  Precious Saviour, still our refuge, Take it to the Lord in prayer!
  Do thy friends despise, forsake thee? Take it to the Lord in prayer!
  In His arms He'll take and shield thee, Thou wilt find a solace there!
  [[Syair: What a Friend We Have in Jesus; Joseph Scriven 1855
    Lagu : Converse (Frienship; Erie), Charles C. Converse, 1868]]
  Syair lagu di atas telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai
  bahasa di dunia. Dalam bahasa Indonesia lagu di atas dikenal dengan
  judul: "Tuhan Yesus Sobat Kita" atau "Yesus Kawan yang Sejati."
  LAGU: TUHAN YESUS SOBAT KITA
  ----------------------------
  Tuhan Yesus sobat kita yang tiada taranya
  Yang menanggung bagi kita siksa hingga matilah
  Acap kali kita kalah dan sejahterapun lenyap
  Karna kita tak berpautan dengan Dia trus tetap.
  Kita hadapi cobaan dan kesukaran besar?
  Bawa saja semuanya pada Sobat yang benar
  Tak ada Sobat sperti Dia sabar lagi tak jemu
  Tahu kelemahan kita bri pertolongan penuh.
  Kitakah bersusah hati serta jiwa tertekan?
  Mintalah pada Tuhan Ia bri pertolongan
  Bila sobat-sobat undur harap pada Penebus
  Dia Sobat yang setia yang sertai kita trus.
  [[Nyanyian Suplemen]]
  Kenalkah anda dengan syair dan lagu "Tuhan Yesus Sobat Kita" di
  atas? Kami yakin anda kenal, karena lagu ini adalah lagu penghiburan
  yang paling banyak dinyanyikan oleh orang Kristen di seluruh dunia.
  Tapi kenalkah anda pada pencipta syair lagu ini? Tahukah anda bahwa
  syair lagu ini memiliki riwayat yang sangat mengharukan? Kalau
  belum, berikut ini kami akan ceritakan untuk anda. Melalui lagu ini
  kiranya kita tidak hanya terharu saja, tapi untuk menyadarkan kita
  bahwa orang Kristen (sebaik apapun) tidak kebal terhadap kesulitan
  hidup. Namun ditengah kesulitan hidup yang dialami, seorang Kristen
  harus sadar bahwa kita memiliki pengharapan yang teguh di dalam
  Tuhan. Justru melalui peristiwa yang menyedihkan, Tuhan sering
  memakainya untuk mengingatkan kita bahwa Ia selalu ada di samping
  kita, karena Ia adalah Sobat kita yang setia.
  PERISTIWA YANG MENYEDIHKAN
  Joseph M. Scriven dilahirkan di negeri Irlandia pada tahun 1819,
  dari keluarga yang cukup berada, dan ia pun mendapat pendidikan yang
  baik. Setelah ia tamat dari universitas pada tahun 1842, ia
  merencanakan untuk melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis
  Irlandia yang cantik. Harapan dan masa depan Joseph Scriven
  kelihatan sangat cerah sekali.
  Akan tetapi sehari sebelum hari perkawinan mereka, gadis tunangan
  Joseph Scriven mengalami kecelakaan dan mati tenggelam. Pemuda yang
  malang itu merasa sangat patah hati. Ditambah lagi saat itu, ia
  mulai menghadapi persoalan dengan keluarganya, karena ia masuk agama
  agama Kristen, hal yang sangat tidak disetujui oleh mereka.
  Akhirnya pada tahun 1844 pemuda yang sedih itu pindah ke negeri
  Canada. Selama beberapa waktu ia menjadi seorang guru -- mula-mula
  ia mengajar di sekolah, kemudian ia diangkat menjadi pendidik khusus
  bagi anak-anak dari keluarga yang kaya raya.
  Sekali lagi Joseph Scriven bertunangan, yaitu dengan saudara dari
  keluarga yang kaya tadi. Tetapi sekali lagi maut merenggut
  sukacitanya. Setelah melewati masa sakit yang pendek, kekasihnya itu
  meninggal dunia, beberapa hari sebelum tanggal pernikahan mereka.
  MENOLONG SESAMANYA
  Dalam kesedihan yang tak terhiburkan, Joseph Scriven menyingkir dari
  keramaian. Ia tinggal seorang diri dalam sebuah pondok di pinggir
  danau. Cara hidupnya sangat bersahaja. Uang dan tenaganya ia gunakan
  untuk menolong orang miskin. Ia mencari anak-anak yatim piatu supaya
  dapat ditolongnya. Ia bekerja sebagai tukang kayu sukarela bagi para
  janda yang kekurangan. Ia bahkan memberikan pakaiannya sendiri
  kepada orang-orang yang lebih memerlukannya.
  Pernah ada dua orang yang berpapasan di jalan dengan Joseph Scriven.
  Scriven yang memakai pakaian sederhana lewat di hadapan dua orang
  tsb. dengan menjinjing sebuah gergaji. Salah seorang dari dua
  kawan itu memberi salam kepadanya. Kemudian yang lainnya bertanya:
  "Kaukenal orang tadi? Siapa namanya? Di mana tempat tinggalnya?
  Saya perlu orang untuk memotong kayu bakar di rumahku."
  Orang pertama itu menjawab: "Itulah Pak Scriven. Tetapi engkau tidak
  boleh memakai dia, karena ia tidak akan mau memotong kayu untukmu."
  "Mengapa tidak mau?" tanya orang kedua dengan heran.
  "Sebab engkau dapat mengupah tukang kayu untuk bekerja padamu."
  temannya menjelaskan. "Ia hanya mau menggergaji kayu untuk para
  janda miskin dan orang sakit yang tidak mampu membayar seorang
  tukang kayu."
  SURAT BERUPA SYAIR
  Sepuluh tahun setelah Joseph Scriven pindah ke Canada, ibunya di
  Irlandia sangat sedih dan sedang sakit keras. Pak Scriven tidak
  sempat mengarungi samudra dan pulang ke negeri asalnya untuk
  menengok ibunya. Namun ia mendapat akal untuk menghibur ibunya:
  Seorang diri di kamarnya, ia menuliskan sebuah syair tentang Yesus,
  Sobat yang sejati bagi orang yang lemah. Satu salinan ia kirimkan
  kepada ibunya di Irlandia. Satu lagi ia simpan, tapi ia segera
  melupakannya.
  Beberapa tahun kemudian, Joseph Scriven sendiri jatuh sakit. Seorang
  tetangga yang merawatnya menemukan salinan syair tadi di kamarnya.
  Ia senang akan isinya, dan bertanya kapad Pak Scriven tentang siapa
  yang menulisnya. Joseph Scriven lalu menceritakan asal-usul
  karangannya tersebut.
  Pada kesempatan yang lain, seorang tetangga lain lagi bertanya
  kepada Joseph Scriven, apakah benar dia yang mengarang syair itu
  (saat itu syair yang ditulisnya sudah mulai menjadi sangat
  terkenal). Jawab Pak Scriven: "Yah ... Tuhan dan saya mengerjakannya
  bersama-sama."
  AKHIR CERITA YANG TIDAK TENTU
  Menjelang akhir hidupnya, Joseph Scriven tidak lagi memiliki rumah
  sendiri. Ada kalanya ia menginap dengan satu keluarga, ada kalanya
  dengan keluarga yang lain.
  Pada tahun 1886, dalam usia 67 tahun, ketika ia sedang tinggal di
  rumah seorang kawan ia jatuh sakit keras. Kawannya menunggui dia
  siang dan malam. Tetapi pada suatu malam kawannya meninggalkannya
  di kamar sendiri sebentar. Ketika ia kembali, ternyata Scriven sudah
  tidak ada di tempat.
  Teman dan tetangga segera dipanggil. Mereka mulai mencari Scriven
  yang menghilang itu. Akhirnya mereka menemukan dia di sebuah sungai
  tidak jauh dari rumah kawannya itu, tetapi Scriven sudah menjadi
  mayat.
  Apakah Joseph Scriven terantuk, disebabkan oleh pikiran dan tubuhnya
  yang sudah lemah? Apakah ia keluar untuk menikmati kesejukan malam,
  lalu terpeleset ke dalam kali? Ataukah kesedihannya itulah yang
  mendorong dia untuk bunuh diri dengan mati tenggelam, sama seperti
  kekasihnya yang mati dalam kecelakaan di Irlandia 40 tahun
  sebelumnya?
  Tak seorang pun yang tahu pasti. Namun para teman dan tetangga
  Joseph Scriven tahu pasti bahwa ia seorang yang baik hati. Walaupun
  kelakuannya sering aneh, namun ia selalu berusaha menolong rakyat
  miskin. Maka mereka mendirikan sebuah tugu peringatan baginya di
  desa Canada, di tempat ia tinggal.
  Sedikit sekali orang yang pernah pergi ke desa di Canada itu untuk
  melihat tugu peringatan Joseph M. Scriven itu. Tetapi berjuta-juta
  orang di seluruh dunia menyanyikan syair "Lagu Penghiburan Karangan
  Orang Sedih" yang diciptakannya.
-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, jilid 1
  Penulis   : H.L. Cermat
  Penerbit  : LBB
  Halaman   : 45 – 48


*RENUNGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* RENUNGAN*
         Masalah-masalah Sekitar Pertanyaan Hidup "Mengapa"?
                          -*- "MENGAPA" -*-
  Dalam pelayanan konseling seringkali kita menghadapi konselee dengan
  pertanyaan "mengapa?" Mengapa saya sampai mempunyai persoalan ini?
  Mengapa Tuhan membiarkan saya menghadapi persoalan ini? Mengapa ini
  tidak terjadi pada orang lain? Mengapa justru orang yang kukasihi
  yang diambil? Mengapa pendeta mengatakan, bahwa Allah penuh kasih
  padahal Ia membiarkan penderitaan dan kesusahan seperti ini terjadi
  dalam hidup anak-anak-Nya?
  Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang sulit, yang seharusnya sudah
  digumuli oleh konselor sebelum ia mendengarnya sendiri dari mulut
  konselee-nya. Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya pertanyaan
  teologis yang jarang sekali dibicarakan dalam buku-buku konseling.
  Alkitab sendiri tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan-
  pertanyaan "mengapa?" tersebut. Sebagai orang percaya kita
  mengetahui, bahwa pada saat Tuhan membiarkan penderitaan dialami
  pasti maksud-Nya adalah untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28),
  seperti, kesabaran (Yakobus 1:3), rendah hati (2Korintus 12:7-10),
  atau ketulusan dalam penyerahan diri kepada Allah (2Korintus 1:8-9),
  bisa juga itu merupakan ekspresi dari kasih-Nya atas manusia.
  Meskipun pada saat kita mengalami kita merasa begitu susah dan
  menderita, Alkitab menyaksikan, bahwa justru pukulan Allah, adalah
  tanda dari kasih sayang-Nya (Mazmur 94:12, Amsal 3:11-12, Ibrani 12:5-8, Wahyu 3:19).
  Dalam pelayanan konseling, kita dapat menunjukkan pada konselee ayat-
  ayat tersebut, di samping bagian-bagian dari I Petrus dan kitab
  Ayub. Konselor dapat memberikan bimbingan selama konselee
  mengeluarkan isi hatinya dan mencari jawaban dari firman Tuhan.
  Contoh dari pengalaman Ayub sangat menolong. Meskipun ia mengalami
  begitu banyak penderitaan yang tidak terbayangkan oleh kita, Ayub
  tidak pernah mendapat jawaban atas pertanyaan "mengapa"nya. Allah
  mempunyai maksud (Ayub 1,2), begitu juga atas apa yang Ia lakukan
  hari ini, orang-orang yang saleh seperti Ayub pun tidak pernah
  mengetahui secara penuh maksud-Nya.
  Banyak kali pengalaman yang sama kita alami. Selama kita masih hidup
  di dunia ini, jalan-jalan dan kehendak Tuhan seringkali di luar
  kemampuan kita untuk mengertinya secara penuh (Rom 11:33). Kita
  dapat dan boleh bertanya "mengapa"? dan mencoba menemukan jawabnya,
  tetapi jangan lupa, bahwa mungkin Dia dalam kebijaksanaan-Nya tidak
  memberi jawaban. Bahkan Dia mungkin membiarkan kita menderita dalam
  ketidakmengertian. Rahasia ini baru akan terjawab penuh nanti kalau
  kita bertemu Kristus muka dengan muka di dalam kemuliaan.
-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Konseling Kristen yang Efektif
  Penulis   : Dr. Gary R. Collins
  Penerbit  : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang
  Halaman   : 182 – 184


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*
                 -*- MENGHADAPI KEPAHITAN HIDUP -*-
  Hidup tidak selamanya berjalan lurus, kadang kita harus melalui
  berbagai-bagai masalah. Di antara masalah-masalah tersebut ada
  kalanya kita merasa tertekan, terpojok, dilukai, dikecewakan, dan
  sebagainya. Dan luka itu kadang membekas dalam diri kita, menjadi
  suatu hal yang traumatis dan menjadi kepahitan dalam hidup kita.
  Bagaimana kita mengatasi kepahitan hidup tergantung bagaimana kita
  menyikapinya. Jika kita ingin melepaskannya maka kita harus memberi
  pengampunan kepada orang yang telah menimbulkan kepahitan tersebut.
  Pada saat kita berhasil memberi pengampunan, pada saat itulah kita
  lepas menjadi korban kepahitan. Berikut cuplikan dari hasil diskusi
  tema kali ini.
-------
  T: Bagaimana kita harus mempersiapkan diri atau menyikapi kalau
     suatu saat kita hrs mengalami kepahitan hidup?
  J: Pada dasarnya kita harus menentukan pilihan kita, apakah kita
     akan terus menjadi korban kepahitan tersebut ataukah kita
     melepaskan diri dari kepahitan itu. Artinya kita bisa terus
     menerus dikuasai oleh kepahitan itu sehingga hati kita penuh
     kepahitan dan kita sangat tak berdaya dibawah kendali kepahitan
     itu. Namun pilihan yang saya kira lebih baik dan juga Tuhan
     kehendaki ialah kita melepaskan diri kita tidak mau lagi berada
     di bawah kepahitan itu. Nah pada akhirnya yang harus kita lakukan
     ialah memberi pengampunan kepada orang yang telah menimbulkan
     kepahitan pada diri kita itu, pada saat kita berhasil memberi
     pengampunan pada saat itulah kita lepas menjadi korban dari
     kepahitan itu.
-------
  T: Tetapi bagaimana kalau orang yang menimbulkan kepahitan hidup
     itu justru orang yang kita cintai?
  J: Seringkali justru yang membuat kita pahit adalah orang-orang
     yang terdekat dengan kita, orang yang kita percaya, orang yang
     kita kasihi karena kalau orang itu jauh dari kita dan tidak
     begitu berdampak kepada kita dia pun tidak begitu mampu atau
     sanggup membuat kita pahit sampai sedemikian pahitnya. Justru
     seringkali orang terdekatlah yang membuat kita pahit, misalnya
     kita mengalami kekecewaan, kita mengalami penolakan, kita merasa
     ditipu, dan sebagainya.
-------
  T: Orang yang mengalami kepahitan berkali-kali dalam hidupnya akan
     berdampak apa?
  J: Dia akan kehilangan kepercayaan pada orang lain sebab ia melihat
     dunia ini tidak aman. Ia harus selalu berhati-hati sebab ia
     tidak bisa lagi terjebak untuk kesekian kalinya. Jadi biasanya
     orang yang terlukai berkali-kali akan kesulitan membina hubungan
     yang intim dengan orang lain, ia memiliki rasa was-was yang
     sangat tinggi.
-*- Sumber -*-:
  [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
    No.  65B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*
          BAGAIMANA MEMBIMBING ORANG YANG SEDANG MENGALAMI
                  -*- PENDERITAAN DAN KEMALANGAN -*-
  AYAT ALKITAB
  ============
  Roma 8:28,29;     Roma 8:35,37;     Yakobus 1:2,3,12;  Yohanes 14:1;
  1Petrus 4:12,13;  1Petrus 4:16,19;  Wahyu 21:4
  LATAR BELAKANG
  ==============
  Mengapa? Mengapa aku? Mengapa keluargaku? Apa arti penderitaan ini?
  Demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan baik oleh
  orang Kristen maupun bukan. Tak seorang pun kebal terhadap
  penderitaan dan kemalangan. Manusia lahir dalam kesusahan (lihat
  Ayub 5:7). Ada berbagai tekanan keinginan, kebutuhan, kedukaan,
  aniaya, tidak disenangi dan kesunyian. Sebagian menderita akibat
  perbuatannya; yang lain menderita karena perbuatan orang
  terhadapnya. Banyak orang menderita sebagai korban keadaan yang
  tidak dapat dikendalikannya.
  Kepedihan memuramkan hidup. Bisa terjadi malam-malam penuh siksa
  batin, ketika Allah seolah tidak adil dan seolah tidak akan ada
  pertolongan atau jalan keluar. Kelepasan sesaat memang bisa
  menolong, tetapi pemecahan sejati tidak terjadi karena usaha untuk
  menyingkirkannya atau dengan mengertakkan gigi untuk menahannya.
  Jalan keluarnya ialah dengan bersikap sedemikian rupa, sehingga kita
  belajar menang di dalam dan melalui penderitaan. Ketika rasul Paulus
  mencari kelepasan dari duri yang ada dalam dagingnya, Allah tidak
  mengabulkannya tetapi menghiburnya demikian: "Cukuplah kasih
  karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
  sempurna." (2Korintus 12:9). Dalam surat yang menguatkan, Paulus
  menulis, "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada
  kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu
  dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2Korintus 9:8)
  Kecuali dalam penderitaan jasmani, mengatasi penderitaan nampaknya
  berpangkal pada masalah sikap: "Apa yang akan kulakukan dalam
  penderitaanku agar melaluinya aku dapat belajar sesuatu atau
  memperoleh manfaat sesuai rencana kekal Allah melaluinya?"
  ---------------------------Kutipan---------------------------------
  Menurut Billy Graham:
  "Tak pernah Alkitab mengajarkan bahwa orang Kristen dibebaskan dari
  penderitaan dan bencana alam yang melanda dunia ini. Alkitab memang
  mengajarkan bahwa orang Kristen dapat menanggung penderitaan,
  krisis, bencana dan kesulitan pribadi dengan kuasa adhi kodrati yang
  tidak bisa diperoleh oleh mereka yang di luar Kristus."
  ------------------------Kutipan_Selesai----------------------------
  Sebagian besar orang yang nasibnya paling menyedihkan dalam dunia
  ini, adalah mereka yang ketika mengalami penderitaan, membiarkan
  diri mereka dihanyutkan oleh kasihan diri dan kepahitan, sambil
  menyalahkan Allah.
  Jadikanlah sikap Ayub menjadi inspirasi: "Walaupun Ia akan membunuh
  aku, aku akan tetap percaya kepada-Nya." (Ayub 13:15; terj. bebas).
  Si penderita akan menerima berkat, jika di tengah kepedihan batin
  dan kemuramannya yang dalam, dia dapat menatap pada wajah Bapa
  Surgawinya dan disukakan oleh kasih kekal dan hadirat-Nya. Lagi pula
  respon kita pada penderitaan seharusnya membuat kita melihat ke
  balik penderitaan, kepada maksud-maksud Allah yang lebih tinggi dan
  kepada apa yang ingin diajarkan-Nya.
  Apa Saja Sebab-sebab Penderitaan Manusia?
  -----------------------------------------
  1. Kadang-kadang kita sendiri menjadi sebab penderitaan kita.
     Pesta pora dan kekurangan disiplin, membawa akibat-akibat yang
     tak membahagiakan. Penyalahgunaan tubuh dalam jangka panjang,
     menyebabkan penyakit. Pilihan-pilihan salah kelak menghantui
     kita.
     Pembimbing bisa bertanya: "Menurut anda, hal ini terjadi karena
     keputusan salah atau tindakan tak terkontrol anda sendiri? Tidak
     adakah langkah yang dapat anda ambil untuk meringankan
     penderitaan anda?
  2. Kadang-kadang Allah bertindak mengoreksi dosa dan ketidaktaatan
     kita. Allah akan memperbaiki dan mendisiplin kepunyaan-Nya.
     Melalui hajaran, Dia membuktikan bahwa Dia mengasihi kita dan
     bahwa kita sungguh milik Dia (Ibrani 12:5-11).
  3. Kadang-kadang Allah mengizinkan penderitaan agar kita boleh
     belajar menanggapi masalah dan Allah secara Alkitabiah. Alkitab
     berkata bahwa Yesus belajar "taat dari apa yang telah diderita-
     Nya" (Ibrani 5:8).
     Sasaran kita hendaknya bukan saja terlepas dari penderitaan,
     tetapi belajar menyukakan Allah dengan bersikap responsif dan
     taat kepada Dia dan Firman-Nya (Lihat Roma 12:1,2).
  4. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita agar kita mengerti
     bahwa kepedihan adalah salah satu bagian hidup. Tidak satu kali
     pun Alkitab pernah berkata, bahwa Kristen kebal terhadap
     penderitaan dan kesulitan! Dalam Filipi 1:29 Paulus berkata,
     "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
     Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia." Penderitaan
     bisa merupakan karunia dari Allah. Mengapa kita sulit sekali
     melihatnya dalam pengertian ini?
     Kristus tidak mengelakkan Salib agar dapat menghindari
     penderitaan. Ibrani 12:2 berkata bahwa Dia "mengabaikan kehinaan
     tekun memikul salib." Mengapa? "Ganti sukacita yang disediakan
     bagi Dia." Dia tahu bahwa kata akhir bukanlah penyaliban
     (penderitaan), tetapi kebangkitan (kemenangan).
     Kita bisa menderita sebentar, atau sepanjang hidup kita. Untuk
     sementara orang yang menderita, nampaknya deritanya tak akan
     pernah berakhir. Biar bagaimanapun, janganlah kita membuang
     pengharapan atau menenggelamkan diri dalam kasihan diri dan
     kepahitan. Seharusnya kepada hasil akhirnyalah, mata kita
     tertuju. Berada bersama Tuhan yang di surga, membuat segala
     sesuatu memiliki makna.
  5. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita karena bermaksud
     baik bagi hidup kita. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
     bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
     mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
     sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kita harus menerima
     ini dengan iman dan berdoa agar kebaikan Allah tertinggi untuk
     hidup kita, dapat terjadi akibat penderitaan kita.  Hanya melalui
     penderitaan terdalam, seringkali pelajaran-pelajaran hidup yang
     paling berharga dapat kita terima. Percayalah Allah untuk
     mengerjakan kehendak dan maksud-Nya dalam kita, agar kita menjadi
     makin serupa dengan Kristus (lihat Roma 8:29).
     Tidak seperti penderitaan Kristus, penderitaan kita tidak membawa
     dampak penebusan. Tetapi bila kita setia dalam penderitaan, kita
     mengambil bagian "dalam penderitaan-Nya" (Filipi 3:10).
  6. Kadang-kadang Allah mengizinkan kita menderita, agar kita dapat
     menghibur orang lain melalui hidup dan kesaksian kita. Menurut
     Yesus, penderitaan orang yang buta sejak lahir itu, ialah supaya
     pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalamnya.
     Allah bisa bekerja melalui penderitaan dalam hidup anda, supaya
     orang lain mendapat ilham melalui teladan anda dalam penderitaan.
     Mereka yang pernah menderita, mampu bersimpati dan menempatkan
     diri secara lebih berhasil dalam penderitaan orang-orang lain.
     Kita belajar menghibur orang lain, seperti halnya kita pernah
     dihibur. "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa
     yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,
     yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami
     sanggup menghibur mereka, yang berada dalam macam-macam
     penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari
     Allah." (2Korintus 1:3,4).
  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  Untuk yang Bukan Kristen:
  -------------------------
  1. Bersimpatilah. Dengarkan masalah yang ingin dibagikannya dengan
     penuh perhatian. Memperjelas masalah, kerap bermanfaat. Ambillah
     prakarsa mengarahkan percakapan itu, agar anda dapat menawarkan
     bantuan rohani.
  2. Berikan kekuatan dan pengharapan. Nyatakan padanya bahwa Allah
     mengasihi dia dan mengetahui apa yang terjadi padanya. Dia tidak
     sendirian. "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan
     menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan
     dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak
     akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau."
     (Yesaya 43:2).
     Nyatakan kesukaan anda membantu dia dan kesediaan mencari jalan
     keluar bersama dia.
  3. Tanyakan, apakah dia pernah menerima Yesus Kristus sebagai
     Juruselamat dan Tuhannya. Kadang-kadang Allah mengizinkan
     penderitaan. Dia ingin kita memberi perhatian pada-Nya, untuk
     membawa kita pada keselamatan. Jelaskan "Damai dengan Allah".
     [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang
       non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau
       Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]]
  4. Berdoalah dengannya untuk keselamatan dan kelepasan, sambil anda
     menyerahkan dia kepada Tuhan.
  5. Dorong dia untuk mulai membaca dan mempelajari Firman Allah.
     Belajar berdoa akan memberi kekuatan dan pengertian tentang
     masalah-masalah hidup. Tawarkan dia "Hidup dalam Kristus"
     yang akan menolongnya memulai penelaahan Alkitab.
     [["Hidup dalam Kristus" -- Buklet yang berisi pelajaran-pelajaran
       dasar tentang prinsip memulai Kehidupan Kristen (dari PPA,
       Persekutuan Pembaca Alkitab); CD-SABDA: Topik 17453.]]
  6. Anjurkan dia untuk melibatkan diri dalam suatu gereja yang
     mementingkan Firman Tuhan. Persekutuan dengan sesama Kristen
     sejati, akan memberi pengaruh yang mendewasakan hidupnya dan
     membantu dia mengerti jalan-jalan Allah dan jalan-jalan hidup
     ini. Kesempatan PA dan pelayanan Kristen, akan disediakan oleh
     gereja bersangkutan pula.
  Untuk yang Kristen:
  -------------------
  Jika dia seorang Kristen yang merasa tertekan oleh kesusahan atau
  penderitaan yang menimpanya, usahakan untuk membahas beberapa
  kemungkinan penyebab yang diijinkan Allah.
  1. Bersimpatilah dengannya. Kuatkan dia sambil memberikan
     penghiburan dari Allah. Beberapa wawasan dalam Latar Belakang,
     dapat anda bagikan kepadanya. Kaitkan pokok-pokok yang nampaknya
     cocok.
  2. Jika nampak perlu pemulihan atau penyerahan ulang, jelaskan
     tentang mencari keampunan dan pemulihan.
  3. Anjurkan dia menggali Firman Tuhan dan berdoa dengan tulus,
     agar Tuhan membeberkan maksud-Nya dan penderitaan itu.
     A. Apa yang Allah ingin katakan padaku?
     B. Apa yang Allah ingin ajarkan padaku?
     C. Langkah-langkah apa yang sepatutnya aku ambil?
  4. Jika belum pernah terlibat, anjurkan dia melibatkan diri dalam
     suatu gereja yang mementingkan Firman Tuhan. Firman Tuhan dapat
     memperdalam pengertiannya tentang kehendak dan jalan Allah.
  5. Dorong dia bergaul dengan sesama sahabat Kristen. Adanya
     telinga-telinga yang terbuka, akan membawa banyak faedah.
     Hasilnya adalah, penghiburan, pengertian dan kekuatan.
  6. Berdoalah pribadi dengannya, memohonkan kelepasan.
-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Charles G. Ward
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab
  Halaman   : 162 - 166
  CD-SABDA  : Topik 17645